Chap 05

1K 107 0
                                    

Tanpa ku sadari aku tertidur pulas dalam pangkuan Shingo-san, saat aku terbangun dan aku kembali mengingat apa yang terjadi belum lama tadi, dengan sontak aku terbangun hingga pinggangku terasa lagi sakitnya.

"Argh... Sial..." Keluh ku.

"Kau sudah bangun? Bagaimana keadaanmu?" Tanya Shingo.

"Buruk dan itu berkat kau."

Aku segera berdiri dan mengenakan semua pakaianku yang telah terlepas. Dan Shingo-san berkata, "Mau pulang?"

"Tentu saja, ini sudah sangat larut. Kau kira aku akan menginap disini?"

"Kenapa tidak? Aku saja pernah tidur di kantor."

"Apa kau pikir aku akan betah menggunakan pakaian yang sudah kotor karena mu ini!?"

"Kau bisa mencucinya disini dan keringkan dekat ac disana, lalu kau bisa tidur telanjang dan aku akan menghangatkan mu."

"Tidak akan pernah aku melakukan itu, aku permisi dulu." Ucapku yang sudah rapi dan pergi untuk menuju rumah.

Namun Shingo-san mengikutiku. Ketika kami berada di parkiran, Shingo-san menarik tanganku dan membuatku masuk ke dalam mobilnya.

"Apa yang kau lakukan? Kau ingin menculikku, hah?" Ketusku.

"Menculikmu? Tentu saja tidak. Aku akan mengantar mu pulang ke rumah, jadi katakan dimana kau tinggal."

"Aku bisa pulang sendiri, cepat bukakan pintunya!"

"Tidak akan! Baiklah, kalau kau tidak mau mengatakannya, lagi pula aku sudah tau dimana kau tinggal.

Setelah melihat lamaran kerjamu, aku mencatat alamat rumahmu. Rama, gunakan sabuk pengamanmu, kita akan jalan sekarang."

"Kalau kau sudah tau untuk apa kau menanyakannya lagi!" Geram ku.

Keadaan hening, Shingo-san fokus dengan menyetir dengan wajahnya yang terus tersenyum. Sementara aku hanya terus menatap keluar jendela.

"Seharusnya kau tidak mengantarku pulang, istrimu akan mencemaskan mu jika kau pulang terlambat." Ujarku yang masih menatap luar jendela.

"Kenapa tidak? Sudah tugas pacar (lelaki) mengantarkan pacarnya (wanita) pulang bukan?"

"Aku ini juga lelaki bukan wanita! Dan satu hal lagi, kita tidak sedang dalam suatu hubungan selain atasan dan bawahan!"

"Kalau begitu kau harus bersikap sopan denganku, sejak awal berjumpa cara bicaramu saja sangat kasar kepadaku." Keluh Shingo-san dengan raut wajahnya yang sedih.

"Kau menyebalkan!"

"Hahahaha lihat, lihat... Pacarku akan merajuk lagi." Ledek Shingo-san dan dia mencuri cium di pipiku saat ia sedang menyetir.

"Argh bodoh, apa yang kau lakukan? Perhatikan jalanannya!" Kesalku dan aku menyeka pipiku dengan lengan kemeja panjang yang aku gunakan.

Mobil Shingo-san telah berhenti tepat di depan apartment yang ku tempati, dan aku segera turun dengan mengucapkan "Terima kasih bos, selamat malam."

"Selamat malam sayang, mimpi yang indah." Seru Shingo dengan berteriak dan itu membuatku merasa sangat muak.

Aku berbaring di kasur ku yang tidak terlalu kecil atau pun besar ini, seluruh kancing kemeja tlah ku buka karena merasa sangat panas.

"Apa apaan sih orang itu?! Sudah jelas dia meninggalkan ku dan memilih istrinya, begitu bertemu lagi dia bersikap seakan kita masih pacaran.

Dan yang parahnya adalah, dia tidak mengatakan apa pun padaku tentang apa yang sudah terjadi selama ini!

Jika dia memang masih menganggapku pacarnya, bukankah seharusnya dia meminta maaf padaku dan menceritakan masalahnya?

Tapi ini apa?! Seakan akan tidak pernah ada yang terjadi di antara kita. Apa dia tidak tau betapa cemasnya aku saat aku tau kalau dia sudah memiliki istri?

Meski dia bilang hubungannya sudah tidak berjalan dengan baik sejak sebelum bertemu denganku, dan ia mengatakan akan bercerai.

Tapi aku terus memikirkan hal hal buruk ke depannya. Bagaimana jika istrinya tau tentang hubungan kita?

Bagaimana jika aku di anggap sebagai perusak rumah tangga orang? Lalu aku di maki dan akan di hukum oleh istrinya itu.

Aku tidak akan pernah lupa bagaimana rasanya orang orang di sekitar slalu membicarakan tentang orang ketiga dan menyalahkannya.

Bahkan hingga kini, semua ingatan itu masih nampak jelas dan masih sangat menakutkan bagiku.

Aku yang tidak tau menau harus ikut menderita akan hal itu, siapa yang sangka kini aku jadi orang ketiga dalam hubungan Shingo-san.

Menyedihkan dan menakutkan! Tidak memiliki hubungan lagi dengannya, itu keputusan yang tepat.

Shingo-san, kau sudah memilih keputusan yang tepat dengan memilih istrimu dari pada aku. Dan keputusan itu kau ambil dengan sangat cepat, sehingga istrimu tidak akan pernah tau tentang hal ini.

Ku mohon kau bisa bersikap biasa saja kepadaku, layaknya seorang atasan terhadap bawahannya.

Jangan pernah lakukan hal seperti tadi, berhentilah menganggapku pacarmu, kita sudah berakhir. Shingo-san...." Ucap ku dengan menutup kedua mataku dengan tangan dan mencoba menahan air mata berjatuhan karena mengingat hal pedih itu.

Karena aku seorang pria, aku tidak boleh lemah dan aku harus lebih kuat.

Keesokan harinya saat di kantor, Sato-san menghampiriku ke meja kerjaku.

"Lain kali jangan ulangi lagi seperti semalam." Ujar Sato.

'Semalam? Mungkinkah, Sato-san melihat aku dengan Shingo-san? Ini gawat, apa yang harus ku lakukan sekarang?' Ucapku dalam hati dengan keadaan yang sangat panik.

"Oguri! Jangan asal pulang begitu saja, kau tau kan malam itu juga harus ke serahkan kepada konsumen.

Bagaimana jika pekerjaan mu ada yang salah, atau ada hal yang tidak di inginkan oleh pelanggan? Siapa yang akan mengerjakan itu?

Lain halnya jika waktu penyerahannya kepada pelanggan masih memiliki sisa waktu, kau masih bisa memperbaikinya di esok harinya.

Untung saja pelanggan menyukai dengan hasil kerjamu. Apa kau mengerti?" Lanjut Sato.

"Eh? Hah?" Ucapku bingung.

"Kau tidak mendengarkan apa yang ku katakan, hah?" Bentak Sato.

"Maaf, aku mendengarnya Sato-san." Seru ku spontan.

'Jadi... Sato-san mengira aku sudah pulang? Syukurlah aku kira dia melihatku sedang melakukan itu dengan Shingo-san.' Batinku lega.

"Aku tidak akan melakukannya lagi, maaf semalam aku pulang begitu saja." Lanjutku.

"Apa yang kau katakan? Semalam kau pulang la.... Hmp..."
Shingo-san tiba tiba datang menghampiri kita dan berketus ingin mengatakan kebenarannya, dengan spontan aku langsung menutup mulutnya.

"B-bos... Apa yang ingin anda katakan?" Seru ku dengan melototinya.

Shingo-san melepaskan tanganku dan ia genggam, "Siang kesayanganku..." Ucapnya dan ia mencoba untuk mencium tanganku.

Sebelum itu terjadi, aku segera menarik kuat tanganku. Aku merasa gelisah, karena disini ada Sato-san, aku takut suatu hal yang buruk akan terjadi.

Dan jika itu terjadi, haruskah aku kembali ke Amerika dan bekerja kembali disana?

"Oii Shingo, apa yang kau lakukan? Aku tidak pernah melihatmu bercanda seperti ini kepada karyawanmu yang lain." Seru Sato dengan sikapnya yang jutek.

"Untuk Rama ini spesial, tidak bisakah kau lihat kalau Rama sangat imut? Bahkan keimutannya mengalahkan wanita yang ada disini."

"Sejak kapan kau melihat seorang pria? Dan jangan lupa jika kau memiliki seorang istri."

"Deg..."
Perkataan Sato-san mengejutkan bagiku. Yaaa, Shingo-san memang sudah memiliki istri. Disini akulah yang salah karena mencintainya.

Aku harus keluar dari situasi ini, sebelum aku merasa lebih jatuh lagi....

Fight for Love (18+ / Ended) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang