Prolog

261 13 2
                                    

PS: Part ini sebenarnya pernah gue publish di lapak para Dogan. Cuma kali ini gue sedikit rapihin kata-kata yang rancu.. dan untuk Prolog Epilog, gue pake POV 1 alias sudut pandang orang pertama. Untuk Prolog pake sudut Pandang Ujang. Dan untuk Epilog bisa aja pake sudut pandang Tata atau yang lain, liat aja nanti hahha.. naah kalo untuk isi ceritanya gue pake POV 3 alias sudut pandang orang ketiga ya guys. Semoga kalian nanti nggak bingung hehhe. So, enjoy on my story guys!

####

Inilah aku. Rey. Laki-laki dengan segala kesederhanaan. --- Reynald Kanava

***

Reynald Kanava. Nama yang bagus di berikan kedua orangtuaku. Aku bukanlah lelaki tampan dan juga bukanlah lelaki bergelimangan harta. Hidupku sangat sederhana. Ayahku hanyalah seorang pedagang somay keliling. Walaupun hanyalah seorang pedagang, ayah bisa menghidupiku hingga aku bisa berkuliah di salah satu Universitas ternama di Ibukota, Jakarta. Sedangkan Bunda sudah lama meninggalkan kami untuk selamanya. Sejak kecil aku hidup tanpa sosok seorang ibu. Tapi, aku tetap meyakini jika Bunda adalah sosok pahlawan bagiku, sama seperti sosok ayah.

Bisa melanjutkan pendidikan hingga ketingkat perguruan tinggi adalah mimpiku sejak kecil. Aku yakin banyak yang memimpikan hal yang sama seperti diriku. Keinginan terbesarku adalah melihat Ayah bangga padaku. Bangga dalam artian, aku bisa menjadi orang sukses dan membawa beliau keluar dari kehidupan yang kadang membuatku ingin protes kepada Tuhan. Jika ayah mendengar protesanku tadi, maka beliau akan marah besar kepadaku. Karena ayah adalah orang pertama yang memarahiku jika aku menyalahkan Tuhan atas kehidupan kami ini.

"Seharusnya kamu bersyukur masih bisa di kasih hidup dengan anggota tubuh yang lengkap dan terlahir sehat wal'afiat." Ayah merangkulku dengan tangan hangatnya saat itu. "Hidup itu seperti roda, kalau ingin sukses, ya kita harus berusaha, bukan malah menyalahkan Tuhan. Itu nggak boleh ya, Nak."

Jujur aku merasa malu saat ayah menohok ku dengan kata-katanya. Sejak itu pula aku semakin bertekad untuk menggapai segala impianku. Tiap hari aku belajar agar bisa lolos masuk ke Universitas melalui jalur beasiswa. Dan usahaku berhasil, saat ini aku sudah menjadi mahasiswa yang mendapatkan beasiswa. Tugasku kini adalah mempertahankan nilai-nilaiku agar bisa terus mendapatkan beasiswa hingga aku lulus nanti.

Saat pertama kali menjadi seorang Mahasiswa, aku menjadi pusat perhatian. Banyak yang mengatakan jika wajahku sangat mirip aktor-aktor Korea yang banyak di gemari para gadis-gadis saat ini. Aneh memang, aku bukanlah keturunan Korea tapi perawakan wajahku memang mirip seperti keturunan Korea. Almahrummah Bunda memang cantik seperti artis terkenal asal Korea. Walau bunda bukanlah keturunan Korea. Mungkin perawakan wajah bunda menurun padaku.

Sebenarnya aku sangat risih menjadi pusat perhatian. Aku benci kebisingan dan nyaman dengan keheningan. Setiap hari menjadi perbincangan orang-orang seantero kampus membuatku merasa tidak nyaman.

Menjadi pusat perhatian karena memiliki wajah tampan hanya sebentar bertengger pada diriku. Awalnya aku senang, karena tidak ada lagi yang menggangguku. Namun, sepertinya Tuhan tengah mengujiku dengan beredarnya kabar tentang diriku seorang anak penjual somay. Kabar tersebut langsung tersebar cepat ke seantero kampus, yang rata-rata mereka adalah anak-anak orang berada alias anak orang kaya, tidak sepertiku.

Pujian-pujian yang awalnya aku terima setiap hari, kini berganti dengan gunjingan-gunjingan yang membuat darahku mendidih. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Tujuanku saat ini hanyalah lulus tepat waktu dengan mempertahankan beasiswa ku.

"Wajahnya sih mirip Oppa Korea tapi ternyata orang miskin."

"Ganteng sih tapi sayang anak tukang somay."

Putus, nih???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang