Keesokan harinya, jam sembilan kurang Esa sudah mengetuk pintu kamar Dara berharap Dara membuka pintunya. Suasana kamar Dara tidak seperti pagi-pagi biasanya, menjadi hening tak ada lagu-lagu Korea yang Dara putar.
"Ra katanya mau beli ikan?" Panggil Esa dari luar kamar karena pintu tak kunjung di buka. Daun pintu bergerak dan pintu pun terbuka menampakkan Dara yang tengah berdiri dengan setelan kaos abu dan jeans hitam, hari ini rambutnya ia ikat karena ia tahu Esa tidak menyukai jika Dara mengurai rambutnya, kayak gembel katanya. Dasar Esa.
Dara tak menjawab, ia hanya menutup pintu kamarnya dengan keras kemudian pergi meninggalkan Esa. Esa hanya menghela nafasnya saja, ia tahu Dara masih kesal padanya jadi maklum jika Dara bersikap demikian padanya.
"Ra jawab dong!" Esa jadinya kesal sendiri melihat Dara malah asik tiduran di sofa setelah mengabaikannya.
"Rese lu!" Dara menendang kaki Esa agar menjauh darinya.
"Ra ikut gue yuk!" Ajak Rifaul yang baru saja keluar dari kamarnya dengan setelan basket, atasan kaos putih dengan celana basket berwarna hitam.
"Males ah," jawab Dara yang kembali memejamkan mata.
"Ayolah, temenin gue. Lagian lo gak ngapa-ngapain kok, gue traktir deh." Dara yang rebahan pun bangkit langsung berlari menuju kamarnya.
"Lima menit!" Ucap Dara yang membuat Rifaul terkekeh.
●Erlangga●
Dara tidak tahu ia sedang di daerah mana sekarang, yang ia tahu sekarang ia berada di lapang basket tertutup yang cukup luas. Ia melihat pemuda dengan jersie serupa dengan Rifaul dan wajah mereka pun tidak begitu asing di mata Dara.
Pintu di ujung ruangan terbuka dengan lebar membuat atensi Dara terebut dengan penuh. Siluet seseorang menarik perhatian Dara. Semakin lama bayangan itu mendekati dirinya dan entah kenapa Dara sedikit tidak suka akan hal itu. Rasanya sakit.
"Tolong, kalo ini hanya sebatas haluan, tolong pergi." Dara membatin, netra nya tak lepas menatap kedatangan orang itu.
"Sini-sini!" Dara langsung menatap Rifaul merasa tak percaya, lalu menatap pemuda yang sekarang jaraknya hanya beberapa senti dari Dara.
"Selamat datang di tim basket, gue Rifaul ketua basket sekolah ini." Rifaul mengulurkan tangannya dan pemuda itu menjabat tangan Rifaul tanpa ragu.
Pandangan Dara tak lepas menatap pemuda itu, hingga keduanya saling memandang satu sama lain tanpa berniat melepaskan tatapan mata masing-masing. Wajah pemuda itu sama terkejutnya seperti wajah Dara, Dara mundur selangkah, kakinya melemas dan tangannya bergetar hebat.
"Ra, kenapa?" Tanya Rifaul yang melihat perbedaan dari sikap Dara, Dara tak menjawab, tatapannya masih terpaku pada pemuda di hadapannya.
"Gue Erlangga kak," setelah lama menatap Dara, pemuda itu mengalihkan pandangannya pada Rifaul lalu memperkenalkan diri sebagai Erlangga.
Rifaul sempat terdiam sejenak, nama yang tak asing di telinganya. Rifaul melepaskan jabatan tangannya, lalu menatap Dara yang sekarang tidak baik-baik saja.
•••
Setelah kejadian itu, Dara jadi pendiam dan sering melamun sendiri. Rifaul yang tahu akan hal itu tidak banyak bicara, ia lebih membiarkan Dara dengan waktunya sendiri. Esa dan Ayana juga tidak banyak bertanya setelah Rifaul menceritakan apa yang terjadi.
"Ra, ada Juno tuh di depan." Panggil Ayana untuk kesekian kalinya karena Dara tak menyahut. Dara yang sadar dirinya di panggil langsung tersenyum kecil menanggapi ibunya. Dara langsung beranjak dari kasurnya dan pergi kedepan menemui Juno.
"Udah lama?" Tanya Dara yang melihat Juno duduk di teras rumahnya.
"Baru aja, lagi apa?" Tanya Juno.
"Lagi tiduran, ayo masuk!" Juno mengekor di belakang Dara kemudian duduk di sofa bersama Dara.
