Bagian 18

1.7K 70 0
                                    


Poker face. Itu adalah andalan seorang Min Yoongi, dia akan menatap dengan sederhana tanpa ada aura apapun. 'Dingin' itu adalah kata yang pas untuknya.

Mendengar perkataan itu Yoongi semakin kasar, dia melumat bibir gadis yang semakin tercekal dengan remasan yang ia lakukan.

"Yoon ughh ...." Maria melengguh saat Yoongi memilin putingnya yang masih terbalut baju dan branya. Maria segera memalingkan wajahnya dan kembali bertanya, "Kenapa kamu tidak menjawabnya? We? Apa kamu tidak mencintaiku?"

"Ya." Jawaban singkat darinya menambah aksinya yang semakin kasar.

Tetesan Air mata jatuh dari pelupuk mata gadis yang terus diam menerima jamahan itu, perlahan tangannya ia alihkan untuk menutup wajahnya karena malu saat air mata itu mengalir di depannya.

Yoongi pun menghentikan aksi brutalnya menatap diam gadis yang kini terisak. "Aku sudah bilang padamu jangan mencintaiku!" Yoongi menarik tangan yang menutupi wajah gadis yang kini terisak semakin kencang.

"Tidak, aku tidak menangis karena mencintaimu. Aku menangis, karena tidak ada cinta untukku. Dulu aku kira orang yang bersetubuh itu karena mereka saling cinta, tapi kita berdua berbeda. Aku tidak mengerti kenapa kamu menghancurkan aku seperti ini. Kalau kamu tidak mencintai aku, kenapa kamu seperti ini? Kalau sudah dengan jamahanmu aku mohon lepaskan aku."

Yoongi diam, dia beranjak dari posisinya dan berdiri menatap gadis yang reflek langsung duduk kembali. "Keluar lah ..."

"Heh?"

"Aku bilang keluar!"

Maria melihat wajah itu dengan tidak percaya. "Kamu melepaskan ku? Kamu tidak mau masuk lubangku? Ahh, benarkah?"

"Kenapa aku harus masuk lubangmu? Keluar!"

"Tidak papah nih? Hanya saja aku sudah siap jika kamu memasukan itu. Tapi sepertinya aku selamat," senyumnya dengan polos, " Ahh, Yoongi-ah, hari sudah malam bolehkan aku menginap sehari di sini ... besok aku mau pulang."

"Tidak boleh! Sekarang kamu keluar!" serunya.

"Ahh, kamu benar-benar tidak mencintaiku?"

"Ke-lu-ar!!" serunya dengan penuh penekanan.

Yoongi menarik gadis itu keluar rumah, dia mencengkramnya dengan kasar. Sulit untuk percaya Maria melihat wajah itu sama sekali tidak berubah.

"Ahh, dasar vampir! Rama rese! Masa biarin cewe cantik kaya aku di luar sendirian, kan serem."

Maria kini keluar gerbang rumah Yoongi dan dia menyadari gerbang rumah Yoongi tinggi dan besar, "Wah, maling pun bakal susah masuk, walau itu hanya naik gerbang nya saja." Maria menggeleng tidak percaya.

Namun seketika langkahnya terhenti saat sebuah mobil sport Ferrari Superfast, ingin masuk ke dalam gerbang.

"Maria, ngapain kamu di luar, ayo masuk cuca hari ini sangat buruk. Ayo masuk..."

"Ahh, iya kamu duluan saja aku ada urusan di luar."

Jimin dan Jungkook langsung masuk meninggalkan gadis itu berdiri di luar gerbang.

"Aku harus pergi dari sini, kalau Yoongi bilang aku udah bebas, Jungkook akan kembali dan menjamahku. Ahh, itu tidak boleh terjadi!"

Maria pun berlari kencang menjauh dari rumah Yoongi yang merupakan kompleks rumah termewah di Seoul.

"Ahh, kakiku sakit karena berlari terlalu bersemangat! Ibu aku pulang ...." Gadis itu tersenyum girang, walau rumah Yoongi begitu jauh dari jalan raya tetap saja ia beruntung karena Yoongi mau melepaskannya.

"Ets ... kok lari-lari, mau kemana?"

Maria melirik jam yang melingkar di tangannya, "Astaga jam 11 malam pantas saja!" Maria tidak percaya kalau dia bisa senekad ini keluar dijam malam yang rawan penjahat.

"Anak SMP itu nggak boleh keluar malem-malem, sini oppa anterin yah."

"Ih! Jangan pegang-pegang!"

"Ya!" Seketika suara raungan keras terdengar membuat dua pria itu lari saat melihatnya.

"Kamu nggak papah?"

"Mm, makasih udah mau nyelametin aku."

"Ya! Kamu tuh masih kecil, keluar rumah malem-malem. Ayo aku anterin pulang."

Maria pun kini di antar oleh pria yang begitu manis dan benar-benar menghormati perempuan. "Ini rumah kamu?"

"Mm, mau masuk dulu sunbae-Nim?"

"Anny, aku mau langsung pulang saja."

Maria pun tersenyum dan memberi salam hormat padanya. Pintu rumah pun terbuka membuat Maria kaget di buatnya.

"Ibu, kok nongol dadakan gitu sih. Ahh, jantungku."

"Siapa dia?"

"Kim Taehyung, aku tidak sengaja melihat dia di jalan sedang digangguin anak-anak itu. Jadi, aku anterin dia pulang."

"Ahh, kamu baik sekali... mau masuk dulu, nak?"

"Ahh, aku harus segera pulang. Maaf nama kamu siapa?"

"MARIA."

Sementara itu Yoongi yang diam di ruang tamu dengan sorot mata yang tidak bisa di tebak tentu saja membuat siapapun yang melihatnya sulit untuk menebak apa yang dia pikirkan.

"Yoongi-ah, wahh ... ayo lah kita undang jalang."

"Aku tidak berselera," sahutnya.

"Aist, saat perjalanan kesini aku ngeliat ada ada cewe lagi di gilir bro. Ayolah aku bergairah ini." Jimin terkekeh saat melihat desahan wanita itu terngiang di telinganya.

Yoongi terdiam, matanya kini menatap wajah Jimin dan Jungkook yang terus tertawa. Ia melirik arloginya menunjukan pukul tengah malam.

Tanpa kata Yoongi pergi dari rumahnya dan melajukan mobilnya dengan cepat. Sorot mata tajam terhenti saat mendengar gelak tawa banyak pria di semak-semak sana.

"Ya!" Yoongi berteriak meraung melihat pria itu tertawa kepada gadis yang sudah tidak memakai satu helai benang pun. Wanita itu manangis menutup wajahnya.

"Kalian pergi atau mati!"

Segerombolan itu pun pergi dengan tawa dan berkata, "Ayolah, toh kita sudah selesai dengan napsu kita!"

Yoongi mendekat dan melihat wajah gadis itu, "Aist!" Setelah melihatnya dia pergi bergitu saja dengan persaan yang tidak jelas arahnya kemana. "Kemana idiot itu pergi!"

Dia kembali melajukan mobilnya perlahan menyelusuri sepanjang jalan dan berhenti di salah satu rumah yang ia tau itu hunian milik Maria. "Ahh, dia sudah di rumah rupanya." Yoongi menyipit saat melihat pria di samping Maria, "Siapa pria itu?"

Raja MagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang