[21]. Viginti-Unus

19K 2K 66
                                    

Selamat malam menjelang pagi

Jaga kesehatan, pembaca ku ❤


Bagian duapuluh satu

***

"Yaudah nanti kasih diazepam *) aja." Pagi pagi buta Yunan meneleponku karena ada pasien UGD yang perlu pertolongan segera. "Nanti kamu tanya lanjutannya dosisnya ke Juan ya?"

"Okay, makasih ya dok."

Aku kembali memasukkan ponselku ke saku, keluar dari dalam ferry lalu berjalan ke ujung deck kapal menikmati segarnya udara Raja Ampat. Perjalan ke Raja Ampat memakan waktu lebih dari 6 jam menggunakan pesawat ke bandara Sorong kemudian menaiki kapal sekitar dua jam dengan beaya yang cukup mahal menurutku tapi tergantikan oleh view yang menjanjikan. Laut biru bening sehingga aku bisa melihat betapa bagusnya daerah sini.

"Kenapa gak siap siap?" Dokter Aftar mengambil beberapa peralatan menyelam, sepertinya lisensi berbagai jenis diving-nya akan dipakai disini. "Ayo bentar lagi sampai tengah laut."

Aku menatapnya cengo. Pagi pukul 6 jika di waktu indonesia barat ini menyelam? Apa dia tidak kedinginan?

"Ayo yang, malah bengong." Dia tak memberikanku jeda berganti baju, karena aku hanya mengenakan kaos oblong dengan celana hotpants. Dokter Aftar langsung terjun ke laut bebas saat kapal yang kami tumpangi berhenti di tengah laut, tak cuma aku beberapa orang juga sudah turun. 

Dokter Aftar memercikiku air agar segera turun kebawah. "Kamu bisa makainya gak?"

Aku menggeleng dan mau tak mau dia kembali naik dan langsung memelukku memberikanku efek dingin karena badannya yang basah ikut membuat bajuku yang nipis basah. Dia memasangkanku tabung oksigen lalu menyuruhku duduk di pinggir kapal membelakangi air. "Kamu gak pakai?"

Dia menggeleng. "Aku free diving." Dia memintaku turun setelah dia berada di air terlebih dahulu. "Okay, jangan jauh dari aku." Aku mengangguk menurut saja bagai anjing dengan majikan selain karena aku belum pernah diving, aku juga takut kenapa kenapa. 

Kami turun ke kedalaman hampir 7 meter dibawah laut memandang gugusan terumbu karang yang bagus dan di kelilingi kelompok ikan ikan. Tanganku bermain main dengan kelompok ikan ikan itu. So beautiful in east Indonesia. Pantas saja banyak yang sering ke sini ternyata terbayar dengan pemandangan.

"Hobby kamu mahal ternyata." Kataku saat sampai ke permukaan, melepaskan masker oksigen yang membelenggu mulutku dan membuatnya pegal selama hampir satu jam kami menyelam. Dokter Aftar tidak memakai peralatan seperti tabung karena dia melakukan freediving menyelam dengan satu tarikan nafas, sedang aku memakan tabung karena scubadiving, sebenarnya aku juga tidak mau jika harus tanpa oksigen terlebih mau scuba atau freediving haruslah memiliki lisensi atau orang yang mendampingi berlisensi. 

Dia tertawa mengusap rambutku merapikannya kebelakang karena menutupi wajahku, usai mengecup pipiku. Dia tidak tahu apa aku sudah kedinginan begini? "Berdarah Nda, kamu tadi nabrak apa?" dia mengusap keningku yang terasa perih dan berbau anyir. "Udah ayo naik, kamu udah pucat."

"Kenapa gak daritadi?!"

Kalau kalian berfikir dokter Aftar selalu bebas panggilan saat pergi salah total, walaupun saat liburan seperti ini dia menerima panggilan darurat tentang operasi. Aku duduk di pinggiran kapal dan memeluk tubuhku sendiri karena menggigil tapi segar. Dokter Aftar yang selesai bertelepon dalam keadaan basah kembali ke ak umembawa selimut dan menyelimuti tubuhku. Jangan berfikir handphone nya akan rusak karena kena air, dia memakai samsung keluaran terbaru.

Vulnere [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang