🍂Lovely🍂

20 5 0
                                    

BAB 8
______________

BAB 8______________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sella?"

"Sella??" panggil Bibinya lagi karena Sella tidak terlihat di ranjangnya.

Bibi itu berjalan ke sana kemari mencari Sella. Aku hanya berdiam di tempat tapi juga ikutan cemas. Saat bibinya akan menghampiri toilet, Sella tiba-tiba keluar dari ruangan itu.

"Bibi, kenapa memanggil nama ku terus?"

Wajah Sella memelas terlihat pucat. Aku segera menghampirinya.

Sella menyadari kehadiranku, ia memberikan senyuman tipis kepadaku. "Rain, kau masih disini? Apa kau ingin melihatku?"

"Yeah," jawabku singkat.

"Bibi lihatlah, dia Rain." Sella berbicara kepada bibinya.

"Ya aku sudah mengenalnya," balas bibinya. "Sekarang kau kembali ke ranjang mu.." bibinya menuntun Sella untuk sampai ke ranjangnya.

"Jangan sentuh aku!" pekik Sella.

Ya. Aku melihat bibinya yang tak sengaja menyentuh Sella. Dan Sella langsung memprotesnya. Sella benar-benar tidak bisa di sentuh. Seperti api saja yang tidak bisa di sentuh.

"Baiklah.." pasrah bibi itu.

Sella sudah berada di ranjangnya. Bibi Sella mengatur selimut dengan hati-hati agar tidak menyentuh Sella. Begitupun Sella menjaga jarak tubuhnya agar tidak di sentuh. Sella seperti phobia dengan sentuhan manusia.

"Bibi. Itu Rain.." ya ampun. Sella mengulanginya lagi, aku jadi malu saat bibinya menatapku seperti sedang menggodaku.

"Iya. Aku sudah tahu dan kau sudah beritahu juga tadi."

"Oh iya? Kalau begitu dia pacar ku juga. Apa bibi sudah tau?"

Mataku melotot sempurna dengan ungkapan Sella itu. Bahkan aku juga melihat ekspresi kaget dari wajah bibi Sella.

"Jangan seperti itu Sella. Dia akan merasa tidak nyaman. Sebut saja dia teman," ujar bibinya.

Mata Sella menyipit. "Kenapa? Dia benar-benar pacarku."

Bibinya beralih melihat kearah ku. "Maafkan aku. Tapi apakah kau bisa maklumi dia?"

"Ye- yess, i am ok.."

🍁🍁🍁

"Lalu bagaimana? Kau harus berbuat sesuatu. Satu kampus sudah membicarakan tentang kau dan Sella." Erik sedari tadi mengganggu telinga ku dengan topik itu dan itu lagi.

"Sudahlah.. tidak usah bicarakan ini. Aku sedang makan," protes ku karena sudah tidak sanggup mendengarkan celotehan Erik. Rasanya makanan ini akan menjadi tidak enak kalau Erik selalu berbicara.

"Yeah..pasti kau merasa jijik, bukan? Aku juga.." celetuk asal Erik membuat aku berhenti dari makan ku.

"Jaga mulut mu," sinis ku.

An Autistic Loves MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang