Jika kamu benci kebisingan dan nyaman dengan keheningan, maka aku benci kesunyian dan nyaman dengan keramaian. ----- Mileata Pradipta.
****
"Ganteng sih tapi sayang dia anak penjual somay."
"Awalnya gue suka sama dia. Tapi setelah tau dia anak penjual somay, gue jadi illfeel."
"Sangat disayangkan kegantengannya."
Mendengar kicauan-kicauan tersebut membuat Anggrek menatap kesal ke arah dua gadis yang ada di hadapannya. Mata gadis berambut sebahu itu mengikuti langkah lelaki yang baru saja menjadi perbincangan dua gadis tersebut. Memangnya salah menjadi anak dari penjual somay? Kenapa orang-orang di kampus ini sangat merisaukan kenyataan itu? Bagi Anggrek, selagi itu pekerjaan halal, kenapa harus dirisaukan dan dipermasalahkan?
Anggrek sedikit kesal dengan lelaki itu karena diam saja menerima kicauan-kicauan yang menurutnya sangat mengesalkan. Harusnya lelaki itu bisa lebih tegas melawan segala ejekan yang dilontarkan padanya. Bukan hanya diam begitu saja. Anggrek yakin jika sindiran tersebut sangat melukai hati lelaki itu.
Mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, Anggrek beranjak mendatangi kedua gadis yang ada di hadapannya itu. Mereka harus ditegur agar tidak semena-mena mengolok-olok profesi seseorang.
"Eh kalian jangan belagu ya! Kalo masih minta uang sama emak bapak jangan berani-berani ngeledekin orang! Emak bapak lo pada bangkrut, kalian juga bakalan jadi gembel!"
Langkah kaki Rey terhenti saat mendengar suara cempreng itu memenuhi lorong kampus tempatnya saat ini. Sedari tadi Rey memang menebalkan telinganya dari kicauan-kicauan yang mengejeknya. Sudah setahun Rey menempuh pendidikan di Universitas ini. Satu tahun berlalu pula Rey menjadi bahan pembicaraan orang-orang seantero kampus. Awalnya dia menjadi perbincangan karena wajahnya yang mirip dengan aktor-aktor Korea Selatan dan itu jelas membuat Rey sedikit risih karena banyak pasang mata, terutama para gadis-gadis di kampus ini menatapnya dengan tatapan memuja. Kini, segalanya berubah menjadi cacian dan ejekan karena beritanya hanya seorang anak penjual somay beredar.
"Bubar lo semua! Jangan suka ngejek orang kalo masih bergantung di ketek emak bapak! Gedein tuh prestasi, jangan gedein bacot nggak guna kek tadi!"
Rey bisa mendengar langkah kedua gadis yang baru saja mencacinya tadi melangkah terburu-buru meninggalkan lorong kampus tempatnya saat ini. Siapa kira-kira gadis yang membelanya itu? Rey benarkan? Gadis itu membelanya?
Perlahan Rey merasakan tepukan keras pada pundaknya. Sedikit ragu, Rey memutar tungkai menghadap si penepuk pundaknya. Kedua bola matanya membesar saat melihat gadis berambut pirang dan berwajah cantik bak bidadari berdiri di hadapannya dengan kedua tangan bersedekap di depan dada.
Gadis itu Rycca. Rycca Oksana Afsheen. Gadis populer di kampus ini karena kecantikan dan keceriaannya. Rey sering memperhatikan gadis itu karena dia suka melihat keceria Rycca yang seolah-olah gadis itu tidak memiliki beban hidup yang harus dipikulnya.
"Lo kenapa nggak lawan mereka sih? Cupu benget jadi cowok! Nih ya gue bilangin, mereka kalo ngebacot, ya lo bacotin balik! Nggak usah takut sama mereka," cerocos Rycca dengan berdecak pinggang dan geleng-geleng kepala, persis seperti preman pasar.
Rey mengerjapkan kedua matanya. Jadi, benar gadis yang membelanya tadi itu adalah Rycca? Sejak kapan gadis itu perduli dengannya? Rey tahu, selama ini Rycca adalah gadis tercuek dengan keadaan sekitar.
"Woi, malah bengong lagi! Gue ngomong malah dikacangin. Untung lo mirip Oppa-oppa Korea, kalo nggak udah gue gebok lo dari tadi." Kembali Rycca menyerocos dengan tampang kesalnya dan hal itu membuat Rey menarik sudut bibir melengkung ke atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putus, nih???
Ficción General"Tata mau putus!" "Nggak! Aku nggak mau putus dari kamu!" "Pokoknya pu...tus, tus, tus, tus!" "Nggak ada kata putus!" "Yaudah! Kalo gitu Kak Rey pacaran sama tembok aja!" Setiap hubungan asmara, pasti akan berujung dengan kata 'PUTUS'. Entah itu put...