Distance 3

1.6K 143 9
                                    

Hari ini kelas sedang dalam pelajaran olah raga. Namun karena sang guru sedang berhalangan hadir, alhasil para murid melakukan olah raga sesuka hati mereka.

Para murid laki-laki bermain futsal tentu dengan si tampan Taehyung sebagai bintangnya. Sedangkan murid perempuan bersorak di tepi lapangan sambil menyerukan nama Taehyung. Membuat telinga Jimin serasa akan pecah karena tentu saja Jimin saat ini hanya bisa duduk menonton teman-temanya bermain futsal.

Jimin akui, Taehyung itu sangat populer. Wajahnya yang sangat tampan membuat para gadis sangat mengidolakanya. Bukan hanya para gadis, bahkan ibu-ibu komplek tempat dimana Taehyung tinggal, begitu menyukainya. Mereka sering berkunjung kerumah Taehyung untuk memberikan makanan. Selain karena Taehyung itu anak yang ramah dan tentunya juga sangat tampan, Taehyung itu tinggal seorang diri. Jadi mungkin para ibu itu juga kasihan padanya.

Tapi sayangnya, Taehyung itu sedikit bodoh. Bukan sedikit sih tapi memang bodoh. Dapat peringkat sepuluh terendah saja sudah bersyukur bukan main. Jimin kadang penasaran ingin sekali membelah kepala Taehyung kemudian memeriksa apakah ada otaknya atau tidak. Siapa tahukan otaknya Taehyung sudah jatuh entah dimana kemudian dimakan anjing liar. Malangnya Kim Taehyung.

Namun Jimin sama sekali tidak keberatan kalau setiap hari Taehyung harus menyalin pekerjaan rumah miliknya. Meski tetap saja pada awalnya Jimin selalu memberi petuah terlebih dahulu kepada sahabatnya. Seperti,

'Mulailah belajar dengan rajin. Kau sudah kelas tiga sekarang. Mau jadi apa kau dimasa depan nanti kalau kerjaanmu hanya bermain game dan merayu gadis-gadis. Sesekali gunakanlah otakmu dengan benar!'

Meski Jimin sudah seperti belahan jiwanya, tapi tetap saja nasehat Jimin hanya sekedar lewat di telinga Taehyung. Masuk kuping kiri keluar kuping kanan kemudian lenyap terbawa angin.

Padahal bisa dikatakan Jimin itu adalah yang paling waras diantara mereka bertiga. Tapi ya tetap saja kalau mereka bersatu, Jimin juga akan ikut menjadi gila.

Jimin bangkit dari duduknya. Kepalanya lama-lama pusing mendengar suara teriakan histeris para murid perempuan. Lebih baik ke kantin saja mengisi perutnya sekalian meminum obat. Karena sejak semalam Jimin lupa meminum obatnya. Bukan lupa sih, tapi malas.

🖤

Jimin berjalan dengan santai sambil bersenandung kecil melewati lorong sekolah yang sepi. Sepi karena ini masih jam pelajaran.

Namun langkahnya tiba-tiba berhenti saat dia merasakan kepalanya semakin berdenyut. Sebenarnya sejak tadi Jimin sudah merasa pusing, namun kali ini sakitnya semakin menjadi. Bahkan semua yang ada dalam penglihatannya terlihat berputar.

"Penyakit silalan!" Umpat Jimin diiringi dengan erangan kecil yang keluar dari bibirnya.

Sekuat tenaga Jimin berusaha untuk tetap memfokuskan penglihatannya. Tangan kanannya menumpu pada dinding, berharap dia tidak tumbang di tempat seperi ini. Setidaknya Jimin selalu berharap penyakitnya tidak berulah saat dirinya sedang berada di sekolah.

Tapi untuk kali ini sepertinya tuhan tidak mengabulkan permohonannya.

Jimin kembali menghentikan langkahnya, dan sebuah umpatan kembali lolos dari bibirnya saat dirasakannya cairan merah kental kembali mengalir keluar dari hidungnya.

Dan sialnya lagi, seseorang tiba-tiba menubruknya dari belakang. Membuat tubuhnya terhuyung kemudian jatuh berlutut.

Jimin rasanya ingin sekali memaki orang itu habis-habisan. Namun rasa sakit yang mendera tubuhnya seakan telah menguras seluruh tenaganya.

Distance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang