[19]. Undeviginti

18K 1.9K 43
                                    

Aku update tengah malam wkwkkw
Habis males ngerjain laprak jadi ya curi curi waktu.

Jangan lupa lihat trailernya


Selamat membaca

***

Bagian sembilanbelas

Credo ergo sum

Aku percaya maka aku ada

***

Aku meneguk ari mineral yang ada di bar, pagi tadi aku usai bermarathon dengan dokter Aftar. Terimakasih sudah memiliki hobby yang sama. Aku meneguk hingga habis dengan peluh masih bercucuran aku mempersiapkan perlengkapan masak lalu meminta dokter Ririn untuk membantuku sebentar karena aku akan mandi--lagi karena aku tidak betah berkeringat--dahulu.

"Mbak ini udah, mau dimasak apa?"

"Itu deh oseng oseng aja." Aku mengambila lih kendali dapur dan memasaknya cepat dengan sedikit bantuan dari dokter Ririn. Walaupun sudah diatas pukul delapan, mereka belum bangun karena mungkin kelelahan membantu pernikahan dokter Selly kemarin.

Dokter Ririn berdiri di depanku sambil membetulkan kacamatnay, bermain dengan bibirna seperti berfikir sesuatu. "Kalau saya tanya sesuatu boleh?" Aku tak menghentikan aktifitasku menata makanan di ataas ruang makan.

"Santai aja mbak," Aku mengusap tanganku yang kotor ke apron lalu membetulkan rambutku yang ku cepol. "Tanya apa?"

Dokter Ririn duduk di stool pantry. "Soal Clearist," gerakan tanganku terhenti saat dia mengatakan itu. Jujur aku bukan anti dengan Clearist hanya saja aku sedang tidak mau membahas orang itu lebih lanjut karena takutnya aku akan menemukan sesuatu yang tidak seharusnya aku ketahui dan itu akan membuatku sakit.

"Why?" Aku menjawabnya sambil menatap lurus, sedikit bermain dengan gerakan jari melingkar lingkar diatas meja karena kau canggung.

"Kemarin datang ke pernikahan dokter Selly," aku menatap kosong gelas yang ada di depanku. "Aku gak suka cara dia sama Juan apalagi juga sama dokter Aftar dia manja." Apa yang sempatku fikirkan kembali lagi dalam bentuk nyata, kemarin dia bilang pulang sore dan langsung datang ke gedung pernikahan, pasti mereka bertemu sebelumnya? Enggak, aku percaya dokter Aftar.

"Nanti juga mereka bakal cerita kalau penting Mbak," Aku memutus topik yang sedang dibicarakan. "Sekarang kita panggil yang lainnya untuk makan bareng."

Dokter Ririn mengangguk, bergegas pergi memanggil semua rombongan untuk makan pagi bersama. Tepat menjelang siang kami berkumpul setelah makan pagi kami lanjut dengan bermain main, seperti saling bertukar cerita ataupun ada yang berenang juga.

"... Kemarin itu yang gebrak Pusat Medis supaya gerak cepat itu dokter Aftar mbak." Ucap dokter Gita dibarengi siulan dokter Gusti. "Kayaknya kalian keliatan mau serius ya?"

Aku tertawa mengamini dalam hati, seluruh ruangan ikut dalam suasana seru ini dimana kami ngobrol bersama tanpa terganggu oleh pasien selama tiga hari. "Ngomong omong, rotinya mbak Manda enak lo." Dokter Gusti menimpali.

Aku mengerucut, dahi mengkerut. "Kok bisa ke kirim? Kan aku lagi sakit?"

Juan menghabiskan wine tua itu hingga wajahnya sedikit merah, walaupn merah dia bukan sedang mabuk, Juan tetap sober jika hanya minum wine. "Gue yang ngasih, habis orang apart telepon katanya ada kiriman paket."

Vulnere [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang