Mari kita mulai hari pertama untuk melupakan.
_Adara Haryana
°°°°°°
Hari ini adalah hari pertama Dara menginjakkan kakinya di sekolah, sekolah yang benar-benar nyata bukan hanya mimpinya belaka. Semuanya terlihat sama, air mancur yang letaknya sama di tengah taman dekat lapang basket, tribun yang megah di sisi kanan, dan masjid yang terlihat begitu nyaman. Semuanya masih sama, yang tak sama hanyalah seseorang di dalam nya.
"Adara!" Dara menengok ke arah sumber suara, matanya menyipit memperhatikan seorang gadis yang berlari ke arahnya. Setelah jaraknya semakin dekat, Dara tersenyum.
"Apa kabar?" Tanya gadis manis itu, gadis yang tak berubah bagi Dara meskipun rambutnya sudah di potong sebahu, dia Wafaa.
"Seperti yang lo lihat," balas Dara, tentu saja dengan senyuman khas nya.
"Kelas kita jadi di atas sana." Tunjuk Wafaa pada gedung baru berwarna putih bak istana yang Dara ingat dahulu masih proses pembangunan. Tiba-tiba Dara tersenyum simpul mengingat di gedung itulah Dara menegur Erlangga ketika ia merokok. Ah Erlangga lagi di ingatannya.
"Gue kira itu gedung buat anak kelas satu, eh ternyata kelas dua Akuntansi di pindahin ke sana." Lanjutnya karena Dara tak kunjung menjawab.
Sampai saat ini yang ada di mata Dara adalah bayang-bayang Erlangga yang terasa begitu nyata, bagaimana setiap momen yang tercipta berputar bak sebuah film. Dara menarawang jauh, kala melihat gerbang di belakangnya ia teringat saat pertama kali Erlangga menyapanya dan memperkenalkan diri sebagai mantan Dheayana.
"Banyak yang berubah ya sampai harus di amati satu-satu?" Tanya Wafaa.
Dara menggeleng lemah, "sedikit, cuman beberapa."
"Ayo ke kelas!" Ajak Wafaa sembari merangkul lengan Dara dan sedikit menyeretnya agar Dara segera melangkah menjauh dari gerbang.
Pemandangan yang tak asing banyak Dara saksikan, dari mulai anak farmasi yang sudah rapih dengan jas lab nya berbondong-bondong masuk ke dalam laboratorium dengan buku-buku tebal di tangan mereka, beberapa siswa multimedia yang memakai baju jurusan mereka tengah asyik memegang kamera memotret berbagai hal yang mungkin di tugaskan oleh guru mata pelajaran dan beberapa siswi berseragam PDH, anak - anak pasukan keamanan sekolah yang selesai bertugas di depan gerbang.
Keadaan kelas kala itu sedang ramai, hingga beberapa murid mengetahui kedatangan Dara membuat seisi kelas langsung tertuju pada Dara. Beberapa siswi langsung mendekat dan menanyakan keadaan Dara, bagaimana pun juga mereka merindukan Dara.
Bau cat masih menyeruak di seluruh ruangan yang berdominasi warna putih itu, semuanya terlihat baru. Seperti kursi dan meja yang masih terlihat mengkilat, beberapa organigram yang terlihat rapih tertempel di dinding kelas serta beberapa foto pahlawan. Ruangan bernuansa putih terlihat nyaman untuk di pandang.
"Dara sini duduk!" Panggil seorang gadis lain dari bangkunya, dia Eka teman satu bangku Dara.
Hari itu Dara habiskan dengan pertanyaan teman sekelasnya perihal keadaan Dara saat ini dan bagaimana kejadian yang Dara alami hingga koma selama satu bulan penuh itu. Setelahnya semua terasa hampa, Dara hanya memandang ke arah jendela bernostalgia dengan bayang-bayangnya sendiri.
Terlalu larut dalam rasa membuat nya lupa untuk berlaku bagaimana. Tapi untuk saat ini biarkan ia mengadu pada semesta bahwa ia merindu.
TBC