Empat

11 4 3
                                    

Beberapa hari telah berlalu dan aku sudah mulai terbiasa dengan kehidupan asrama. Sekolahpun sudah mulai sibuk. Beberapa guru telah memberikan tugas dan menentukan tanggal ujian. Dasar.

Aku berjalan dengan cepat menuju kelas 12 IPA 2.   Tanpa sadar tali sepatuku yang terbuka terinjak oleh diriku sendiri. Akupun terjatuh ke lantai.

"Ow." kataku sambil mengusap lututku. Memang aku yang ceroboh ini sering jatuh. Untung saja sekarang sedang jam pelajaran. Jadi tidak ada yang melihatku terjatuh.

Aku bangkit berdiri masih mengusap lututku yang memerah. Aku mendekatkan wajahku ke kaca kelas 12 IPA 2. Bisa kulihat Pak Gerry, guru BK, sedang sibuk dengan ponselnya.

"Nice timing," batinku.

Aku mengetuk kaca kelas itu dengan pelan, berusaha untuk menarik perhatian siapapun yang duduk di dekat jendela. Justinpun menoleh keatas. Untunglah.

Aku menyuruh Justin memanggil Hayden dengan gerakan bibirku. Justin mengangguk sebagai bahwa ia menerima pesanku. Tak lama kemudian, Hayden keluar dari kelasnya.

"Kenapa ? Penting banget ?" tanyanya.

"2 hari lagi ulangan bio, 1 bab, 40 lembar." kataku sambil masih memperhatikan lututku yang perih.  Memang setelah diperhatikan, ada kulit yang terkelupas. Sial.

"Kaki lo kenapa? Jatoh lagi ya lo?" tanyanya sambil  menekuk lututnya dan melihat lututku yang kini bukan lagi memerah. Sudah merah.

"Iyela jatoh. Masa gue digigit Pak Jamie." candaku. Pak Jamie adalah guru olahraga kami. Orangnya tegas dan galak karena dia mantan anggota TNI.

"Aw. Kok lo pegang sih. Sakit." kataku sambil memukul pundaknya.

"Mau ke UKS? Gue temenin. Bosenin pelajaran Pak Gerry." tawarnya sambil memegang lenganku.

"Biar gue aja."

Suara yang rendah itu membuat aku dan Hayden menengok.

"Xaf, kok lo boleh keluar juga? Bu Tati kan gabakal kasih 2 orang pergi ke toilet berbarengan." tanyaku.

"Dia suruh gue nyari lo. Katanya kok lo ga balik-balik." katanya sambil mendekati kami berdua.

"Seriusan ga sih?" tanyaku sambil mengerutkan dahiku.

"Kagak. Gue bilang gue kebelet. Santai aja muka lo."

Aku hanya ber oh ria. Keheningan mengelilingi kami selama beberapa detik sampai Xafier angkat suara.

"Biar gue aja, Hay. Nanti lo dicariin terus dihukum lagi." Xafier langsung menarik lengan kiriku.

"Sakit woy. Gue ini pasien." omelku.

"Yauda. Ar, hari ini jem 8 di tempat biasa ya." kata Hayden sebelum ia masuk ke kelasnya.

"Iya. Udah masuk sono." ujarku.

Haydenpun masuk ke kelasnya, meninggalkan aku berdua dengan Xafier.

"Mau ke UKS atau meratapi kepergian Pangeran Hayden lo?" ejeknya dengan wajah datarnya.

Aku kesal setengah mati setiap Xafier mengejekku dengan wajah datarnya. Rasanya ngeselin aja gitu.

"Diem deh lo. Ayo cepetan, gue mau ikut pelajaran Bu Tati." kataku sambil berjalan menuju UKS.

Lengan kiriku yang ditarik secara tiba-tiba membuatku hampir kehilangan keseimbangan. Namun kali ini, dengan berkat Tuhan, aku selamat.

"XAF! LO MAU BUAT GUE JATOH LAGI YA. DASAR, JAHAT LO," kataku setengah berteriak.

ArethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang