Untuk Apa?

220 10 0
                                    

Banyak pertanyaan dalam kepala tentangmu yang sebenarnya akan membawaku ke arah jalan yang mana?

Jika memang bukan aku yang menjadi sebuah pilihan, lalu untuk apa kamu datang dan membuatku akhirnya jatuh cinta?
Apa kamu pernah memikirkan sedikit tentang perasaanku?
Apa kamu pernah memikirkan sakitnya menjadi aku?
Apa kamu peduli tentang diriku?

Jujur, aku sudah tidak sanggup bertahan denganmu.
Bukan karena diriku tidak mencintaimu. Melainkan, aku sudah tak sanggup menahan sakitnya dipermainkan seperti ini olehmu.

Lebih baik aku pergi daripada harus terus-terusan berada di sini. Karena aku sadar, aku pun ingin bahagia, bukan disakiti seperti ini.

Mungkin sekarang sudah saatnya aku berubah menjadi yang lebih baik lagi. Percaya dengan diriku yang baru. Yang berani membuka hati dan berani percaya kepada seseorang yang baru, dan percaya bahwa akan ada seseorang yang selalu berusaha membuatku percaya bahwa semua kekuranganku masih mau dia lengkapi dan terima sesuka hati.

Aku sudah terbiasa berteman dengan kecewa, bersahabat dengan luka, dan akrab dengan sebuah harapan.
Semua itu telah mengajariku tentang sabar, tentang ikhlas dan tentang memaafkan.

Kadang memang ada saatnya kita melepaskan orang yang kita sayang demi bisa bahagia bersama yang lain. 
Tak apa, jika kamu bahagia karenanya aku akan belajar mengikhlaskan.
Tenang saja, tak perlu kamu pikirkan aku. Aku akan baik-baik saja tanpamu.
Bukankah bukti jika mencintai seseorang adalah dengan mengikhlaskan sebuah kepergian?
Aku kini benar-benar melepas meski hatiku kau hadiahi kekecewaan.
Yang awalnya membuatku jatuh cinta meski nyatanya, kau tak kunjung membalasnya.

Aku sadar, yang selama ini kuperjuangkan bukanlah cinta melainkan luka.
Aku sadar, bahwa selama ini yang sedang kukejar tidak pernah menganggap hadirku ada.
Aku sadar, orang yang selama ini kupertahankan itu tak pernah benar-benar memiliki rasa.

Meski hatiku begitu sakit.
Kisahku yang begitu rumit.
Kenyataan yang begitu pahit.
Aku pasti akan belajar caranya untuk bangkit.

Mungkin memang dari awal memang bukan aku yang menjadi tujuan.
Melainkan aku hanya sebuah pilihan dari banyaknya pilihan.
Kamu yang menciptakan banyaknya harapan, yang kenyataan hanya untuk pengisi kekosongan.
Dan aku yang mengharapkan sebuah kebahagiaan, meski akhirnya hanya kamu jadikan aku sebagai teman kesepian.



Kamu Adalah Patah Hati TerhebatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang