Bagian 33

925 60 11
                                    

MinMar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MinMar

Jin kini duduk dan berbicang santai dengan Maria, Jhope yang datang menjenguk sampai terabaikan karena obrolan mereka yang semakin mendalam dan seru. Tentu dana itu membuat Jhope tidak nyaman akan dunia yang mengabaikannya.

'Khem'

Suara deheman keluar dari mulut Jhope, hal yang di lakukan Jhope tentu saja membuat Jin dan Maria tersenyum malu akan percakapan mereka yang semakin keras dengan tawa. Mereka bertukar tawa sembari melihat kearah Jhope yang berjah asam.

"Maafkan aku oppa," senyumnya kaku, "aku terlalu senang karena bisa bertemu dengan Seok Jin hari ini, aku nggak nyangka bisa ketemu dia lagi di Busan," lanjutnya sembari menatap Jin penuh kebahagiaan, ia tidak bisa membendung ga sanpai mengabaikan Jhope yang berniat menjenguknya. "Oo, oppa bagaimana oppa bisa datang dengan Seok Jin?" Maria bertanya heran kalau Jhope bisa datang dengan pangeran kecilnya ini.

"Ohh, Jin itu sepupu aku, tadinya dia itu menetap di Seoul, tapi karena ayahnya pindah ke Busan, jadi dia ikut pindah ke sini," jelasnya sembari menaikan satu alisnya sembari menepuk punggung sepupunya ini.

"Ohh apa? Jadi kamu pernah menetap di Seoul juga?" Maria bertanya karena dia juga menetap di Seoul sebelumnya.

"Mmm," angguk Jin sembri tersenyum pwnuh binar bahagia.

"Jadi samaan dong kaya aku, aku juga tadi menetap di sana tau, tapi karena ada sesuatu yang aku hindari-- jadi aku pindah kemari." Maria menyindir Yoongi yang terus menatapnya dengan sinis.

"Sesuatu?" pikir Jin berpikir keras, "nenek kamu sakit?"

"Bukan, ada sesuatu lah pokoknya..." katanya sembari memainkan ke sepuluh jarinya menjelaskan hal yang sulit di jelaskan.

"Oh iya, besok ke pantai Yuk, nostalgia kita," ajak Jin.

"Nggak boleh!" tolak Yoongi menyergap jawaban dari Maria.

"Tante, bolehkan aku ajak Maria ke pantai?" tanya Jin mengabaikan pria pucat yang menatap sinis padanya.

"Kalau tante sih, terserah anaknya ajah, kalau Maria mau, yah silahkan."

"Beneran, bu?" Maria tersenyum saat mendapat izin dari ibunya, ia sangat bahagia bisa jalan dengan pria yang ia sukai sejak lama.

"Tentu saja selama itu membuat kamu bahagia, Sayang," jawabnya mengelus surai panjang anaknya penuh kasih sayang.

Yoongi menggeram kesal melihat Maria begitu bahagia menerima ajakan dari pria yang diketahui teman masa kecilnya itu! Yoongi menggebrak meja dengan kasar menolak keras ajakan yang di tawarkan untuk Maria. "Ya! Aku tidak akan membiarkanmu pergi!"

"Yoongi-ah, maaf kali ini tante harus bersikap tegas! Karena ini untuk kebahagiaan anak tante satu-satunya. Jika Maria bahagia sama kamu, tante nggak akan ngelarang, kok. Tapi, jika Jin adalah kebahagiaan untuk Maria, tante minta kamu mengerti!" katanya dengan penuh ketegasan.

"Tidak! Maria hanya bahagia jika sama aku!" Yoongi mencetus dengan tegas jika Maria gadisnya hanya bahagia dengannya. Yoongi menatap gadis yang menatap kesal ke arahnya, "Maria!" Yoongi memanggil nama itu dengan sakras.

Maria menatap kesal, "Yoon, kamu masih ingat nggak sih, kamu pernah bilang sama aku, untuk tidak mencintai kamu, iya kan? Dengan alasan, agar aku tidak sakit karena cintaku tidak terbalas, iya kan?"

Yoongi mulai mengerti arah pembicaraan ini kemana, "Yah, terus, bukan berarti kamu deket dengan cowo lain!"

"Hah, aku heran sama kamu tau nggak! Yoon, aku mau kamu dengerin aku, mulai hari ini, aku melepaskan kamu! Aku tidak mau mencintaimu lagi! Aku ingin bersama dengan Jin dan membagi kasih yang pernah terjalain di masa lampau!" tegasnya.

"Sudah kuduga ini akan terjadi, tapi sayangnya tidak bisa! Kamu milikku dan akan tetap begitu!" Yoongi menarik tangan Maria keluar rumah dan menatapnya begitu yakin, "Maria! Kamu yakin, kamu bisa membuang persaanmu padaku?" tanya Yoongi tersenyum remeh dengan poker facenya.

"Tentu saja? Apa kamu pikir, aku akan terus mencintaimu, begitu?" jawab Maria dengan remeh penuh kekesalan, "Yoon ada satu hal yang harus kamu ingat, hatiku mungkin mencintaimu saat ini tapi tidak menutup kemungkin, jika aku juga bisa dengan mudah melupakanmu!" katanya menatap mananik mata Yoongi dengan bening air mata yang ia tahan.

"Apa kamu menyukai dia, huh!?" Yoongi bertanya menatap dalam-dalam mata gadisnya.

"Tentu saja aku menyukainya... sejak awal aku sudah menyukainya, bahkan jauh saat aku mengenalmu!" jawabnya tanpa ragu.

"Lalu, apa kamu masih mencintai dia walau kamu sedang bersamaku?" Yoongi bertanya dengan menatap manik mata gadisnya dengan yakin.

"Yah, tentu saja. Lagian, aku juga sudah lelah mencintai seseorang yang hanya menganggapku sebagai seorang jalang! Kamu pikir enak mencintai seperti itu?" katanya menatap tegas, "lagian kamu juga tidak akan pernah bisa mencintaiku, jadi apa gunanya aku mempertahankan ...."

Laju kata itu terpotong saat Yoongi melumat bibir Maria dengan semua perasaan yang mengalir di dalamnya. Untuk pertama kalinya Yoongi memejamkan matanya saat berciuman. Yoongi melumat bibir itu dengan penuh perasaan. Embusan napas hangat dan tarikan bibir membuat semua hanyut dalam susana yang hening, yang terdengar hanya bunyi kecupan dua bibir yang saling beradu.

"Kamu tidak perlu mendengar kata aku mencintaimu dari mulutku, kamu cukup rasakan jika aku ingin kamu selalu ada di sisiku," katanya dengan menatap gadisnya yang diam menunduk.

"Apa maksudmu, aku tidak mengerti."

"Tidak usah kamu pikirkan, karena otakmu itu tidak di ciptakan untuk berpikir!" katanya memeluk dengan sunging bibir remeh, "kamu cukup pikirkan bagaimana kamu mempertahankan cintamu padaku!"

Maria menatap wajah Yoongi yang begitu dingin, namun kata-kata yang keluar begitu hangat tapi nyelekit saat dia menyinggung masalah otaknya. Maria tersenyum dan dengan reflek ia mengangguk menerima perintah dari Yoongi.

"Anak pintar," katanya kembali mengecup bibir ranum gadisnya.

Maaf pendek, jangan lupa vate and coment.

Raja MagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang