Hari berikutnya setelah Taehyung dan Jungkook kembali dari sekolah, kini ketiganya sudah duduk saling berhimpitan di ranjang sempit rumah sakit yang ditempati Jimin. Dengan Jimin yang berada ditengah, ketiganya masing-masing tengah memegang sebuah cup besar es krim sambil asik bersenda gurau. Sebenarnya Jimin belum boleh memakan es krim. Tapi apa boleh buat, anak itu merengek seperti bayi yang kelaparan hingga membuat kepala Yoongi hampir meledak.
"Sudah, kau saja yang habiskan. Kalau aku sampai pilek Yoongi hyung akan marah-marah." Jimin memberikan es kirimnya yang masih sisa setengah kepada Jungkook.
"Yoongi hyung pernah marah?" Tanya Jungkook dengan penasaran. Karena setahu Jungkook, kakaknya tersebut tidak pernah marah. Jangankan marah, menaikan nada bicaranya saja tidak pernah. Yoongi memang terkesan cuek dan dingin namun dia sangatlah lembut ketika bertutur kata.
"Tidak sih. Dia hanya akan mendiamkanku beberapa hari, tapi itu lebih menakutkan."
Jungkook hanya mengangguk mengiyakan ucapan Jimin.
Sesaat kemudian, seseorang yang tadi mereka bicarakan terlihat masuk bersama seorang perawat wanita yang mengekor dari belakang. Taehyung yang melihat perawat cantik tersebut, segera meletakan cup es krimnya lalu dengan cepat membersihkan mulutnya. Kemudian memasang senyum setampan mungkin.
"Bagaimana Jim, sudah siap?"
Jimin terdiam mendengar pertanyaan yang Yoongi lontarkan. Matanya bergerak bingung kesana kemari kemudian berakhir menatap Taehyung dan Jungkook secara bergantian. Taehyung yang paham kegundahan hati sahabatnya, merangkul pelan bahu Jimin kemudian berkata, "Hey, kemana perginya Jimin yang sangat bersemangat pagi tadi? Tenanglah Jim, aku akan ikut masuk kedalam menemanimu."
Jimin beralih menatap Yoongi yang masih menunggu jawabannya. "Hyung, boleh aku membawa Taehyung?"
"Tentu Jim, apapun asal kau nyaman."
"Aku! Aku! Aku juga ikut!" Jungkook mengacungkan jarinya saat merasa dirinya diabaikan bahkan Jimin tidak menyebutkan namanya untuk turut ikut serta.
"Aku juga mau ikut. Yah hyung?"
"Tidak!" Yoongi, Jimin, dan Taehyung menjawab dengan tegas secara bersamaan, membuat Jungkook merengut menundukkan wajahnya.
"Kook setelah ini kau bisa menemani Jimin semalaman." Yoongi berusaha membujuk Jungkook ketika melihat raut kecewa pada wajah adiknya.
"Sungguh? Boleh menginap?"
"Tentu! Kita pulang pagi-pagi sekali besok."
"Janji ya hyung. Jangan hanya mencoba merayuku."
Yoongi mengusak gemas surai adiknya, "tunggu di sini oke?"
Jungkook hanya mengangguk mengiyakan ucapan Yoongi. Jimin yang sudah siap dengan kursi rodanya, melambai kepada Jungkook sebelum keluar dari ruangan tersebut dengan Taehyung yang mengikutinya dari belakang.
______
Taehyung tidak menyangka bahwa didalam ruangan ini akan terasa lebih mencekam dari apa yang dia bayangkan sebelumya.
Remaja tersebut hanya mampu diam mematung menyaksikan sahabatnya yang kini tengah meringkuk kesakitan akibat prosedur pengobatan yang kini tengah dijalaninya. Sebelah tanganya dia biarkan digenggam begitu erat oleh Jimin berharap hal tersebut mampu memberikan kekuatan untuk sahabatnya.
Tidak ada erangan atau bahkan teriakan yang keluar dari bibir Jimin. Hanya rintihan-rintihan kecil namun justru terdengar begitu menyakitkan bagi mereka yang menyaksikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance
FanfictionMenjadi yatim piatu serta ditinggalkan oleh sang kakak sejak dirinya masih kecil, membuat rasa benci tumbuh hingga dirinya menginjak remaja. Meski sang kakak selalu mengalah dan berusaha mendekati kembali dengan sabar, namun luka dimasa lalu tidak d...