Hai hai semua...
Selamat malam, and selamat membaca!***
"Gue tahu kemana kita harus pergi." Andra menjelaskan. "Kebetulan rumah dukun yang gue maksud nggak jauh."
Semuanya kompak menunggu Andra menjelaskan lebih lanjut. Tapi, Alvian menyela.
"Maksud lo rumah tua di ujung jalan masuk villa?" Tanyanya.
"Betul. Yang sempet gue ceritain tadi di bis." Andra memberi tahu. Alvian dan Andika kompak mengingat.
Memangnya mereka pikir, anak cewek mengerti akan pembahasan di bis. Bukannya, semua murid tertidur? Ah, Kayla terlalu sok tahu.
"Astaga! Belum apa-apa gue udah merinding beneran." Dea ikut berkomentar.
Kayla meneguk salivanya. Merasakan hal yang sama. Tapi, mau bagaimana lagi? Dia telah menyetujui.
"Sebelum waktu bebasnya habis, kita harus pergi sekarang. Atau nggak sama sekali." Andra bangkit dari batu, lalu menepuk pelan belakang celananya.
"Bener juga, sih. Daripada kena omel nanti karena kemaleman mainnya." Andika menyusul Andra.
"Iya, sih. Jarang-jarang kita ngelakuin hal serem bareng." Dea berbinar. Menatap Kayla dengan sorot meminta.
Kayla gelagapan, apa benar pilihannya sudah yang terbaik?
"Sekali-kali kita bikin moment bareng." Bahkan Alvian yang pendiam mendukung ide gila Andra.
Dara mengulurkan tangannya ke arah Kayla, dan tersenyum. "Ayo, Kay. Sebentar aja."
***
Yang Kayla ingat sebelum menjatuhkan dirinya pada peraduan, adalah kata-kata kakek dukun yang membuka mata batinnya. "Sekali dibuka tidak akan mudah menutupnya."
Lalu Kayla hilang kesadaran, sedikit dia mendengar suara teman-temannya yang menyerukan namanya.
"Uh...," Kayla merasakan kepalanya pening.
"Syukurlah, Kay. Sekarang kamu sudah sadar." Dara menyeka sudut matanya. Lantas membawa Kayla yang telentang ke dekapannya.
"Kita semua khawatir." Dea bergabung dalam pelukan ini.
Kayla merasa hangat. Teman-temannya bahkan mengkhawatirkan keadaanya. Kayla menguraikan pelukan tadi dan berkata. "Jangan cengeng deh, kalian."
Lalu mereka bertiga tertawa. Sungguh, hati Kayla terenyuh.
"Masih sakit, Kay? Atau lo merasa nggak nyaman?" Andra mendekat. Ekspresinya menyaratkan permohonan maaf.
Kayla tersenyum dan menggeleng lemah.
"Beneran, Kay?" Alvian berjongkok di hadapan Kayla.
"Sejauh ini, belum ada reaksi apa-apa."
Kayla merasakan peningnya kembali lagi. Tapi dia tidak ingin menujukannya."Tau nggak sih lu, Kay?" Andika menyingkirkan Andra dan Alvian.
"Lo pingsan setelah kejadian itu, dan Alvian yang ngebopong lo sampai sini. Terus kita bikin alasan alergi dingin lo kambuh, pas guru-guru nanya kenapa lo bisa pingsan.
"Kita khawatir banget, Andra sempat marah-marah sama si kakek tua itu." Ucapan Andika terhenti karena Dea memukul punggungnya.
"Sakit, De." Andika memberenggut.
"Jaga ucapan lo, Dik." Dea mendelik.
"Maaf. Lo pingsan semaleman, Kay." Andra memberi tahu.
"Kita mau ngapain habis ini?" Kayla bertanya.
"Pulang." Jawab Dara sambil mengusap pelan bahu Kayla.
"Barangmu sudah aku beresin," Ujar Dea.
***
Kayla merasakan kepalanya pening lagi. Perjalanan pulang tadi, dia habiskan untuk beristirahat. Belum ada kejadian berarti selama Kayla membuka mata batinnya.
Kayla menutup pintu kamarnya dan berbaring di kasur. Setelah mandi dan beres-beres dia akan beristirahat lagi.
Lagipula hari sudah menjelang malam."Akhirnya," Kayla terbangun. Darimana asal suara sumbang ini?
"Kamu bisa melihatku dan mendengarkan aku. Walaupun aku tidak bisa menyentuhmu." Kayla menoleh ke arah jendela.
Dan, benar. Suara ini berasal dari sosok yang tidak pernah ia duga.
Perempuan berambut panjang. Dan dia terbang.
***
[Bersambung]
Hallo semua...
Maaf kalau ada typo yak:v
Namanya juga masih pemula...Vote, komen, dan jangan lupa share juga biar makin rame yang baca❤️
Thanks, ditunggu up selanjutnya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Penuh Kaca [COMPLETED]
TerrorTAMAT! Kayla gadis muda yang berparas cantik, namun dingin. Memiliki keluarga yang ekonominya diatas rata-rata membuat orang berpikiran kalau ia adalah gadis paling beruntung di dunia ini. Namun semua itu salah, karena hari-hari Kayla selalu dipenuh...