Malam yang terasa sunyi, tersisa suara rintiknya hujan di kala sepi. Aku yang masih sibuk menulis tentangmu di buku diary. Mengharapkanmu yang akan tulus mencintai.
Meski kenyataannya bukanlah aku yang berada di hati.Bagaimana bisa kamu dekat dengan dua hati di waktu yang bersamaan.
Apa hatiku hanya kamu jadikan sebuah mainan untuk kamu permainkan?Aku kira aku lah satu-satunya.
Ternyata diam-diam ada dia di balik ini semua.
Aku kira kamu memang sungguh mencinta.
Rupanya kamulah yang telah berdusta.
Aku kira semua ini lebih dari sebuah ketertarikan.
Yang kusambut dan kuterima dengan kenyamanan.Aku kira semua akan berjalan baik-baik saja.
Tapi kenyataannya kamu telah menggoreskan aku sebuah luka.
Mengapa aku yang kalah dan dia menjadi juara tanpa pernah ada pertandingannya.
Mengapa dia begitu mudah untuk mendapatkan semuanya.Bagaimana rasanya menjadi dia?
Yang tak perlu berjuang mati-matian untuk melakukannya semua.
Yang tak perlu berdarah-darah untuk membuatmu bahagia.
Yang tak perlu bersusah-payah untuk membuatmu tetap selalu ada.Kakiku berhenti berlari mengejarmu yang sibuk mengejar dirinya.
Langkahku berhenti melangkah untukmu yang sedang melangkahkan kaki agar sejajar dengan dirinya.
Mataku yang meneteskan air mata saat melihatmu masih mengharapkan sosoknya.
Telingaku yang begitu jelas mendengar bahwa perempuan yang kamu cinta itu adalah dia.
Mulutku yang telah kehabisan kata-kata saat dirimu dengan sengaja membuat hatiku terluka.
Bibir ini kupaksakan untuk tersenyum saat melihatmu memperjuangkannya.
Dan hatiku kini telah hancur-sehancurnya.Aku tidak bisa bertahan dengan seseorang yang masih mengharapkan masa lalunya kembali.
Kembali berdua dan bersama-sama dalam berjuang.
Sungguh sakit rasanya seperti jatuh ke dalam jurang.Aku rupanya terlalu sibuk mencari cara untuk terus membahagiakanmu, sampai lupa caranya menyelamatkan kebahagiaanku sendiri.
Mungkin melepaskan dan membiarkanmu untuk pergi bahagia bersama dengan sumber kebahagianmu adalah alasan yang lebih baik dari alasan-alasan yang lain. Aku yakin nanti akan ditunjukkan jalan lagi, setelah perjalanan yang kulewati hanya berupa sandungan yang sering membuatku terjungkal. Aku ingin segera sampai pada tujuan meski harus merasakan babak belur dihajar oleh banyaknya rintang. Setidaknya tapakku selama ini tak berakhir sia-sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Adalah Patah Hati Terhebatku
Short StorySeharusnya dari awal aku tak perlu melibatkan perasaan untuk pertemanan ini. Seharusnya dari awal aku harus bisa paham, bahwa aku dan kamu tak akan pernah bisa menjadi kita. Seharusnya dari awal aku sadar diri, jika yang kamu harapkan itu adalah di...