Will you be my partner?
- Gibran R
.
MY FAVORITE
CHAPTER😍😍😍
.
HAPPY READING
🍃🍃🍃.
Jam sudah menunjukkan pukul 23.23 dini hari. Ruang inap milik gadis kecil itu sudah gelap dari berjam-jam yang lalu. Itu artinya, ia sudah terlelap dan berdisko ria di alam bawah sadarnya.
Lorong atas, lantai tiga. Hanya ada pasien bernama Gladys Florista. Gibran sang Tuan Muda tidak ingin ada siapapun yang mengganggu gadisnya istirahat, baik itu lalu lalang tidak jelas oleh manusia, maupun pasien lain.
Keadaan Rumah Sakit sedikit lebih tenang, walaupun di lantai satu dan dua memang masih sedikit ramai. Sunyi, tak ada seorang pun yang menghasilkan bunyi maupun suara di sekitar itu. Tidak ada yang ingin mencari masalah dengan si pemilik Rumah Sakit.
Namun, kegiatan mengendap-endap dari luar, terasa sangat masuk ke pendengaran gadis yang tidurnya sangat pulas itu. Walaupun dengan frekuensi bunyi bervolume kurang dari satu, ia masih bisa mendengar dengan jelas, langkah kaki kecil dan bisik-bisik tetangga.
Mungkin cuma perasaanku saja.
Tak menghiraukan, tetap saja ingin menikmati tidur cantiknya.
Gladys mengerjapkan matanya berkali-kali karena mendengar suara, yang tiba-tiba ramai di ruangan itu. Mengusap kedua matanya, untuk mengatur cahaya yang mendadak masuk di kedua mata coklatnya.
Melihat tiga orang laki-laki dan satu perempuan yang sekarang berada di ruang inapnya.
"Happy Birthday, gadis cantik." Ucap seorang laki-laki yang kini membawa sebuah kue unicorn besar, terdapat lilin diatasnya, mendekati Gladys.
Ia menatap bingung, antara mimpi atau nyata.
"Aku dimana, aku siapa?" Batinnya.
"Happy birthday, Gladys! Gue senang bisa kenal sama lo, temenan sama lo!" Jocelyn memeluknya dari samping, dibalas dengan tatapan bingung dan bertanya-tanya dalam hati.
"Happy Birthday, ya!" Kini suara itu datang dari Erland. Gladys kemudian menoleh.
"Happy birthday, Gladys! Dari bang Aries yang ganteng ini!" Sambung Aries sambil mengangkat jarinya membentuk *peace*, menunjukkan senyum melebarnya kepada Gladys.
Posisinya sekarang terduduk diam diatas ranjang itu, tak tau harus berbuat apa. Ia memilih menundukkan wajahnya.
Melihat reaksi Gladys yang sudah ia ramal akan seperti itu, Jocelyn menyentuh lengan atas Gibran, berniat untuk menyadarkan pandangannya. Gibran yang tak henti-henti menatap kedua mata coklat Gladys.
Gibran lalu tersadar akan teguran itu, ia menaruh kue yang ada di tangannya ke meja, kemudian beranjak pergi keluar dari sana, disusul dengan kedua temannya.
Jocelyn memanggil suster yang ada diluar ---yang sedari tadi mengintip wkwk---, untuk mengambil kue yang diletakkan Gibran tadi di meja, kemudian menyuruhnya pergi ke tempat ---sembari menunjuk arah ke sebuah lorong kanan menggunakan telunjukknya--- , untuk menyerahkan kue itu kesana.
KAMU SEDANG MEMBACA
GLADYS
Novela Juvenil[REVISI SETELAH UPDATE] Rahasia terbesar seorang Gadis yang selama ini dipandang buruk itu, dikuak oleh the leader of the Riveras Basketball Team, dan menjadi mimpi buruk terhadap Ratu Rebecca. Dia Gladys, Gladys Florista. Gadis pemalu, yang selalu...