Kak Rey, ayo pacaran! --- Mileata Pradipta.
***
Tata terus menatap koper berwarna coklat yang ditarik oleh sang empunya. Lalu manik mata hitam tersebut beralih menatap punggung tegap lelaki di hadapannya ini. Ada rasa tidak rela menghinggapi hati Tata. Dia tidak rela jika berjauhan dengan lelaki tersebut.Rey, si sang empu koper menghentikan langkah dan diikuti oleh Tata di belakangnya. Memutar tumit, Rey memposisikan tubuh menghadap Tata yang hanya setinggi dadanya saja. Gadis manis itu terus menatapnya dengan bibir maju ke depan, manyun.
Kedua tangan Rey meremas lembut kedua pundak Tata. Senyum lelaki itu mengembang dengan sempurna membuat ketampanannya bertambah berkali-kali lipat. Rasa tidak rela semakin menghinggapi Tata, mana bisa dia harus rela tidak melihat senyum semanis Rey? Mana bisa dia harus rela tidak menatap wajah tampan Rey? Sungguh jawabannya dia tidak akan bisa rela!
"Kenapa wajahnya masih dilipat gitu, hm?"
Suara lembut Rey mengalun indah masuk ke dalam indera pendengaran Tata. Satu lagi, mana bisa dia harus rela tidak mendengar suara lembut Rey ini? Jawabannya masih sama, dia tidak akan bisa rela!
Tata sengaja mendecakan lidah. "Wajah Tata bukan pakaian ya yang pakai segala dilipat!" ketusnya badmood.
Rey tergelak dan tangannya terulur mengacak-acak rambut hitam Tata dengan sayang. Sejujurnya Rey juga tidak rela harus meninggalkan gadis manis dan menggemaskan di hadapannya ini. Namun dia harus pulang ke Jakarta karena masa liburan yang diberikan Dosennya sudah berakhir. Rey harus pulang dan kembali menjalankan aktivitasnya di Jakarta yaitu berkuliah.
"Saya enggak bilang wajah kamu pakaian lho," elak Rey masih menyisakan gelak tawa.
Wajah Tata tertekuk masam dan bibirnya semakin mencurut ke depan, persis seperti bebek. Dengan kesal Tata memukul berkali-kali dada bidang Rey, walau dia tahu pukulannya ini tidak akan berefek kepada lelaki itu.
"Tata kesal ih sama Kak Rey! Kesel pake banget, nget, nget, nget!!!"
Rey menangkap tangan Tata yang aktif memukul dadanya dan menggenggam erat tangan mungil tersebut. Senyum Rey tidak pernah surut melihat wajah Tata yang memerah menahan rasa kesal, benar-benar terlihat menggemaskan.
"Yakin kesal sama saya? Saya mau pulang lho ini ke Jakarta," goda Rey mendekatkan wajahnya ke hadapan wajah Tata, membuat gadis manis itu terkesiap.
Tata mendorong pelan wajah Rey dengan telapak tangan. Kini serembut merah tercetak jelas di wajah Tata. Wajah Rey yang kelewatan tampan itu memang benar-benar tidak baik untuk kesehatan jantung Tata. Bukannya marah wajahnya didorong begitu saja oleh Tata, Rey justru kembali tergelak puas.
"Justru itu Kak Rey jangan pulang ke Jakarta, Kakak di sini aja temani Tata."
Rey kembali menggenggam erat kedua tangan Tata, kini tatap lelaki itu terpancar lembut. "Liburan saya sudah berakhir dan saya harus pulang. Kalau saya enggak pulang, nasib kuliah saya bagaimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Putus, nih???
General Fiction"Tata mau putus!" "Nggak! Aku nggak mau putus dari kamu!" "Pokoknya pu...tus, tus, tus, tus!" "Nggak ada kata putus!" "Yaudah! Kalo gitu Kak Rey pacaran sama tembok aja!" Setiap hubungan asmara, pasti akan berujung dengan kata 'PUTUS'. Entah itu put...