Baru saja aku mengiramu setia tapi perhatian yang kau beri ternyata kau semai di banyak hati lainnya.
Dan ternyata selama ini aku selalu membaca kalimat yang kau ketik dan kata yang kau ucap untukku adalah seperti template yang juga kau kirimkan untuk yang lainnya.Terkadang aku tidak perlu tahu, agar tidak terluka. Sekali pun aku ingin mempertahankan, jika hanya berupa siksaan dan rasa tak nyaman. Barangkali memang melepas adalah pilihan paling melegakan, meski di awal aku harus kualahan menampung sedih dan rasa sepi.
Karena menurutmu, aku tak pernah memenuhi inginmu. Maka, kubunuh keserakahanmu dengan meninggalkan kebersamaan kita.
Memang sudah seharusnya ku bunuh rasa ini. Agar aku tidak merasakan terluka untuk yang kesekian kali.
Rupanya kau pandai dalam mengemudi rasa, membuatku bahagia, kemudian kau goreskan hatiku sebuah luka. Dan selama ini aku telah tertipu oleh topengmu yang begitu palsu. Berpura-pura mencintai dengan ketulusan, sehingga aku tahu bahwa selama ini aku hanya sebatas pelampiasan.
Entah aku yang terlalu mudah untuk dibodohi atau memang dirimu lah yang tak punya hati?Andai saja melepaskan semudah membalikan telapak tangan, mungkin tentangmu saat ini juga akan kuhapus dan segera kulupakan.
Andai saja kita tak pernah dipertemukan, mungkin aku tak akan pernah bertemu dengan sebuah perpisahan.Dan jika nanti tak kau temui aku di tempat biasa kuberdiri. Sebut saja itu sebagai tanda bahwa aku telah benar-benar pergi.
Aku pergi karena aku sadar, bahwa selama ini yang kuperjuangkan bukanlah kebahagiaan.Apakah ini yang dinamai saling mencintai? Yang memaafkanmu beribu-ribu kali dan kau ulangi kesalahan yang sama berulang kali.
Apakah ini yang dinamai saling mencintai? Jika yang dipertahankan selalu menyakiti?
Mungkin yang mencintai adalah diriku sendiri. Sedangkan bagimu aku adalah seseorang yang tak pernah kau anggap berarti.Apakah ada perempuan seperti aku, yang setengah mati menggenggam erat tangan seseorang agar tidak pergi. Yang selalu dibuat kecewa berkali-kali dan selalu kembali. Yang hatinya selalu dipatahkan beribu-ribu kali dan selalu menyediakan hati untuk dipatahkan lagi.
Apakah ada perempuan seperti aku.
Yang selalu sabar saat kau lukai hatinya. Yang selalu berpura-pura baik-baik saja saat kau kecewakan dirinya. Yang tak pernah menuntut dirimu untuk menjadi seseorang sesuai kemauannya.Pada akhirnya kisah kita harus berakhir sampai di sini. Berhenti menulis tentang aku dan dirimu di buku diary. Yang akan kusimpan di dalam kotak dan tak akan pernah kubuka lagi. Membiarkan semua paragraf itu menjelma sebagai kenangan. Yang membuat kita saling jauh dan saling melambaikan tangan.
Kini kau bukan lagi seseorang yang paling kuistimewakan lagi, melainkan kau adalah seseorang yang berusaha untuk kulupa. Sehingga semua tentangmu telah kudefinisikan sebagai hampa. Karena aku pernah menjadi seseorang yang paling cemas sebelum akhirnya menjadi seseorang yang paling ikhlas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Adalah Patah Hati Terhebatku
Short StorySeharusnya dari awal aku tak perlu melibatkan perasaan untuk pertemanan ini. Seharusnya dari awal aku harus bisa paham, bahwa aku dan kamu tak akan pernah bisa menjadi kita. Seharusnya dari awal aku sadar diri, jika yang kamu harapkan itu adalah di...