"Esa gak ada Jun, lagi main."
"Gue mau ketemu lo," ucapannya Juno membuat Dara diam, lalu mengangguk paham.
"Jun temenin Dara dulu ya? Rifaul soalnya futsal dirumah gak ada siapa-siapa."
"Iya tante." Balas Juno dengan senyum menawannya. Ayana percaya pada Juno bahwa Juno tidak akan macam-macam pada Dara, Juno anak yang terlampau baik untuk di tuduh yang tidak-tidak.
"Gue ambil minum dulu ya?" Pamit Dara, Juno hanya mengangguk dengan wajah datarnya seperti biasa.
Dara kembali dengan satu gelas teh untuk Juno dan satu kaleng cola untuknya.
"Diminum."
"Makasih." Dara baru saja membuka tutup kaleng dan akan meminum cola tapi tangan Juno menahannya dengan cepat.
"Gak baik minum soda." Juno mengambil alih cola dari tangan Dara lalu menyimpannya di meja.
"Ada masalah ya?" Tanya Juno, Dara diam kemudian menggeleng.
"Mau nonton drakor? Gue temenin." Tawar Juno dengan senyum manis yang jarang ia tunjukkan.
"Beneran?" Mata Dara berbinar seketika mendengar ucapan Juno.
"Iya." Ucap Juno lembut.
Juno itu memanglah seperti ini tidak pernah melarang apapun yang orang sukai terkecuali itu membahayakan diri mereka, salah satunya dia tidak melarang nereka yang menyukai hal-hal berbau korea seperti K-pop ataupun K-drama. Bagi Juno itu hak mereka.
Dara menonton drama korea berdua bersama Juno, Dara menyandarkan kepalanya pada bahu Juno sedangkan Juno merangkul Dara sembari mengelus rambutnya.
"Hiks...hiks..." Juno yang sedang fokus pada film pun langsung menatap Dara yang sesegukan.
"Kenapa hem?" Juno menatap lembut Dara, Dara langsung menarik tubuhnya dan duduk dengan tegak, sesekali ia menghapus air matanya.
"Sedih hiks." Juno yang melihat itu hanya menghela nafasnya sembari menggelengkan kepala maklum.
"Jangan nangis, itu cuma film."
"Tapi sedih." Ucap Dara. Juno tersenyum, dibalik sikap Dara yang dingin tersimpan sikap menggemaskan seperti ini. Juno terkekeh melihat wajah Dara yang memerah, apalagi hidung dan telinganya yang ikut memerah. Dara yang di tertawakan langsung menatap Juno dengan tatapan sendu serta bibir yang masih mengerucut. Juno yang ditatap seperti itu gelapan sendiri dan langsung membuang pandangannya. Sebenarnya Juno malu ditatap seperti itu karena Dara menggemaskan saat seperti itu, dan Juno pun malu jika mengucapkan bahwa Dara menggemaskan. Juno tak tahan dengan sikap manja Dara, itu membuat kerja jantungnya menjadi tak karuan dan ingin segera meloloskan dirinya dari hadapan Dara.
Dara beranjak kemudian mematikan televisinya. Juno melihat itu hanya diam, ia bingung kenapa tiba-tiba Dara mematikan televisinya.
"Kenapa di matiin?" Tanya Juno. Dara kembali duduk di samping Juno, pandangan Juno tidak lepas dari Dara. Dara memutar tubuhnya menghadap Juno, Dara terus saja memandangi wajah Juno. Juno yang di pandang hanya bingung dan malu sendiri jadinya.
"Kenapa ngeliatin mulu?" Tanya Juno.
"Lo suka ya sama gue?" Jawab Dara tanpa melepas pandangannya dari wajah tampan Juno. Juno terkekeh ganteng lalu memberi ruang jarak antara dirinya dan Dara.
"Seasik lo aja," Dara merenggut, Juno tak asik! Dara kira Juno akan gelagapan atau terlihat gugup, tapi sikapnya seperti biasa, dingin dan terlampau santai.
"Bagus, jangan suka sama gue. Gue rumit." Dara kembali memeluk bantal sofa dan bermain ponsel membiarkan Juno yang menatapnya dari samping.
"Gue udah terbiasa sama hal rumit kok." Monolog Juno dengan suara terlampau pelan.
"Eh mau aku-kamuan gak sama gue?" Goda Dara. Juno langsung gelapan sendiri, kupingnya memerah karena malu.
"Apa sih Ra?" Juno memalingkan wajahnya menghindari tatapan Dara, dan Dara hanya tertawa menertawakan Juno.
TBC