"San! Aya teteh urang teu?" Tanya Esa berdiri di belakang Sani yang sedang sibuk menyapu lantai.
"Assalamualaikum dulu aturan mah, kaget gue Sa!" Bentak Sani pada Esa yang berdiri di depan pintu kelas Dara.
"Assalamualaikum teh Sani yang cantik, Dara ada?" Ulang Esa.
"Waalaikumsalam, udah pergi ke basecamp. Tuh kelasnya juga udah kosong." Esa mengangguk melihat isi kelas Dara yang sudah kosong.
"Nya atuh nuhun!" Seru Esa.
"Sami-sami!" Balas Sani.
Esa langsung pergi menuju basecamp PMR untuk menemui Dara, mau ngajak pulang.
"Assalamualaikum..." seru Esa dari luar.
"Waalaikumsalam." Seorang gadis membuka pintu basecamp dan Esa langsung masuk ke dalam tanpa di suruh.
"Ini waketos bukan sih?" Tanya Musarofah dengan nada jengkel.
"Hehehe iya waketos yang ganteng, Musaro." Esa terkekeh.
"Rofah! Musaro, musaro!"
"Iya Rofah." Ralat Esa sembari tersenyum.
"Ngapain? Mau tebar pesona?" Tanya Dara yang baru saja masuk ke dalam basecamp. Ada alasan kenapa Dara berbicara seperti itu, isi basecamp sekarang hanya kaum hawa dan Esa satu-satunya pria di basecamp. Terlebih pesona Esa bukan untuk di ragukan lagi, banyak perempuan di basecamp yang terus memperhatikan wajahnya.
"Balik sana!" Usir Dara.
"Yeu kok di usir?" Tanya Esa.
"Gue ada ekskul, lo gak ada kumpulan osis kan? Pulang aja, gue pulang sama Faul. Dia lagi latihan basket."
"Tau gitu mah ngapain gue kesini?" Ucap Esa dengan kesal.
"Punya hape makanya pake!"
"Yaudah gue pulang deh."
"Hati-hati."
"Bye semua Esa ganteng pulang dulu, assalamualaikum!" Esa langsung pergi setelah menutup pintu basecamp.
"Waalaikumsalam."
"Aneh gue, itu waketos wibawa nya sebelah mana ya?" Tanya Dara menatap punggung Esa yang semakin menjauh.
Mahesa merogoh saku jaketnya, membawa benda pipih yang terus saja berbunyi dari tadi. Ia melihat nama gebetannya terpampang dengan jelas di layar lantas ia tersenyum.
"Si cantik..." Monolognya, tanpa Esa sadari ia berjalan sembari bermain ponsel sampai-sampai ia menabrak bahu seseorang yang membuatnya oleng.
"Eh maaf-maaf," ucap Esa.
"Santai," balas orang yang tak sengaja bertabrakan dengan Esa, dia seorang pemuda yang mungkin sebaya dengan Esa. Lantas sorot mata Esa berubah kala ia membaca nametag di kemeja pemuda itu.
Esa tak mau berlama-lama, setelah meminta maaf ia langsung melenggang. Pikirannya berkecamuk, sorai-sorak di hatinya menjadi ribut. Esa bukan tidak suka, ia hanya belum bisa percaya.
Dara berjalan beriringan dengan Rifaul keluar dari area kantin menuju parkiran. Dara masih tak bersuara dan Rifaul pun tak bersuara. Keduanya hanya sibuk dengan isi kepala masing-masing.
"Ra." Panggil Rifaul, Dara hanya menatap Rifaul menunggu ia melanjutkan kalimatnya.
"Lo gak ada cowok yang di suka gitu?"