Hidden Scene ••• Last

19.2K 1.4K 63
                                    

Hallo jumpa lagi.

Apa kabar? Semoga baik

Ini hidden terakhir ya sebelum epilog dan selesai.

Maaf kalau gak bisa update twice, krn ini menunggu senggang aku yg bulan bulan ini emang lagi sibuk bgt urusan kuliah sama pindah rumah. Semoga pandemi ini segera selesai dan ekonomi lekas membaik.
Salam dari aku yg terdampak 100% :")

****

Selamat membaca


Aftar memandang ponselnya yang bergetar, usai memastikan Amanda masuk ke unitnya dia bergegas ke rumah sakit untuk mengecek keadaan Clearist yang suster kabarkan sedang kritis karena tubuhnya menolak semua obat obatan yang dimasukan suster. Hal ini wajar, karena penderita Limfoma akan mengalami penolakan terhadap apapun karena itu bentuk pertahan tubuh. Namun hal ini juga bisa berdampak pada kesehatan yang lain termasuk imunitas.

"udah berapa lama?"

"Lima belas menit yang lalu dok." Suster kiki menjawab, aftar langsung mengammbil beberapa obat penenang dosis tinggi agar tubuh Clearist tidak semakin kejang kejang. Mau tak mau Afar bermalam disini, disaat besuk dia harus menyiapkan presentasi untuk persiapan beberapa operasi yang akan dilakukan.

Aftar bahkan tahu wajahnya sudah mennyiratkan bahwa ia sedang penuh fikiran. Aftar tahu bahkan saat Amanda menatapnya pasti wanitanya itu mengkhawatirkannya hal ini terukti bahwa Amanda berlari lari ke lantai tempat ia biasa menyendiri, di tangga lantai lima.

"Kamu sakit?" tanyanya sambil terengah engah, menaikkan kacamata yang menutupi mata menjadi sipit. "Tadi kata Dokter Gusti kamu gak ada kabar, aku cek semua mati handphone kamu."

Aftar tersenyum miris, bahwa dalam keadaan begini Amanda masih mengkhawatirkannya.

"Aku gak papa." Jawab Aftar singkat, tanpa melakukan hal yang bisa menenangkan Amanda seperti biasanya dan Amanda semakin sedih.

Usai menjalankan brifieng di ruang auditorium, Aftar memilih berjalan ke arah mobilnya berada, bersebalahan dengan mobil Amanda yang biasa dipakai Juan. Berniat membuka pintu bagasi tapi Juan tiba tiba datang menghadangnya di area taman ini.

"Lo ninggalin Amanda gitu aja di SKE dan tanpa kejelasan lo buat dia bertanya tanya hubungan lo apa sama Clearist?"

"Gue udah jelasin semua."

"Dan lo gak ninggalin Clearist?"

"Gimana gue bisa ninggalin kalau nama gue tercatutu sebagai dokter dia, aneh lo."

"Terus lo mau ninggalin gitu aja Amanda?" Juan mencengkeram kerah Aftar, bahkan sekarang dia memukul Aftar hingga rahangnya berdarah, mungkin sekarang meraka menjadi tontonan warga yang berlalu lalang. "Brengsek, harusnya lo tolak!"

Aftar membalasnya, tampa di nasihatin Juan pun dia sudah berusaha menolaknya tapi Clearist punya berbagai alasan sehingga atasan akan meolak banding yang Aftar ajukan. "Lo gak berhak pukul gue Anjinmg!"

Juan mencengkeram erat krah kemeja Aftarm hingga baju mereka terteteskan darah masing masing.

"Lo tinggalin Amanda kalau lo Cuma nyakitin dia!"

Tapi Aftar tidak semudah itu meninggalkan Amanda, dia sudah berjanji serius dengan wanita itu. Aftar meludahkan darahnya sembarangan, pukulan Juan lebih kencang darinya karena Juan pemegang sabuk hitam taekwondo tingkat delapan, sedang Aftar hanya tingkat lima. Mungkin jika tidak segera berpisah akan meregang nyawa mereka.

Vulnere [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang