Bagian 37

871 48 6
                                    

Mata pria dingin itu kembali menjadi redup saat ia merasakan dadanya semakin sesak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mata pria dingin itu kembali menjadi redup saat ia merasakan dadanya semakin sesak. Dunia seakan menjadi kelabu tanpa senyuman dari seorang ibu, ibarat dunia tanpa matahari gelap tanpa kehangatan.

Yoongi menjatuhkan tubuhnya saat ibunya sudah di masukan ke dalam peti mati dan akan di antar kerumah nya.

Air mata kini tidak lagi menetes dari pelupuk mata dari seorang Yoongi, dia hanya terdiam dengan menatap ribuan bunga yang menghiasi foto ibunya.

Jas hitam lengkap dengan rambut hitam membuat kulit putihnya jelas terlihat. Banyak teman-teman yang di Canada datang untuk menghormati kematian ibu dari anak konglongmerat ini.

"Yoong-ah, kamu baik-baik saja?" sentuhan bahu kini menyadarkan Yoongi akan renungan nya.

"Oo, aku baik-baik saja."

"Sudah lama kita tidak bertemu, iyakan? Semenjak kamu pindah ke Seoul, kamu tidak pernah menghubungiku lagi. Apa kamu tidak merindukan kekasihmu ini?"

Yoongi hanya diam saat wanita ini bergelayut padanya, "Sudah lah! Aku sedang tidak ingin di ganggu olehmu!"

"Apa kamu sudah mempunyai kekasih baru di Seoul?" tanyanya saat melihat kekasihnya bertambah dingin padanya.

Yoongi melirik tajam wanita yang mengabaikan perintahnya, "Jangan buat aku marah padamu, kamu tau kan akibatnya apa? kalau kamu berani mengganguku, maka KEMATIAN akan menyambutmu!"

Wanita itu pun mulai memudarkan rangkulannya dan merengut, karena Yoongi benar-benar berubah semenjak ia tinggal di Seoul.

"Yoongi-ah, kamu kenapa berubah gini sih, padahal aku rela menungguin kamu di sini Yoon, dan tidak ada satu aturan pun yang aku langgar, tapi kenapa kamu tega meninggakan aku yang selalu mendukungmu dari Nol! Aku kecewa!" dengan nada lusuh wanita itu pergi meninggalkan pria yang masih diam dengan posisinya.

"Chelse-ya!" Yoongi meraih tangan wanita yang beranjak dari posisinya dan memeluk tubuhnya dengan erat. "Ini adalah pelukan tanda terimakasih, kamu boleh pergi sekarang!"

"Apa!" Wanita itu menapar dengan kasar wajah pria yang membuatnya kesal. Dengan air mata yang mengalir dipipinya gadis itu terisak. "Aku kira kamu mau meminta maaf dan menikahiku, tapi malah!"

Yoongi hanya diam saat pipi pucatnya memerah karena tamparan itu, karena ia sadar, ia pantas mendapatkan hal itu, "Sudah, atau mau lagi?"

"Kamu kenapa sih Yoon, katakan padaku kamu mencintai wanita lain, iya kan?! Jawab!"

"Dari dulu aku tidak pernah mencintaimu, tidak sedikit pun!"

"Lalu, kamu anggap aku apa selama ini Yoon? Aku bahkan menuruti semua keinginan kamu, termasuk tidak bersekolah atau bergaul dengan siapapun!"

"Kamu hanya mainanku, dan sekarang aku bosan. Terimakasih atas tubuhmu yang selalu terlihat nikmat saat kujamah, tapi sekarang aku tidak membutuhkannya!"

"What!"

Yoongi terdiam, dia memberikan selembar cek untuk membayar semua waktu yang sudah dia buang untuknya. "Pergilah dan jangan mendekat, aku tidak mau kamu mati di tenganku!"

Di suasana duka seperti ini Yoongi membutuhkan seseorang yang bisa menguatkannya bukan malah menuntutnya. Hal itu membuat Yoongi kesal, "Pergi!"

Wanita itu diam mendang Yoongi kecewa. Dia merasa Yoongi benar-benar membuangnya setelah penantiannya cukup lama. "Salah aku apasih Yoon?"

"Salahmu adalah menuntut aku untuk jadi milikmu, jika kamu terus menuntut jadi lergilah. Karena aku tidak pernah menatapmu sebagai seorang perempuan yang aku cintai!"

Yoongi menatap dingin wanita yang memandangnya penuh kekecewaan. "Aku cewa sama kamu, tapi aku cinta sama kamu!"

"Lebih baik kamu buang rasa itu, dan pergilah yang jauh. Lupakan aku!"

Raja MagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang