24. Kita akan bersama (end)

219 25 61
                                    

Heywooooo..

Balik lagi sama akuuuu hihi...

Jangan lupa gengs, begitu ada lirik lagunya. Langsung setel mulmed biar lebih mantapss

Ada kejutan di akhir, tapi kalian kudu baca sampai akhir! Awas kalau langsung skip, gak berasa kejutannya ahaha..

Happy reading..

*******

"Kita bersama, di Keabadian."

~Shene dan Shua

******

Waktu demi waktu berlalu.

Hari sudah menjelang pagi, tetapi Shene sama sekali tidak memejamkan matanya.

Pikirannya selalu melayang kepada bayangan kejadian yang menimpa Shua.

Hatinya sakit, dadanya sesak, dan matanya perih. Namun, Shene masih tidak bisa mengistirahatkan pikirannya.

Shua adalah satelitnya. Shene akan menjadi tak terkendali begitu satelitnya menghilang.

Perlahan-lahan, Shene akan hancur. Waktu dulu juga seperti ini.

Ia ditinggalkan, oleh seseorang. Namun, Shene hanya ingat namanya. Kejadiannya sudah lama, tetapi yang diingat Shene adalah keinginannya untuk menikahi dia.

Hingga ia ditinggalkan, dan membuatnya menjadi pendiam sampai bertemu dengan Wanda.

Tiba-tiba perutnya meronta-ronta, tetapi dirinya sama sekali tidak kepikiran untuk memakan satu apapun.

Mungkinkah ini yang dinamakan depresi?

"Shua." Shene terus bergumam nama Shua di kala malam hingga fajar menjemput.

Rex dan Seo tentu saja tahu yang dilakukan Shene. Mereka juga tahu keberadaan Shua.

Namun, mereka tidak bisa memberitahu Shene karena Om Rascal melarang itu. Jadi, apa yang mereka bisa lakukan?

"Seo, gue gak tega sama Shene. Kayak mayat hidup." Rex menepuk bahu kakak kembarnya yang lagi-lagi berada di depan kamar Shene di pagi hari seperti ini.

"Terus, kita harus apa. Om Rascal melarang kita. Gue gak mau merusak."

"Tapi kan," ucap Rex hendak membantah.

"Sst!" Seo langsung menarik Rex menjauh.

"Biarkan Shiguan belajar arti kehilangan dan selanjutnya, Shiguan tidak akan menyia-nyiakan Shua dan akan menjaga Shua sepenuh hatinya." Seo melanjutkan ucapannya.

Rex masih sangat gatal untuk berbicara pada Shene itu pun hendak bangkit. Namun, Seo langsung menatapnya datar.

"Rexmillo Zafran Liandra!" ucap Seo tegas.

Begitu kembarannya menyebutkan namanya dengan lengkap dan nada yang tegas, itu artinya Seo tidak mau dibantah.

Bisa saja Rex maju, secara fisik dan kekuatan memang lebih jago Rex ketimbang Seo, tetapi Seo selalu menemukan titik lemah hingga Rex tidak bisa berkutik.

"Rex, gue minta sama lo. Walaupun gue juga gak tega sama Shiguan, tetapi ia harus bisa melewati ini. Begitu kelewatan batas, baru kita kasih tahu."

Rex mengangguk patuh dan berjalan ke kamarnya lagi sementara Seo kembali lagi ke posisinya.

Posisi mengamati Shene dari depan kamarnya.

*******

Waktu sudah hampir menunjukkan pukul dua belas dan Shene masih tetap di posisinya.

Pangeran Bagi PutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang