BAB 10
_______________
"Are you stupid? Apa kau tuli? Atau tidak punya telinga? Kau tidak dengar apa yang Rein katakan? Kau bisa berbicara dengannya besok! Lagi pula kau jenius untuk apa kau bertanya lagi?" kata-kata Erik membuatku melotot kaget. Aku reflek beralih melihat kearah Sella.Perempuan itu terlihat tertunduk. Tapi tetap saja, dia punya penyakit autis, dia tidak akan diam saat ia sedang dalam keadaan sadar. Hanya orang-orang yang paham baik tentang ciri-ciri autis, akan bisa melihat kondisi atau perasaan mereka.
Aku pun tidak terlalu yakin. Tapi itu terlihat jelas, Sella menunduk pandangannya.
"Erik!" tegur ku. Aku lalu menghampiri Sella.
"Are you ok?"
Sella tiba-tiba mengangkat pandangannya, melihatku. "Yeah. Karena kau disini.." Sella menunjukkan senyumnya yang entah diberikan kepada siapa. Bola matanya tidak bisa berhenti satu titik. Huh.
Aku menghela nafas, berhembus pasrah. "Ada apa?"
Sella tidak menjawab pertanyaanku. Ia malah melihat-lihat kearah Erik dan Jack, yang juga sedang memandang heran kepadanya. Aku sepertinya mengerti maksud gadis ini.
Aku balik menuju kedua pria itu. "Erik, Jack. Kalian pergi saja duluan. Aku akan pulang sendiri hari ini..." Benar-benar dengan terpaksa. Entah apa dorongan yang membuatku memaksakan diri.
"Why??" protes Erik.
"Akan aku jelaskan."
"Apa yang salah? Aku dan Jack sudah menunggu sejak tadi. Dan sekarang kau?"
"I'm sorry..."
"Sudahlah Erik.. biarkan saja Rein dengan urusannya dulu.." Jack memang selalu mengerti. Aku tak lupa memberi kode 'terimakasih' kepadanya saat ia memaksa Erik untuk ikut pergi dengannya.
Setelah melihat Erik dan Jack sudah benar-benar pergi. Aku kemudian menghampiri Sella yang masih diam di tempatnya.
"Ada apa?"
Sella menunjukkan senyumnya lagi, "Rain..."
"Hm?"
"2 minggu lagi aku ulang tahun."
Dahi ku mengernyit. Dia hanya ingin menyampaikan ini? Sampai-sampai aku harus membuat Erik tersinggung tadi?
"Apa?? Lalu apa urusannya dengan ku?"
Gadis itu melihat kesegala arah. Aku benar-benar tidak mengerti. Jika saja aku tidak punya kesabaran, mungkin aku akan marah dan membentaknya bahkan detik ini juga aku akan pergi dari hadapannya. Aku mengangap mulut, dengan mata menyipit.
"Apa itu tidak penting bagimu? Aku adalah pacarmu..."
Huh.. ikatan ini benar-benar bisa membuatku gila. Aku menghela nafas panjang, sepertinya tidak ada gunanya jika aku akan menanggapi banyak tentang gadis ini. "Baiklah-baiklah.. aku sudah ingat ... Sudah selesai? Aku harus pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
An Autistic Loves Me
Romance[𝕊𝕖𝕠𝕣𝕒𝕟𝕘 𝔸𝕦𝕥𝕚𝕤 𝕞𝕖𝕟𝕪𝕦𝕜𝕒𝕚 𝕜𝕦] 𝙋𝙤𝙫. 𝙍𝙚𝙞𝙣 Sejak hari itu ... Hari dimana Sella menyatakan perasaannya padaku secara langsung bertatap muka dengan berani. Tentu saja dengan gayanya yang sangat aneh, kaku dan gugup yang terlih...