Jarak Dekat | 13

47 9 0
                                    

Suasana kelas masih begitu riuh sekarang. Begitupun di meja kelompok lima. Mereka sibuk menghabiskan makanan yang mereka bawa.

Marko dan yang lainnya hanya bisa melongo melihat Langit sudah menambah nasi kuning dan lauk untuk kali kedua.

"Langit, Langit, gue nggak nyangka kebiasaan makan lo yang kayak gini nggak berubah sejak SMP," kata Marko lalu ikut menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. Langit tersenyum tipis lalu kembali menyantap makanannya.

Bintang diam-diam menarik kedua sudut bibirnya. Langit kelihatan begitu sangat polos, persis anak kecil ketika menyantap makanannya. Tenang dan tidak banyak bicara.

"Venus anakku tersayang!!!!! Mama dibawain kerupuk udang nggak, nih?", teriak Ulfa di bangkunya.

Venus, gadis manis yang berada di kelompok itu tersenyum sangat lebar. "Mama tenang aja! Venus bawain satu tempat besar buat mama. Sesuai jadwal, kerupuk udang seminggu sekali."

Ulfa sudah bangkit sembari membawa piring berisi nasi kuning dan lauknya. Ia lalu beranjak menuju ke bangku kelompok empat agar bisa meminta kerupuk udang milik Venus.

Sudah menjadi tradisi bagi Venus, akan membawakan Ulfa dan yang lainnya kerupuk udang seminggu sekali, sesuai jadwal. Apalagi, sekelas sudah sangat tahu, jika Venus menganggap Ulfa sebagai 'mama'. Segala keluh kesah Venus akan ia curahkan pada sang mama, Ulfa.

Setelah mengambil kerupuk dari Venus, Ulfa sudah kembali ke kelompoknya.

"Telur baladonya enak."

Tubuh Bintang serasa membeku saat Langit memuji telur balado yang ia buat. Ulfa yang sedari tadi asyik menyantap makanan tersenyum diam-diam. Kedua temannya itu memang punya hubungan atau perasaan yang sulit dijelaskan.

"Iya, nih! Enak banget telurnya. Kapan-kapan lo bikin lagi yah, hehehe," kata Keke menyetujui ucapan Langit. Marko auto sewot mendengarnya.

"Enak aja lo nyuruh-nyuruh orang. Kalau mau, bikin sendiri," seloroh Marko.

"Yeee, suka-suka gue, dong!", balas Keke tak mau kalah.

Sedang sibuk menyantap makanan, Leon, si Pak Ketua, bersama Damian, Awan, Steby, dan pasukan laki-laki dari kelompok lain datang menghampiri kelompok lima.

"Gue minta nasi kuningnya, dong!!!!", kata Awan lalu menyodorkan piring ke arah Meyva. Gadis itu memutar kedua bola mata malas. Ia mengambil piring Awan lalu mengambilkan nasi kuning. Begitupun dengan Damian. Pemuda itu begitu rakus sekarang. Pemuda itu bahkan mengambil begitu banyak telur balado dan mie goreng.

Leon kemudian meraih sendok dan mengambil mie goreng buatan Ulfa. Pemuda itu lalu memasukkan mie itu ke dalam mulutnya. Setelahnya, pemuda itu kembali memakan mie itu.

"Woy, Leon! Itu sendok udah masuk ke mulut lo, yah! Lo malah pake nyendok lagi!!!! Gue masih mau nambah mie!", teriak Keke tak membuat Leon terganggu sama sekali. Pemuda itu malah sibuk memilah sosis yang ada di mie goreng itu dan menaruhnya di piring. Setelahnya Leon beranjak tanpa merasa berdosa.

"Astaga, itu tuh pak ketua lo pada! Kurang ajar banget!", teriak Keke sangat kesal. Ulfa menepuk jidat, dan Bintang hanya menggeleng dengan senyum tipis.

Semuanya sibuk dengan makanan dan minuman mereka. Bintang sendiri malah sibuk dengan pikirannya. Soal Langit yang bertingkah berbeda dengan tiap orang yang ia temui.

Apa ini tandanya, Langit tidak nyaman jika berbicara dengannya? Makanya Langit bersikap seperti orang lain ketika berbicara dengannya. Bintang menghembuskan napas. Gadis itu melanjutkan aktivitas makannya.

Hampir saja menyemburkan makanan didalam mulutnya, kala Langit sudah menggeser kursinya dan duduk dekat disebelahnya. Ucapan Langit berikutnya sampai membuat tenggorokan Bintang tercekat.

Jarak DekatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang