Trouble : : 07

3.1K 309 503
                                    

Cieh yg baru habis bahagia gara" si Devin bisa balik ke keluarganya 😂😂

Wkwkwk ini chapter baru buat kalian, moga suka yaa...

Happy reading!

_________________________

"Jangan ganggu aku lagi, Vin... Aku lagi pengin makan. Kamu ngapain sih narik-narik baju aku terus?" tanya Devan kecil seraya makan dengan kesusahan akibat ulah jahil saudaranya.

"Iseng aja." Devin nyengir. Cowok itu masih melanjutkan ulah jahilnya menganggu Devan. Walaupun ia tahu itu adalah hal yang salah, tapi menurutnya itu adalah hal yang menyenangkan.

Devan menyingkirkan tangan Devin kesal, "Kamu kok nggak bisa diem sih?"

"Aku kan hidup. Mahluk hidup itu bergerak, bukannya diem."

Devan menghela napas pasrah. Ia tidak mampu menjawab apa-apa lagi jika Devin sudah mengeluarkan kalimat 'skakmat'-nya. Lebih baik ia lanjut makan daripada mengurusi Devin yang tidak bisa diam itu.

Devin kecil bangkit lalu berlari meraih sebuah bola yang berada tak terlalu jauh. Ia tersenyum puas, lalu menendang bola itu keras hingga sampai di kepala Devan dengan sempurna.

"Aduh!" Devan meringis sembari mengusap-usap kepalanya. "Kok kepalaku dipukul pakai bola, sih?"

"Pengen, hehe..."

Devan cemberut, "BUNDA!! AYAH!! DEVIN NAKAL!!"

"O-ow." Devin berlari kabur dengan sangat cepat.

Bruugghhh....

Hendra meraih tubuh mungil Devin itu, "Dapet! Mau ke mana lagi kamu, ha?" Hendra langsung menciumnya gemas.

Ia membawa Devin kembali mendekat ke arah Devan. Di sana juga sudah ada Dian yang mengelus-elus kepala Devan yang sedang kesakitan.

Devin nyengir tak berdosa, sedangkan Devan sudah ingin menangis. Bukan karena kepalanya terbentur saja, tapi karena makanannya jatuh dan berserakan di meja.

Hendra menoel hidung mungil Devin, "Kamu itu, ya... Jail banget. Kasian itu Devan sampai nangis."

Devin ngakak. Bukannya merasa bersalah atau bagaimana, ia malah tertawa puas walaupun tahu perbuatannya salah. Itu tadi menyenangkan, bukan?

"Yeee... Malah ketawa kamu." Hendra ikut tertawa seraya menoyor kepala Devin pelan. Pria paruh baya itu mencium pipi gembul putranya dengan penuh kasih sayang.

Dian tertawa, ia meraih Devan yang sedang menangis, lalu menggendongnya dan mendekati Devin.

"Ah, cengeng!" ejek Devin.

Dian terkekeh, "Devin... Jangan gitu sama Devan."

"Devin nakal!" Devan menangis seraya meletakkan kepalanya di ceruk leher Dian.

"Kamu dikit-dikit nangis, dikit-dikit nangis. Nangis kok dikit-dikit," omel Devin.

Ucapan Devin itu membuat Dian dan Hendra kesusahan menahan tawa. 

"Kayak aku dong, nangis aja jarang. Kamu cengeng ah," ejek Devin kembali.

Melihat Devan yang semakin menangis, membuat Devin tertawa puas. Dian menoel pipi gembul Devin, "Udah, Vin..."

"Devin mau minta maaf, kan?" tanya Hendra.

Devin mengangguk, "Maafin aku. Aku emang nakal, tapi aku suka nakalin kamu." Devin ngakak sendiri.

TROUBLE [TELAH TERBIT] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang