Bab 10

79 7 4
                                    

VoMent-nya mana??

Happy Reading*

"Ara?"

"Iya."

"Apa kau melihat dasi ku? Seingat ku, aku meletakkannya diatas nakas kamar."

"Tunggu sebentar, biar aku carikan dulu."

Yah, Arabella sudah mengingat siapa dirinya. Arabella Christopher. Terapi ingatan yang dijalaninya sangat manjur untuk gadis remaja tersebut.

Nickolas juga sudah mengingat siapa Arabella. Gadis yang selalu menjadi mimpi indah dalam tidurnya. Wajah yang selama ini membuatnya penasaran kini terkuak sudah indentitas nya. Cucu seorang pengusaha besar dan handal di California, Amerika. Ayahnya, Jonathan Christopher berasahabat baik dengan Jimmy Lewis. Arabella juga sudah mengenal Nickolas sejak masih kanak-kanak. Keduanya bersahabat dekat. Bahkan layaknya seperti saudara. Meskipun usia Nickolas 2 tahun lebih tua darinya. Tapi pria itu menjaga Arabella dengan penuh kasih sayang. Hingga suatu hari Jonathan difitnah seseorang,  menyabotase proyek milik Kanal Lewis, kakak sulung Nickolas.

Beberapa pihak membenarkan dengan bukti yang entah datang darimana. Sejak saat itu, keluarga Lewis memutus hubungan dengan keluarga Christopher. Termasuk kedua sahabat kecil yang tidak tahu menahu mengenai hal itu.

Kanal meninggal dalam menjalankan misi sebagai seorang kaki tangan ayahnya dalam dunia gelap mafia. Lagi-lagi fitnah dilemparkan kepada Jonathan. Salah paham inilah yang membuat Jimmy murka dan merencanakan pembunuhan kepada Jonathan. Tanpa peringatan terlebih dahulu Jimmy melakukan tindakan kriminal tersebut dengan saling tembak-menembak di dermaga pelabuhan Jakarta, tengah malam.

Mendengar kabar itu, Rosella, ibu kandung Arabella terkena serangan jantung dan meninggal. Tentu hal ini menjadi pukulan berat bagi seorang gadis kecil yang berusia 5 tahun saat itu. Ia memang tidak tahu menahu mengenai permasalahan ini. Namun dendam tetaplah dendam.

"Dasar pelupa. Ini dasi mu. Aku menemukannya di atas meja kerja mu."

Nickolas menepuk jidatnya.

"Astagaa aku lupa menyimpannya disana. Berikan pada ku. Aku akan memakainya."

Arabella tersenyum manis.

"Biarkan aku yang memakaikannya pada mu."

Gadis itu menarik bangku kecil untuk menopang kaki mungilnya. Ia terlalu pendek untuk menggapai tubuh tinggi Nickolas.

Nickoals tersenyum kecil seraya menggelengkan kepalanya. Arabella sangat menggemaskan.

"Selesai. Kau terlihat tampan." Pujinya seraya tersenyum.

Nickolas menyengir bangga. Tentu saja. Banyak gadis yang terpesona dengan ketampanannya. Hanya saja Arabella adalah gadis beruntung, menempati tempat terdalam di sanubari pria bermanik honey tersebut.

"Tentu saja. Jika aku tidak tampan, bagaimana mungkin kau menyukai ku nona?"

Arabella menaikkan sebelah kanan alis tipisnya.

"Oh begitu? Lalu siapa yang pertama menyatakan perasaanya? Dasar pikun. Sudahlah. Kau harus berangkat kerja sekarang. Kalau kau terlambat apa kata karyawan mu nanti?"

"Aku ini boss. Boss bisa datang kapan saja. Jika mereka berani mencela di belakang ku. Maka itu adalah hari terakhir mereka di dunia ini."

"Benarkah? Apa semudah itu bagi mu untuk melenyapkan mereka dalam sehari? Kau terlalu egois. Seenaknya tanpa mengasihani mereka meski secuil." Ujarnya serius. Ia seperti sedang mengintrogasi Nickolas layaknya seorang polisi.

WHO ARE YOU? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang