Seorang wanita dengan rambut sepundak meletakkan kardus terakhir yang dibawanya ke lantai. Wanita itu menghela nafas dengan berat. Entah sudah kardus yang keberapa sudah ia pindahkan hari ini. Ia menjatuhkan dirinya ke sofa terdekat sambil merengangkan otot-ototnya yang tegang setelah memindahkan barang selama 5 jam terakhir.
Keringat mulai menetes dari wajahnya. Karena merasa tak nyaman dan duduk di sofa membuatnya semakin berkeringat, wanita itu berdiri dan mulai mengikat rambutnya.
Rambut hitam pekat itu kini terkuncir satu. Pandangan wanita itu kini terarah pada sebuat kotak merah diatas lemari pakaiannya.
"Aish. Ternyata masih ada kardus lagi. Sebenarnya berapa banyak sih barangku." omelnya sambil berusaha menggapai kotak diatas lemari itu.
3 menit berlalu tanpa hasil. Wanita itu tidak berhasil mengambil kotak berwarna merah itu. Ya, memang tak mungkin kotak merah itu bisa teraih. Lemari itu saja tingginya hampir 2 meter. Sedangkan tinggi sang wanita hanya 1.6 meter.
Kesal karena kotak tersebut tak kunjung diraihnya, wanita tersebut mengambil bangku putih yang ada di ruangan itu, lalu melangkah naik dan berusaha menggapai kotak itu. Namun tetap saja kotak itu susah diraih.
"Siapa sih yang menaruh kotak itu diatas sana. Ditaruhnya agak dalam pula. Dasar." rutuk wanita itu dalam hati. Tangannya berhasil menggapai ujung kotak itu. Ia menariknya sekuat tenaga karena kakinya sudah mulai pegal menahan tubuhnya selama beberapa menit.
Kotak itupun jatuh dan mengenai kaki wanita itu yang sedang berdiri di atas bangku. Sontak, wanita itu langsung meringis dan memegangi telapak kakinya, tak peduli bahwa ia masih berdiri diatas kursi.
"Aduh. Sakit. Kotak apa sih. Kesal jadinya." omel wanita itu sambil akhirnya duduk di kursi putih itu. Kakinya yang malang tak lagi bisa menahan tubuhnya untuk berdiri tegap. Tidak untuk saat ini.
Perhatiannya kini beralih pada isi kotak merah yang kini berserakkan di lantai kayu coklat itu. Beberapa lembar foto dan sobekan buku catatan yang berisi coretan-coretan puisi buatanya kini telah mengambil perhatiannya.
Ia mengambil salah satu lembaran foto lalu diam sejenak dan mengamatinya. Di dalam foto itu, ada seorang gadis dengan rambut hitam pekat yang dikuncir satu memakai toga kelulusan tersenyum sambil memamerkan piagam penghargaan. Senyumnya memperlihatkan lesung pipi kecil yang hanya ada di pipi kanannya.
Senyum kecil tersungging pada bibir wanita itu. Lagi-lagi foto ini berhasil membuatnya tersenyum. Tangannya meraih kotak merah itu dan melihat banyak pernak-pernik kecil di dalamnya. Mulai dari pin, kertas, hingga piagam.
Wanita itu menaikkan sebelah alisnya. "Jelas saja sakit. Malangnya kakiku ini. Tertimpa dengan kekuatan penuh oleh si kotak doraemon ini." gumamnya.
Ia mulai mengeluarkan barang-barang yang ada di dalam kotak itu. Memang benar, kotak itu sangat banyak isinya. Mulai dari seragam dengan rok bitu dongker, hingga jaket kelasnya saat SMA.
Perhatiannya terambil penuh oleh buku tebal berwarna lavender. Ia mengambil buku itu dan mengusap pelan sampul buku itu. Debu-debu yang bertebaran membuatnya batuk.
Wanita itu membuka lembaran pertama buku yang sangat lekat dengan ingatannya itu. Selembar foto 4R terjatuh ke lantai. Ia mengambilnya dan diam sejenak.
Di dalam foto itu, ada beberapa remaja dengan seragam krem-biru dongker khas SMAnya berdiri di depan sebuah gedung. Lagi-lagi dilihatnya ada seorang gadis dikuncir satu berdiri diapit 2 laki-laki yang tingginya jauh diatasnya dengan membentuk tanda V dengan jarinya. Laki-laki yang berdiri di sebelah kirinya hanya tersenyum kecil dan memasukkan tangannya kedalam kantungnya. Sedangkan laki-laki yang berdiri di sebelah kanannya tersenyum lebar sambil menunduk agar tingginya setara dengan gadis yang ada di sebelahnya.
Berbagai kenangan mulai terputar di dalam memorinya. Sebuah foto yang mengigatkannya pada sebuah permulaan. Permulaan yang membawanya pada jalan berkerikil hingga berpelangi.
Senyumnya pun kembali terbit di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aretha
Teen Fiction[ On Going ] Jatuh cinta adalah hal terakhir yang ada di pikiran Aretha pada tahun terakhir SMAnya. Selain nilai dan reputasinya sebagai 'murid teladan' yang harus dijaga, Aretha juga belum siap untuk jatuh hati. Tapi bukan jatuh cinta namanya jika...