Hallo, ini aku sempetin up ya. Untung lapraknya masih akhir bulan deadline nya wkwkwOiya draft ini udah ending. Jadi aku tinggal rapi rapiin trs upload.
💋💋💋
Jangan lupa lihat trailernya ya
Selamat membaca
Now playing : Minseo - Star
***
Bagian Tigabelas
Non nobis solum nati sumus
Kita tidak dilahirkan untuk diri kita sendiri saja
***Boleh tidak kalau aku memaki maki Juan atau mencekiknya sekarang? Karena aku benar benar malu ketika dipergoki oleh dia. "Ya maap, gue kira sendirian." Katanya tanpa rasa bersalah menyelonong masuk dan meminta makan.
Aftar menyendokkan makanannya sedikit demi sedikit, santai seperti Juan yang innocent. Laki laki seperti itu ya?
Suasana makan malam kami sedikit canggung karenaku yang sedang tidak dalam kondisi senang dengan kedatangan Juan, beda dengan Aftar yang menerima telepon bersamaan dengan Juan yang datang kembali memberikan beberapa file dalam map coklat. "Apaan Ju?"
"Ini dari prof buat Aftar, gue lagi inget." Aftar menerima dua amplop coklat itu dan meletakkannya diatas meja.
"Thanks," Selang beberapa menit kami mendapatkan telepon bersamaan tentang operasi mendadak yang harus dilakukan segera. Meira, pasien yang di diagnosis PTSD waktu itu--ya memang benar PTSD karena dokter Cici yang mengkonfirmasinya sendiri--melakukan percobaan bunuh diri kembali. Kali ini lebih parah karena nadinya sudah tersayat pisau bedah, mungkin dia ambil dari tempat suster.
Aku, Juan dan Aftar terburu buru berlarian ke ruang perawatan. Disana sudah ada dokter Gusti yang menutup pendarahan Meira dengan torniquet*), Aftar langsung mengambil alih Meira sedang aku memeriksa vital.
"Ini mesti dioperasi Tar, tapi saya ada operasi bareng dokter Juan." Aku berfikir sejenak, operasi penyambungan nadi harus dilakukan secara cepat sedang aku hanya pernah menjadi asisten saja.
Belum sempat aku bertanya pada Aftar dia sudah lebih dulu meminta suster menyiapkan ruang operasi, "Saya bisa. Kamu pernah?"
"Gue gak ada pengalaman kalaupun gak ada operasi juga," sahut Juan. Aku sih gak perduli.
Aku mengangguk, walaupun menjadi asisten setidaknya pernah bukan?
"Dalam waktu 45 menit kalau tidak segera di sambung dia akan meninggal," sambung dokter Gusti yang sedang mengangkat Meira ke brangkar dan ikut mendorong ranjang itu menuju ruang operasi.
Aku berganti baju operasi dan menyabuni tangan dengan sabun antiseptik sekali pakai, membuka pintu operasi saja harap harap cemas aku. "Gak usah takut, aku yang bantuin kamu."
Aku menoleh ketika Aftar sudah ada di belakang ku, di depan pintu ruang operasi. Kakinya kemudian membuka, wajahnya membuat isyarat supaya aku ikut dia, "Semangat ya." Katanya sambil tersenyum. Aku merasakan lega di diriku mendengar penuturan dia, ya setidaknya aku tidak terlalu berfikiran aneh sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vulnere [COMPLETED]
Romance▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎ HIGHEST RANK [ #1 on Hukum •••• 22 Mei 2020] [ #1 on SLS •••• 21 Mei 2020] [ #2 on SLS •••• 28 Mei 2020] [ #1 on GM •••• 7 Juni 2020] [ #1 on Medical •••• 6 Juni 2020] ▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎ [BUDAYAKAN MEMBERI APRESIASI KEPADA PENULIS.] ▪︎▪︎▪︎▪︎...