Distance 13

548 77 33
                                    

Happy Reading

.

.

.

.

Dua orang dengan profesi yang sama tersebut, memacu langkahnya dengan cepat kala mendapat kabar bahwa adik mereka kini tengah berada di ruang instalasi gawat darurat. Rasa marah, khawatir, serta takut tercetak jelas pada wajah kedua dokter muda tersebut.

"Jungkook! Apa yang terjadi?"

Jungkook berdiri dari duduknya saat sang kakak sudah sampai dihadapanya.

"Hyung-"

"Ya Tuhan, apa yang terjadi? Kenapa kalian jadi seperti ini?"

Yoongi memeriksa seluruh tubuh sang adik, takutnya ada luka yang lain. Namun syukurlah adiknya ini baik-baik saja. Hanya lebam dan sedikit luka robek pada sudut bibirnya.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kalian sampai tawuran seperti ini, ya Tuhan." Yoongi mengurut pelipisnya, tidak habis pikir dengan kelakuan anak-anak sekolah jaman sekarang. Beberapa bulan yang lalu mereka di skors karena memukuli kakak kelasnya dan sekarang malah lebih parah.

"Kami tidak tawuran hyung. Kami tadi hanya berjalan-jalan sebentar dan mereka tiba-tiba menghadang kami."

"Oh ya Tuhanku." Yoongi mengacak kasar rambutnya, sedikit frustasi membayangkan apa yang baru saja dialami sang adik.

Sesaat kemudian, pandangan Yoongi jatuh kepada seseorang yang sejak tadi hanya duduk diam disana. Jimin, bahu anak itu masih terlihat naik turun ketara sekali bahwa Jimin tengah menangis. Dan jangan lupakan tanganya yang masih berlumuran darah Taehyung.

Setelahnya, pandangan Yoongi beralih kepada Seokjin. Rekannya itu terlihat begitu kacau sembari berjalan mondar-mandir didepan pintu ruang instalasi gawat darurat.

Yoongi merasa sedikit bingung dengan situasi yang terjadi dihadapanya. Mengapa Seokjin tidak menegur Jimin sama sekali? Bahkan adik dari rekannya tersebut terlihat lebih kacau dari Jungkook. Tapi mengapa Seokjin tidak menanyakan keadaan adiknya itu? Mengapa Seokjin justru terlihat lebih khawatir dengan orang yang kini berada didalam sana? Yang justru hanya sebatas sahabat dari sang adik.

Baru saja Yoongi akan menenangkan Jimin, pintu ruang instalasi gawat darurat terbuka, menampilkan dokter yang tengah menangani Taehyung.

"Bagaimana keadaanya?" Seokjin yang sedari tadi hanya diam mondar-mandir disana, langsung menginterupsi dokter yang baru saja keluar tersebut.

"Lukanya cukup dalam, namun beruntung tidak sampai melukai organ vitalnya. Tapi dia kehilangan banyak darah. Kita butuh secepatnya darah dengan golongan O Rhesus Negatif, kebetulan rumah sakit ini tidak memiliki stok golongan darah langka tersebut."

"Ambil darahku sunbaenim. Golongan darahku juga O Rhesus Negatif. Aku kakaknya, pasti darahku cocok dengan Taehyung."

'Deg!'

"Baiklah, ayo masuk."

Dokter senior tersebut membawa Seokjin masuk ke dalam ruangan dimana Taehyung juga sedang berjuang di dalam sana. Meninggalkan tiga orang yang masih terdiam dengan keterkejutan mereka masing-masing.

Jimin sendiri hanya diam ditempanya dengan jantung yang hampir berdetak dengan tidak semestinya. Jimin berusaha meyakini dirinya bahwa dia hanya salah dalam pendengaran. Namun apa yang diucapkan Seokjin kepada dokter tersebut terdengar begitu jelas dan masih terngiang-ngiyang di telinganya. Bagaimana mungkin Jimin salah dengar?

Distance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang