Step back

548 49 4
                                    

Hari itu Erlangga terpaku pada langkah-langkah kecil gadis kecil yang berlari ke arahnya dengan senyum sumringah tanpa beban, ah Erlangga iri akan hal itu.

"Kakak..." Suara khas itu membuat Erlangga tersenyum lalu tangan mungil itu merengkuh bahu Erlangga, dengan senang hati Erlangga ikut merengkuh tubuh kecil itu dalam pelukannya.

"Kakak, Utari kangen kakak," ucap gadis kecil itu membuat kepala Erlangga refleks mengangguk mengiyakan dan menyetujui bahwa ia pun sama merindukan gadis kecil itu.

"Utari banyak makan ya sekarang?" Erlangga terkekeh kecil, tangan besarnya mengelus lembut kepala Utari membuat gadis kecil itu betah bersembunyi di ceruk leher Erlangga.

"Kakak kenapa baru jenguk Utari sekarang?" Gadis itu menatap mata Erlangga dengan mata besar nya membuat Erlangga tersenyum manis sembari mengusap pipi gembil Utari.

"Maaf ya Utari, kakak baru sempat." Lantas tangan kekar itu menggendong sang gadis sembari membawanya ke luar dari ruangan, sebelumnya gadis itu merengek minta jalan-jalan karena pengap di dalam ruangan yang sudah satu bulan iya tempati itu.

"Erlangga?" Netra Erlangga menatap seseorang yang baru saja menyeru namanya, tatapannya berbeda, ia menatap wanita itu dengan tidak nyaman, kehadirannya benar-benar tidak Erlangga harapkan.

"Kamu sehat, nak?" Erlangga tersenyum getir mendengar wanita itu memanggilnya 'Nak', ia berlaga seakan-akan ia memanglah seorang ibu untuk Erlangga.

"Seperti yang Mama lihat. Permisi." Erlangga melenggang begitu saja tak ingin banyak berbasa-basi dengan wanita di hadapannya. Toh dari awal wanita itu menjadi ibunya, tak pernah ia memperlakukan Erlangga layaknya seorang anak, ia hanya sibuk dengan urusan duniawi nya saja membuat Erlangga muak harus memanggilnya 'Mama'.

Wanita itu hanya menatap kepergian Erlangga dengan tatapan yang sulit di artikan, sangat sulit untuk mengambil hati anak sambungnya itu, mau cara pendekatan bagaimanapun Erlangga tak pernah mau menerima dirinya.

"Kakak, Utari pengen pulang," rengek gadis kecil yang sekarang sibuk menatap rumput yang mulai memanjang.

"Utari harus sembuh dulu oke? Nanti kalo Utari sembuh, kakak janji mau ngajak Utari main, kita motoran keliling-keliling oke?"

"Assaa!!!" Lantas gadis kecil itu bangun melompat-lompat kecil kegirangan membuat senyum Erlangga mengembang.

Salah satu alasan Erlangga untuk bertahan selama ini adalah Utari, meskipun Utari hanya saudara kandung seayah tapi Erlangga sangat menyayangi Utari layaknya saudara kandung. Senyum dan tawa tanpa beban itu yang melunturkan sedikit segala nyeri yang Erlangga rasa.

•••

Sekarang sudah jam pulang sekolah dan Dara melihat Juno di rumahnya bersama Mahesa. Dara memicingkan matanya karena setahu dia hari ini adalah jadwal kumpul anak-anak osis dan kenapa ketua serta wakil osis ada di rumahnya.

"Jun, lo gak ikut kumpul osis ya? Ngaku!" Tuduh Dara sembari menunjuk wajah Juno dengan telunjuk nya.

"Tadi gue ada urusan." Jawab Juno dengan santai.

"Urusan apa?" Dara tidak percaya begitu saja.  Juno terkekeh hingga matanya menyipit sembari menggeleng, lucu.

"Heh malah ketawa!"

"Enggak kok, tadi gue sama Esa di suruh Kajur buat bantuin bikin link pemilihan ketos nanti, pas beres gue langsung ke sini." Jawab Juno dengan jujur. Juno itu susah berbohong, sekalinya bohong akan langsung ketahuan.

Erlangga 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang