Dunia tipu-tipu

485 42 6
                                    

Rintik-rintik air turun perlahan dari atas langit, baru saja langit diatas membiru sekarang sudah buram menjadi mendung, beberapa orang berlarian menghindari rintikan air dan beberapa membiarkan air itu menjatuhi tubuhnya. Erlangga termasuk salah satu orang yang mengindari air itu, ia tidak suka hujan, ia membencinya.

Erlangga sesegera mungkin mencari tempat berlindung sembari tangannya tanpa sadar menggenggam tangan mungil milik Dara yang membuatnya harus mengikuti arah langkah pemuda yang menariknya mencari tempat perteduhan.

Warung di ujung jalan itu berhasil menyelamatkan keduanya dari deras hujan, Erlangga menepuk-nepuk jaketnya yang terkena air lalu mengibas rambutnya yang sedikit klimis akibat hujan. Tanpa sadar Erlangga masih menggenggam tangan Dara yang membuat Dara terus menatap tangannya.

"Eh maaf," Erlangga dengan cepat melepas genggamannya kala ia sadar telah menggenggam tangan itu.

"Mau teh, susu atau kopi?" Tawar Erlangga menghempas kegugupan diantara keduanya.

"Kopi," Erlangga mengangguk lalu memesan dua cangkir kopi panas untuk keduanya.

Setelahnya keduanya sama-sama diam mengamati hujan yang turun semakin deras, Dara menatapnya dengan takjub sedangkan Erlangga menatapnya dengan kosong nan hampa.

"Maaf, lo jadi kehujanan." Dara menatap wajah Erlangga yang baru saja bersuara lantas ia menggeleng meskipun Erlangga tak melihatnya karena sibuk memperhatikan hujan.

"Gak masalah, gue suka hujan." Sekarang tibalah Erlangga yang menatap Dara.

"Meskipun buat lo kebasahan?" Dara tersenyum lalu mengangguk yakin, Erlangga hanya menghela nafasnya, perbedaan yang sangat jelas diantara keduanya.

"Lo gak suka hujan ya?" Erlangga terdiam sejenak lalu mengusap wajahnya yang terasa basah akibat cipratan air.

"Gak pernah."

"Boleh tahu alasannya?"

Erlangga mengangguk. "Gak menarik juga sih, gue cuma gak suka aja. Becek, kotor, terlebih suasana abis hujan gak enak banget." Dara tersenyum simpul, ia sebenarnya tahu makna di balik perkataan Erlangga, ada sesuatu yang membuatnya membenci hujan.

"Emang sih suasana abis hujan agak gimana gitu, cuman kalo di rasain tenang juga."

"Banyak kenangan buruk pas hujan turun." Bravo! Tebakkan Dara benar, bukan tanpa alasan Erlangga membenci hujan. Dara tak berkata lagi, ia hanya menatap Erlangga berharap pemuda itu terbuka kepadanya contohnya dengan menceritakan sesuatu yang mengganjal di hatinya.

"Tapi adil gak sih kalo hujan yang jadi korban kebencian tiap orang yang mengalami hal buruk pas lagi hujan?" Percakapan keduanya sempat terhenti saat abang-abang mengantarkan dua cangkir kopi pesanan Erlangga.

"Harusnya sih enggak," Erlangga bersuara setelah abang-abang itu pergi.

"Terus?" Erlangga meniup bibir cangkir tak lama menyesap kopinya yang masih mengepulkan asap.

"Suasananya yang buat ingat kenangannya." Dara tersenyum sembari menggeleng lalu menyesap kopinya.

"Itu cuman alasan buat orang yang belum bisa ngelupain kenangan buruk pas hujan, dengan kata lain lo belum mengikhlaskan, coba kalo lo ikhlasin."

Erlangga 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang