Mata

529 55 0
                                    


Lensa Chord
Written by Park Carissa
Thursday, May 28, 2020
.
.

RMBiggestFanGirl
.
.

Min Yoongi with Kim Taehyung
.
.

Chapter : Mata ( Eye )

__

( Author Side )

     Kalau ada satu orang yang pantas di pertanyakan tentang sikapnya mungkin Jeon Jungkook akan jadi kandidat pertama dalam penilaian seorang Park Jimin. Tentu saja! Bagaimana bisa seorang pembuat masalah sepertinya bersikap ikut adil dalam hal pertolongan terhadap Min Taehyung. Sungguh, tak masuk di akal.

Baru bulan kemarin, ia mendengar kabar jika sahabatnya di bikin babak belur oleh geng si brengsek Jeon itu. Baru terhitung 1 tahun lebih Taehyung harus merasakan kekerasan yang di lakukan oleh Jungkook, dan  semua seakan di tutupi lewat perbuatan baiknya dalam satu hari, satu hal yang menjadikannya cocok sebagai topik buah bibir para siswa menengah atas Seoul itu.

Seorang gengster sekolah merasa masih memiliki hati sehingga ia menggendong seorang pria menuju unit kesehatan.

Jimin tak suka mendengarnya, karena mungkin saja itu hanyalah kedok yang Jungkook lakukan agar ia masih bisa aman dari ancaman drop out pihak sekolah. Lagipula, siapa yang tau bukan?

Waktu ia ingin menolong Taehyung, justru dirinya di dorong oleh Jungkook. Mengatakan jika ia tak perlu melakukan hal itu sebab Taehyung adalah anggota kelompoknya Lalu menurutnya Jimin itu siapanya, hah?! Buat kesal saja.

Jungkook itu orang lain, dia tidak ada kaitannya dengan Taehyung. Memangnya ia kira Jimin tidak bisa menggendong tubuh sahabatnya? Lalu latihan fisik yang selama ini ia lakukan memangnya hanya untuk mempersiapkan perlombaan!?

Jimin marah, Jimin kesal dan perasaannya kini hanya di limpahkan oleh rasa penasaran juga kebingungan. Selama Taehyung tidak berada di kelas, ia jadi merasa bosan juga tidak berselera untuk belajar.

Mungkin ini yang Tae rasakan selama aku berlatih, ia pasti kesepian di kelas selama ini. Batin Jimin sambil merebahkan kepalanya di atas meja.

" Jim! Ingin ikut kami pergi ke kantin untuk makan siang? " Seorang temannya mengajak namun pria itu menggeleng dan berkata, tidak usah.

Orang itu paham dan melanjutkan perjalanan bersama beberapa temannya yang lain keluar dari kelas, terhitung hanya ada beberapa siswa yang masih setia duduk di kursinya termasuk dirinya dan Jeon Jungkook.

Tunggu, Jungkook? Pemuda dengan gelar atlet itu menoleh ketika menyadari kalau si berandalan sekolah masih berada di posisinya. Setau Jimin, biasanya Jungkook akan pergi tepat ketika mendengar bel istirahat berbunyi dan yang lebih normalnya lagi terkadang sebelum jadwal istirahat, pemuda Jeon itu akan melenggang keluar dari jam pembelajaran dan baru akan kembali setelah bel pulang. Tapi serius! Itu sangat wajar menurut Jimin.

Melupakan harga dirinya yang sudah tersegel apik, Jimin memutuskan untuk menemui Jungkook di kursinya. Dengan alasan dirinya yang bersedia tanpa perintah menolong Taehyung.

" Aku sedang tidak ingin memulai pertengkaran atau keributan, lebih baik kau pergi dari hadapanku " ucapan Jungkook yang menyadari kalau Jimin kini berjalan ke arahnya.

Sialan! Belum juga sampai di depannya justru aku sudah di usir duluan olehnya. Gumam pria berpipi chubby itu masa bodoh, tetap melangkah mendekat.

Sebelum Jungkook kembali menyemprotkan cacian makinya pada Jimin, ia sudah mengangkat tangan kanan ke samping kepala bertanda ia juga sedang serius dan butuh kejelasan. Maka, Jungkook mencoba mengurungkan niatnya memberi bogeman mentah dengan tulus.

" Kenapa kau mau menolong sahabatku kemarin? Aku yakin pasti kau sengaja melakukannya agar namamu tidak termasuk ke dalam daftar siswa blacklist oleh yayasan bukan? " Itulah pertanyaan pertama sekaligus terpanjang yang Jimin utarakan.

" Apa pedulinya untukmu? "

Jimin menahan nafasnya, tetaplah tenang dan sabar. Setidaknya motto itu sangat berguna di masa-masa menyebalkan seperti ini.

" Karena dia sahabatku, tentu sudah seharusnya aku mengawatirkannya. Lagipula aku penasaran, kenapa kau menolongnya padahal baru bulan kemarin hampir membunuhnya? "

" Sahabat ya? " gumam Jungkook sambil menatap buku bersisi coretan di sampul, tak lagi menatap sosok Jimin di hadapannya.

" Orang yang tak ingin bersama atau mengakui lagi kita karena berbeda dengan tujuan mereka, apa itu tetap sahabat? " Tanya pemuda Jeon itu.

" Kau tak menjawab pertanyaanku, brengsek! "

" Kalau kau peka dengan kata-kata ku barusan harusnya kau sadar dengan maksudku menolong si lemah Min itu, Park Jimin " Jungkook berdiri dari kursinya dan berjalan keluar kelas.

Tapi, ada satu hal yang membuat Jimin bertanya-tanya pada dirinya. Mengenai mata itu, mata Jeon Jungkook yang menatapnya kosong tanpa pancaran apapun. Begitu gelap dan kelam tanpa warna ataupun binaran cahaya.












Lensa ChordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang