Jarak Dekat | 14

45 8 0
                                    

Bintang menahan napas kala Langit menyebut nama Ester sebagai alasannya menanggalkan sikap mindernya. Bintang berusaha baik-baik saja, walau ada yang sudah retak di dalam sana.

Senyum paksa Bintabg terbit, lalu pertanyaan menyakitkan itu kembali dilontarkannya. "Jadi, lo naksir Ester, yah?", tanya Bintang berusaha menyelipkan nada riang pada ucapannya.

Langit masih dengan sikap tenangnya, menganggukkan kepala tanpa ragu. "Iya, gue naksir Ester." Tawa kecil Langit terdengar. "Entah mengapa kalau sama lo itu, gue berasa aman dan nyaman. Padahal, kita memulai semua ini karena insiden di kantin itu. Gue merasa percaya sama lo."

"Oh, iya? Wah, hebat dong gue, hehe." Berdehem pelan, Bintang memilih bangkit lebih dulu. "Kalau gitu, gue cabut dulu, yah."

Langit buru-buru berdiri. "Gue anterin, yah?"

"Eh, nggak usah. Lagian, gue mau mampir ke rumah Ulfa dulu. Tante gue juga lembur malam ini. Gue sendirian di rumah."

"Oh kalau gitu gue anterin aja ke rumah Ulfa."

"Nggak usah, gue cabut yah!"

Bintang berlari lalu menuruni tangga lebih dulu. Ia mengabaikan teriakan Langit yang memanggil namanya.

Air mata Bintang menetes begitu saja. Apa ini yang namanya patah hati? Dia jatuh cinta pada pemuda yang baru beberapa bulan ia temui, secepat itu rasa suka itu mekar di hatinya.

Harusnya Bintang sadar diri sejak awal. Memangnya, siapa dia? Dia hanya Bintang Anindia Aprilia, gadis dengan hal yang serba biasa. Kisah di masa lalu, ketika ia dilahirkan masih belum sepenuhnya mengering, kala sang mendiang ayah sempat menolak hadirnya.

Tak ada yang menginginkannya, hanya mereka yang tahu masa lalu kelamnya yang bisa menerima dan menghargainya.

Tangan Bintang bergerak naik. "Liontin gue?", gumam Bintang dengan wajah panik.

Bintang bangkit berdiri, sedikit menunduk dan mencari liontin miliknya, memeriksa bawah kasur, hingga diatas tempat tidur. Kedua mata Bintang memejam rapat. "Astaga, liontin gue jatuh dimana?!"

*****




Langit berdiri di balkon kamarnya. Tangannya sejak tadi menggenggam sebuah liontin. Perlahan ia membukanya, menampilkan foto pria dan wanita, yang Langit pastikan adalah kedua orang tua Bintang.

Ya, liontin yang berada di genggamannya itu adalah liontin milik Bintang. Gadis itu tak sadar saat berada di jembatan beton liontin miliknya terjatuh. Langit hendak mengembalikan, tetapi gadis itu keburu pergi.

Perlahan Langit membuka bandul liontin itu. Ia tersenyum kecil saat melihat dua sosok orang yang ia yakini adalah potret ayah dan ibu Bintang.

Berbicara soal Bintang, ia jadi penasaran. Apa yang gadis itu perbuat di rumah Ulfa? Seingat Langit Ulfa dan Bintang adalah teman baik semasa SMP dulu. Bintang pun memilih ke rumah Ulfa sebab katanya tante Bintang lembur kerja.

Langsung meraih ponselnya, Langit pun mengirimkan pesan kepada Ulfa.

Personal Chat | Ulfa

Langit: Ulfa

Ulfa:  yes, bos?

Langit: Bintang ada sama lo, ' kan?

Ulfa: eh cieeee, Bintang ditanyain. Tapi, Bintang nggak sama gue sekarang

Jarak DekatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang