Chap 01

3.8K 132 6
                                    

Cerita ini terinspirasi dari manhwa yang berjudul "Work, Fight, Love.".



Nama ku Oguri Rama, pada saat ini usia ku 22 tahun dan aku sedang belajar di Amerika. Bukan hanya belajar saja, aku juga bekerja sambilan di sebuah perusahaan iklan yang cukup terkenal di Amerika ini.

Aku juga mengambil jurusan periklanan di universitas yang sangat bagus disini, dosen ku yang menawarkan pekerjaan sambilan di perusahaan tersebut.

Tentu saja tanpa berpikir panjang aku segera menerimanya, bukan karena aku kesulitan soal biaya, melainkan karena aku ingin memiliki pengalaman.

Niatku pada saat ini tidak ingin kembali ke Japan, aku ingin merintis karir disini dan membuat kehidupan baru disini.

Karena tidak akan ada yang menunggu ku pulang di Japan sana, tidak seorang pun. Bukan berarti aku tidak memiliki keluarga, aku masih memiliki orang tua, tapi karena suatu masalah, aku sangat yakin mereka tidak perduli lagi dengan ku.

Lalu di perusahaan ini, aku memiliki rekan kerja yang sangat tampan. Ia baik, ramah dan mudah tersenyum, tanpa ku sadari hati ku tlah di curi olehnya.

Yaa... Aku jatuh cinta dengan dia rekan kerjaku yang merupakan seorang pria. Dia bernama Ikuta Shingo, usianya di atasku 10 tahun, dan dia juga orang Japan.

Hari demi hari kita menjadi sangat dekat, dan kita sudah seperti sahabat.

"Mr. Shingo berhentilah minum, kau sudah sangat mabuk." Bujuk ku yang malam ini sedang bermalam di rumahnya, menemani Mr. Shingo minum minum.

"Memangnya kenapa kalau aku mabuk? Rama, besok adalah hari libur kita. Jadi apa masalahnya kalau kita minum hingga pagi tiba." Seru Shingo.

"Tapi kau sudah sangat mabuk Mr. Shingo lebih baik kita berhenti minum dan istirahat."

"Rama, ketika kita berada di luar kantor, bisakah kau memanggil ku Shingo saja? Rasanya sangat aneh kau memanggil ku Mr. bagaimana?"

"Baiklah Shingo-san."

"Jangan pakai san, cukup Shingo."

"Itu tidak mungkin, kau jauh lebih tua dari ku Shingo-san."

"Rama kau tau kenapa aku kerja disini? Apa kau mau mendengar ceritaku?"

"Kalau Shingo-san tidak keberatan untuk bercerita, maka aku akan siap mendengarkannya."

Di dalam hati, aku sangat menggebu gebu. Aku ingin tau lebih banyak lagi tentang Shingo-san.

"Ayahku mengirim ku kesini untuk kerja di tempat temannya, selama ini aku tinggal bersama beliau dan di pisahkan dari ibuku.

Meski pun begitu, setiap seminggu sekali aku akan menemui ibu ku dan menghabiskan hari bersama dengannya.

Tetapi ayahku, sekeras apa pun aku bekerja dan melakukan apa pun yang dia inginkan, nama ku tidak pernah di masukkan ke dalam daftar keluarganya hingga saat ini."

Usai bercerita Shingo-san langsung tertidur. Aku mengangkat tubuhnya yang jauh lebih besar dari ku ke atas kasurnya.

Setelah itu aku tidur di sofa yang berada di dalam kamarnya.
Dan keesokan harinya, aku tidak berani menyinggung permasalahan keluarga yang ia alamai saat ini.

Aku hanya diam selama Shingo-san tidak pernah membahasnya lagi. Dan dia pun bersikap biasa seakan ia tidak pernah menceritakan hal itu.

Entah karena dia tidak mau membahasnya lagi, atau dia benar benar lupa dengan kejadian malam itu.

Dan dua bulan tlah berlalu, aku yang semakin tak kuasa memendam perasaanku, pada akhirnya aku mengungkapkannya.

"Shingo-san, sebenarnya sudah sejak lama aku memendam ini. Aku menyukai mu Shingo-san, aku suka dalam artian romantis.

Mau kah Shingo-san menerima ku dan menjadi kekasihku? Aku tidak butuh jawaban sekarang juga.

Mungkin terdengar aneh karena aku menyukai sesama pria, tapi mungkin tidak aneh juga karena kita tinggal di Amerika.

Jadi... Anu... Shingo-san, aku MENCINTAIMU..." Seru ku mengutarakan perasaan.

"Ok, aku mau jadi kekasihmu. Meski pun ini pertama kalinya bagi ku menjalin hubungan sesama pria." Jawab Shingo segera tanpa berpikir apa pun.

Mendengarnya sangat membuatku bahagia, aku tidak pernah menyangka jika Shingo-san akan menerima ku.
Jadi selama ini dia juga memiliki perasaan yang sama dengan ku.

"Aku tidak salah dengar kan? Aku sungguh tidak menyangka kalau kita akan menjadi sepasang kekasih." Seru ku dan kemudian memeluknya dengan erat.

Hubungan kita pun terjalin dengan sangat baik, tidak ada satu pun pertikaian di antara kita.

Shingo-san suka sekali meledek ku, dan ketika aku mulai kesal ia akan tertawa dengan puasnya.

Meski kita sepasang kekasih, kita tidak tinggal bersama. Sejujurnya aku menginginkan itu, tapi Shingo-san tidak pernah membahasnya.

Hingga tiba waktunya dimana Shingo-san tidak menghubungi ku lagi. Kita hanya bersapa saat berada di kantor.

Lalu ku dengar kabar kalau Shingo-san akan kembali ke Japan, aku tidak tau apa kah itu benar atau hanya sekedar isu belaka.

Aku segera menghubunginya namun panggilan ku tidak di jawabnya, hingga aku pun memutuskan untuk datang ke rumahnya.

Aku tekan bel rumahnya berkali kali, namun Shingo-san tidak membukakan pintu.

Saat ku coba buka pintu rumahnya, rupanya tidak terkunci. Aku pun segera masuk ke dalam rumah dan menuju kamarnya.

Aku melihat Shingo-san sedang mengemasi barang barangnya.

"Shingo-san jadi benar kalau kau akan kembali ke Japan?" Tanya ku dengan perasaan kecewa.

Bukan kecewa karena dia akan kembali ke tanah kelahirannya, namun kecewa karena dia tidak pernah mengatakan apa pun padaku.

"Oh Rama kau disini rupanya." Ucap Shingo ketika melihatku.

"Kenapa kau tidak pernah mengatakan apa pun padaku Shingo-san?"

"Maafkan aku Rama, sejujurnya aku tlah membohongi mu dan tidak pernah berkata jujur kepadamu.

Sebenarnya... aku sudah menikah. Aku memiliki istri di Japan sana, tapi sudah sejak lama hubungan kami tidak berjalan dengan baik.

Kita sudah mengurus surat perceraian, itu sebabnya aku akan kembali ke Japan untuk bercerai dengannya."

"Kau sudah memiliki istri?" Tanya ku yang terkejut.

"Tapi aku akan bercerai dengannya, maafkan aku Rama. Setelah semua urusan ku selesai, aku akan kembali denganmu. Mau kah kau menunggu ku?" Ucap Shingo dengan tersenyum.

Ini sungguh tidak ku duga, apakah karena kehadiranku mereka akan bercerai? Apa aku merusak hubungan mereka?

"Jadi ini salahku?" Gumam ku.

"Kau tidak salah sama sekali, sebelum kita saling kenal hubungan ku dengan istriku memang sudah buruk dan kita sudah memutuskan untuk bercerai.

Bagaimana Rama? Kau mau menunggu ku pulang kan? Secepatnya akan ku selesaikan masalah ini dan kembali kesini menemui mu."

"Un... Aku akan menunggu mu kembali Shingo. Jadi cepatlah kau pulang, aku akan slalu menunggu mu.

Aku pasti akan sangat merindukan mu ketika kau berada disana. Jadi jangan pergi terlalu lama Shingo."

"Tenang saja, aku tidak akan membiarkan mu mati karena merindukan ku. Aku akan segera kembali.

Baiklah aku harus pergi sekarang, kalau tidak aku bisa tertinggal pesawat. Rama, berikan aku sebuah ciuman."

Dengan mengangkat jari jari kaki, tanganku menggapai lehernya dan ku cium bibir Shingo dengan lembutnya.

Setelah itu Shingo pergi dan aku tidak bisa mengantarkannya ke bandara karena aku memiliki kelas di sore hari ini.

Fight for Love (18+ / Ended) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang