Sepertinya Kita Butuh Jeda

502 21 1
                                    

Kecewa oleh harapanku sendiri. Terluka oleh ekspetasiku sendiri.
Rasanya seperti dijatuhkan dari lantai gedung yang begitu tinggi, sungguh hatiku sakit.
Kenapa semesta memberikanku kenyataan yang begitu pahit?

Menatap wajah di depan cermin sambil berkata "sadar diri hatinya bukan buatmu" rasanya ingin sekali menertawai diriku sendiri yang begitu menyedihkan ini.

Ternyata sesakit ini patah hati.
Mencintai seorang diri.
Mengejar seseorang yang kakinya terus berlari.
Yang datangnya membuat jatuh hati.
Dan lara di hati sulit untuk diobati.

Mungkin aku yang salah karena terlalu berharap lebih.
Aku juga yang salah karena telah mengira kita akan menjadi sepasang kekasih.
Harusnya aku sadar dan tau diri bahwa aku tidak pernah berarti.

Tapi bisakah kau peka terhadap perasaanku?
Harus dengan cara apa lagi meluluhkan hatimu yang begitu beku?
Harus berapa lama lagi aku harus menunggu?

Ku kira selama ini kita berjalan berdua menuju arah yang sama. Rupanya kita tak pernah benar-benar seirama."
Ku kira selama ini kau adalah rumah.
Ternyata aku salah, kau hanya sekedar bersinggah.
Ku kira selama ini kita selalu beriringan.
Kenyataannya aku hanya sebatas berangan-angan.

Sepertinya kisah kita harus kuberi jeda.
Membiarkan cinta datang dan tumbuh karena telah terbiasa.
Mencintai yang tak perlu terburu-buru.
Agar sakit dan sesaknya tak begitu pilu.

Sengaja memberi hubungan kita sebuah jeda, agar perasanku tak semakin terluka.
Atau aku harus memudarkan semua perasaan?
Supaya aku tidak lagi merasa dikecewakan?

Tuan..
Dadaku begitu sesak untuk bernafas.
Ketika diriku sengaja kau hempas.
Bisakah dirimu merubah cara pandangmu sedikit saja, agar kau tau aku ini tulus mencinta.

Memang dari awal aku yang salah, terlalu melibatkan hati dan perasaanku sendiri sampai akhirnya sakit pun aku tanggung seorang diri atau memang dirimu saja yang tidak punya hati.
Datang menawarkan kebahagiaan, lalu pergi meninggalkan luka disaat aku sudah mulai membuka hati dan merasa nyaman.

Semua yang aku perjuangankan ternyata bukanlah cinta, melainkan luka. Jadi untuk apa aku terus mengejar orang yang sama sekali tak mengganggap hadirku ada. Dan mengapa mencintaimu harus berujung kecewa.

Kamu Adalah Patah Hati TerhebatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang