Distance 1

3.9K 215 27
                                    


Park Jimin patut bersyukur atas segalanya.
Atas nafas yang masih dia hembuskan hingga detik ini, atas anugrah yang tuhan berikan untuknya yaitu dua sahabat yang selalu membuat hari-harinya terasa begitu menyenangkan.

Jimin tidak sendirian. Ya, Jimin mempunyai banyak hal yang berada disisinya. Meski Jimin tidak pernah merasakan kasih sayang ayah dan ibu sejak dirinya masih kecil. Namun sedikitpun Jimin tidak pernah mempermasalahkan akan hal itu. Karena kedua sahabatnya juga bernasib sama seperti dirinya.

Kim Taehyung. Sahabat yang sudah seperti belahan jiwanya itu juga sudah ditinggalkan oleh sang ayah sejak enam tahun. Dia adalah anak tunggal. Sang ibu kini sedang menjalankan bisnis keluarga mereka yang berada di China. Setelah kakek dan neneknya tiada dua tahun yang lalu, kini Taehyung tinggal seorang diri di Korea.

Min Jungkook. Anak ini sebenarnya masih terlalu kecil untuk di sebut sebagai temanya. Usia Jungkook terpaut empat tahun darinya juga Taehyung. Jungkook seharusnya masih duduk di bangku kelas dua sekolah menengah pertama. Namun karena kejeniusannya, bocah tersebut berhasil lompat kelas sehingga saat ini Jungkook sudah berada di kelas pertama sekolah tingkat akhir.

Tidak berbeda dengan dirinya, Jungkook sudah menjadi yatim piatu sejak berusia tiga tahun dan sejak saat itu dia hidup berdua bersama sang kakak. Hanya saja, Jungkook teramat spesial menurutnya. Jungkook berbeda dari anak-anak lain seusianya. Maka dari itu Jimin teramat menyayangi anak tersebut.

Handphone diatas ranjangnya berdering, dan dapat Jimin lihat terdapat nama seseorang yang kini tengah dipikirkannya. Sejenak Jimin menggerutu dalam hati, 'untuk apa aku memikirkan anak ini?'

"Apa?" Ucap Jimin tanpa basa basi setelah mengangkat panggilan tersebut. Dan dapat Jimin dengar selanjutnya, adalah suara pekikkan dari seberang sana diikuti suara-suara lain seperti gebrakan serta teriakan yang saling bersahutan.

Jimin sedikit mengernyit, kemudian kembali berkata, "Ya! Apa kalian berdua sedang baku hantam? Kalian dimana sekarang? Akan ku antarkan dua peti mati sekarang juga."

"Jimin-ah- tolong aku! Jungkook mau membunuhku! Aaarrrggggg! Jungkook hentikan! Ini sakit bodoh!"

"Siapa suruh hyung menumpahkan soda di tugasku! Aku sedang susah payah mengerjakan ini, dan hyung menghancurkannya begitu saja!"

"Aku bilang kerjakan itu di meja belajar mengapa kau justru mengerjaknya di bawah ketika aku sedang bermain game! Itu salahmu sendiri!

"Aku tidak perduli itu salah siapa. Yang jelas kau yang menumpahkan itu dan kau harus bertanggung jawab!"

"Tidak akan!"

"Jimin hyung, Taetae hyung menghancurkan tugasku. Datanglah cepat dan marahi dia."

"Ya!"

"Hyung cepatlah! Taehyung mulai mengamuk!"

Jimin tertawa kecil mendengar perdebatan dua sahabatnya diseberang sana. Mereka berdua memang jarang akur karena kejahilan Jungkook yang terkadang sulit diterima nalar dan Taehyung adalah orang pertama yang akan menjadi korban. Namun sayangnya bila Taehyung mulai membalas, Jungkook akan mulai menangis dan sialnya tangisan bayi setan tersebut adalah salah satu kelemahan Taehyung.

"Aku akan segera kesana."

"Oh! Hyung! Bawakan pizza ya!"

Jimin hanya berdehem kecil menjawab permintaan Jungkook. Dan setelahnya, Jimin memutuskan panggilan begitu saja.

Distance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang