"Yang sebaiknya kau jaga adalah dirimu sendiri."
— Kunto Aji.
***
Bara menatap langit yang diselmuti awan mendung dari jendela kamarnya. Hari masih pagi, namun langit sudah sangat gelap, bahkan tidak ada sinar matahari sejak subuh tadi. Cuaca hari ini seolah sedang sangat bersahabat dengan Bara yang suasana hatinya sedang kacau. Oh, atau lebih tepatnya masih sangat kacau.
Hari ini Bara memutuskan untuk mengambil hari libur dan menyerahkan pekerjaannya pada Bayu, ia perlu beristirahat. Sebenarnya ini bukan sepenuhnya keputusan Bara karena memang ada paksaan dari Bayu, sahabatnya itu nampak khawatir dengan keadaan Bara, dan lebih khawatir dengan keadaan pasien yang akan diperiksa Bara.
Bara mengambil jaket yang tergantung di gantungan baju dan memakainya, pagi ini ia berniat pergi untuk berjalan-jalan di sekitar kompleks apartemen. Bara rasa udara dingin karena mendung pagi ini sangat cocok digunakan untuk melepas penat dengan berjalan-jalan, meski hanya di sekitar kompleks apartemen.
Udara dingin menyambut Bara yang baru saja keluar dari gedung apartemen, ia memutuskan berjalan di sekitar taman sambil menghirup udara pagi yang sebentar lagi mungkin akan turun hujan. Mata Bara tertarik pada seorang anak kecil yang sedang berada di area bermain taman, tanpa berpikir panjang ia memutuskan untuk mendekati orang itu.
"Biru?" anak kecil yang Bara panggil itu menoleh dan mengernyitkan keningnya, sepertinya tidak mengenali Biru. "Masih inget sama om?" anak laki-laki itu menggeleng ragu. "Kalau gitu boleh om kenalan sama kamu?"
Biru—anak laki-laki itu—menggeleng. "Maaf, Om, tapi kata bunda aku enggak boleh kenalan sama sembarangan orang."
Bara tersenyum kecil, ia mengeluarkan ponselnya dan mencari sesuatu. "Kalau ini, kamu kenal enggak siapa?" tanya Biru sambil memberikan ponselnya pada Biru.
"Bunda?" mata Biru berbinar. "Om kenal sama bunda?" Bara membenarkan, Biru kemudian menatap Bara dengan teliti. "Oh! Om yang waktu itu nolongin aku, kan?"
Bara membenarkan. "Sekarang udah inget?" Biru mengangguk. "Kalau gitu, sekarang om boleh kenalan sama kamu?" Bara mengulurkan tangannya, Biru mengangguk dan menjabat tangan Bara tanpa ragu.
"Namaku Biru, Om."
"Nama om, Bara."
"Nama kita hampir sama ya, Om. Namaku Biru, nama om, Bara.. Bara sama Biru," Bara tersenyum, gemas dengan sikap Biru. "Om ngapain di sini? Om enggak kerja?"
Bara tersenyum. "Om kan mau main biar kayak kamu," jawab Bara jenaka. "Kalau kamu, kenapa kamu sendiri di sini? Bunda kamu ke mana?"
"Bunda kan kerja," jawab Biru. "Aku lagi nunggu Mbak Anti lagi belanja, di sana." Biru menunjuk swalayan yang tidak jauh dari tempatnya.
"Kenapa enggak ikut?"
"Soalnya Mbak Anti kalau belanja suka lama, aku bosen nunggu Mbak Anti belanja, jadi aku ke sini." jelas Biru.
"Kalau kamu diculik gimana?"
Biru menghela napas pelan. "Om, aku itu udah besar, enggak bakal diculik," jawab Biru jengah, seolah semua orang telah mengatakan hal yang sama pada Biru. "Lagian aku udah sering pergi-pergi sendiri, dan buktinya sampai sekarang enggak ada yang culik aku."
Bara tertawa pelan, ia tidak tahu jika Biru bisa sepintar ini. "Tapi kamu buat bunda khawatir, Biru.."
"Ssstt.." Biru menuntup bibirnya dengan jari telunjuk. "Om jangan bilang-bilang sama bunda kalau aku suka pergi-pergi sendiri, nanti bisa-bisa aku enggak bisa pergi sendiri lagi," Bara tidak bisa untuk tidak tertawa gemas. "Ini rahasia kita berdua ya, Om."
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana
General Fiction[Selesai] Sekeras apapun kau melupakannya, itu hanya akan sia-sia, karena berusaha melupakan adalah kata lain dari memupuk rasa. Dan pada akhirnya, kau semakin ingin memilikinya. - Renjana - Jumat, 27 Maret 2020 *** Selesai, Sabtu, 29 Agustus 2020