Epilog

85 13 0
                                    

Huhu udah sampai di penghujung cerita nih! Terima kasih ya buat semuanya yang udah mau meluangkan waktunya untuk membaca cerita kolaborasi kami.

ENDING! Semuanya berakhir di part ini.

Selamat Membaca😉

***

~ Ini bukanlah akhir dari kisahku, tapi ini adalah awal dari kisah dan kebahagiaanku. ~

Dua bulan kemudian...

Aku tersenyum tanpa henti. Melihat kehidupanku yang sekarang, membuatku tak hentinya mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan.

Dulu, setelah jasad Keyla berhasil disemayamkan, Mama sempat mendiamkan semua orang. Bahkan aku dan adikku sendiri pun juga diabaikan oleh Mama. Aku memaklumi Mama masih belum mengikhlaskan kepergian Keyla, tapi jika selamanya Mama tidak mengikhlaskan Keyla, bagaimana Keyla bisa hidup tenang di sana?

Seminggu aku membiarkan Mama untuk merenung. Tapi pada hari ke delapan, aku memberanikan diri untuk menemui Mama. Sempat terjadi percekcokan ketika itu, tapi setelahnya Mama akhirnya berhasil aku tenangkan dengan alasan kalau Keyla sebenarnya tak ingin pergi secepat itu, tapi takdirnya yang menyuruh dirinya pergi secepat itu dari dunia. Keyla menyayangi Mama, tapi kini mereka berdua sudah berbeda dunia. Aku mengatakan kepada Mama, bahwa Keyla selalu menangis dan tersiksa karena Mama terus saja tak membiarkannya pergi dengan tenang. Alhasil Mama luluh dan mulai mengikhlaskan kepergian Keyla.

Semenjak itu, Mama dan aku mulai dekat. Bahkan rasanya ini adalah pertama kalinya aku berbicara dengan Mama. Dulu untuk bicara pun susah sekali, belum berucap Mama sudah membentakku. Tapi kini semuanya berubah, perlahan Mama benar-benar keluar dari kubangan masa lalu. Dan kini kami bersama melangkah menuju masa depan.

"Kayla? Apa yang kamu lamunkan?" Mama bertanya sembari memelukku dari samping.

Aku menggeleng. Tapi Mama seolah mengerti akan gelenganku dan beliau pun bertanya kembali.

"Kamu kalau ada masalah apa-apa, kasih tau ke Mama. Kamu 'kan, anak Mama." Aku tersenyum. Bahkan kini mataku berkaca-kaca.

Aku memeluk Mama dan dibalas juga pekukanku. "Kayla seneng, sekarang Kayla bisa mendapatkan apa yang Kayla mau dari kecil."

Mama tersenyum dan berkata, "Mulai sekarang, kamu akan mendapatkan apapun yang tidak kamu dapatkan saat kecil. Dulu Mama masih belum bisa melepaskan kepergian Keyla, tapi sekarang Mama sadar kalau apa yang Mama lakukan dulu itu, membuat Keyla tidak bisa hidup dengan tenang di sana."

Aku mengangguk. Ah rasanya aku tak ingin melepaskan pelukan ini. Pelukan yang aku dambakan selama 17 tahun ini. Walaupun memang tak ada kehadiran Papa, tapi aku tetap senang setidaknya masih memiliki Mama. Semenjak jasad Keyla dikuburkan, saat itu juga Papa ditangkap oleh polisi dan dipenjara atas kasus pelecehan terhadap anak dan pembunuhan. Papa dihukum mati, saat itu aku sempat kasihan kepada Papa, tapi aku juga merasa kecewa ke Papa karena sudah merusak dan membunuh anaknya sendiri.

Kini aku bersama Mama, tengah melihat pemandangan indah di perbukitan. Bukit yang sama ketika aku membuka mata batinku, bahkan sampai sekarang aku tak ingin menutupnya. Mama tidak mengetahui jika aku sekarang bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh Mama. Biarlah aku tak mengatakannya, yang terpenting sekarang aku bisa merasakan kebahagiaan yang aku dambakan.

Kini aku dan Mama tengah melihat adikku yang tengah bermain bersama anak-anak yang ada di desa ini. Dan juga, aku bisa melihat di sana ada Keyla, Leo, dan dukun itu.

Omong-omong soal dukun itu, rupanya dia bukanlah seorang dukun. Tapi dia memang seorang indigo yang tinggal di sebuah rumah tua di desa ini. Tapi sayangnya, dukun itu sudah meninggal sejak 5 tahun yang lalu. Dan soal Leo, dia adalah seorang anak yang sama sepertiku. Terjebak akan dunia ghaib, tapi sayangnya dia putus asa karena melihat 'mereka' di sekitarnya. Bisa dibilang mentalnya tak kuat untuk menahan kemampuan indigo seperti itu, pada akhirnya dia bunuh diri di bukit ini. Di sebuah pohon besar yang terletak di sebelah selatan bukit. Ya ... nyatanya dukun tua itu dan Leo sudah meninggal, mereka saat itu hanya datang dalam petualangan jiwaku untuk mencari jasad Keyla. Awalnya aku terkejut, tapi setelah aku dibawa ke masa lalu oleh dukun tua itu, akhirnya aku percaya. Mereka benar-benar sudah meninggal. Dan soal petualangan jiwaku itu, semuanya seperti mimpi tapi itu memang benar terjadi. Ragaku tidur seharian, sementara jiwaku berkelana usai pulang sekolah waktu itu.

Dan fakta yang lebih mengejutkan lagi adalah, dukun tua itu adalah kakekku. Ayah dari Mama. Kenapa aku bisa tau? Karena dua Minggu yang lalu, Mama menceritakan semua silsilah keluargaku. Dan ada foto dukun tua itu. Mama juga mengatakan, kalau dukun tua itu alias kakekku memang seorang indigo yang juga bisa melihat masa depan. Setelah kematian Keyla, beliau mengucilkan dirinya di desa ini karena tak bisa menyelamatkan Keyla dari kekerasan Papa.

Rupanya selama 17 tahun ini, banyak hal yang tidak aku ketahui. Tapi semuanya telah terjawab setelah jasad Keyla berhasil disemayamkan. Aku beribu-ribu mengucapkan syukur selepas dari semuanya yang telah aku lalui selama ini.

Soal teman-temanku, aku sekarang mulai terbuka kepada mereka. Bahkan aku juga merubah sikapku yang dulu dingin, sekarang menjadi pribadi yang ceria dan lebih banyak berbicara. Semuanya telah berubah.

Apa yang dulu sangat aku dambakan, kini semuanya sudah kudapatkan. Tak ada lagi yang aku inginkan, sekarang aku hanya akan menghabiskan sisa hidupku untuk menikmati kebahagiaanku. Untuk semuanya, terima kasih telah membuatku merasa menjadi orang yang paling bahagia.

Kini, adalah saatnya awal dari kebahagiaanku.

***

TAMAT

Makasih ya, udah mau membaca cerita dari kelompok satu:)
Semoga dari kalian suka cerita ini ya🙈

Vote, komen, dan share ya!
Kalau begitu, sampai jumpa di lain hari^^

Rumah Penuh Kaca [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang