Akhirnya olimpiade fisika aku selesai juga 😌
Nguras pikiran banget, sumpah. Ratusan soal fisika dalam waktu 45 menit itu... Hadeuh. Pulang-pulangnya langsung tepar kayak habis lari marathon 😂😂
Ini baru bangun, jadi maaf publishnya kelamaan hehe..
Kali ini gak perlu tisu-tisuan kok. Gaada unsur bawangnya, santai 😂
Enjoy!
______________________________Dua belas hari telah berlalu. Keadaan Devin semakin membaik. Bahkan cowok itu sudah bisa bolak-balik ke kamar mandi sendiri tanpa perlu ditemani.
Hari sudah berubah menjadi malam. Dian sibuk memotong buah-buahan di meja. Sejenak ia menoleh ke arah Devin, "Vin? Kamu laper nggak?"
Devin menggeleng, "Nggak, Bun." Cowok itu menjawab apa adanya sembari menonton film di televisi. Ia sungguh merasa bosan.
Devin menghela napasnya lalu menoleh ke arah Dian, "Bunda...," panggil Devin pelan.
Dian yang tadinya sibuk memotong buah-buahan ke piring, langsung menoleh. "Iya, Sayang?"
"Devin kapan bisa pulang?" tanya cowok itu.
"Tunggu kabar dari dokter dulu."
"Besok nggak boleh? Lagian Devin udah nggak apa-apa," ujar Devin memelas.
"Nanti coba Bunda tanyain ke dokternya."
Devin mengangguk pasrah, ia mengalihkan pandangannya ke arah sofa. Tepatnya ke arah Devan yang sedang berbaring dengan ponsel layar sentuhnya sambil tertawa keras. Devin menatapnya kebingungan, entah hal lucu apa yang berada dalam benda itu. Devan memang benar-benar aneh! Apanya yang menarik hanya sekedar bermain HP?
Devin berpikir, mungkin saudaranya itu tengah sibuk bermain ular-ularan yang sedang mencari apel untuk dimakan, seperti permainan pada HP nonkamera saat dulu waktu mereka masih kecil. Nyatanya Devin tidak pernah tahu perkembangan teknologi HP zaman sekarang. Ia tidak pernah menyentuh benda itu selama delapan tahun.
"Yes! Besok libur!" seru Devan sendiri.
Devin menghela napas sejenak, lalu memilih untuk tidur saja daripada bosan. Hanya hal itu yang dapat ia lakukan sekarang. Baru saja ia memejamkan mata, bayangan Fiera muncul di kepalanya.
"Kamu pikir kamu bisa lolos dari saya, hah?!!" teriak Fiera. Ia menyiapkan tali cambukannya, "Dasar bodoh!!!"
Ttttaarrr!!!
Devin terlonjak kaget dengan napas yang tersengal-sengal. Jantungnya memompa dengan sangat cepat kali ini.
Dian refleks menoleh ke arah Devin ketika sadar putranya tampak sangat ketakutan. "Kenapa, Sayang?"
Dian melihat Devin yang tiba-tiba menutup telinganya gemetaran. Devin menangis, suara dan bayangan Fiera terputar di otaknya.
Fiera meraih kerah leher Devin, "Mana lukisan kamu, hah?!!"
Bruuugghhh!
Fiera meninju rahang Devin keras, "Dengar, Vin! Saya tidak akan membunuh kamu. Tapi saya akan buat hidup kamu menderita dan tersiksa selamanya, bahkan sampai kematian sendiri akan merasa kasihan denganmu."
Fiera menjambak rambut Devin hingga cowok itu mendongak, "Kamu ingin mati, kan? Tapi sayangnya, saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Saya akan memberikan kamu hal yang jauh lebih mengerikan daripada kematian."
Devin meneteskan air mata. Tubuhnya bergetar menahan isakan. Fiera semakin menjambaknya, "Dengar, sampai kapan pun, kamu nggak akan pernah bisa lolos dari saya! Jadi jangan pernah mimpi bisa bebas!!! Ngerti?!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLE [TELAH TERBIT] ✅
Ficção Adolescente[BEBERAPA PART TELAH DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] Tempat yang paling hangat itu, dalam pelukan lembut Bunda. Tempat yang paling aman itu, dalam dekapan lengan lebar Ayah. Saat-saat yang paling menyenangkan adalah saat aku masih bisa menggen...