BAB 13
_______________Keringat dingin mengucur di seluruh tubuhku, nafasku sesak berhembus memburu. Kakiku terus melangkah cepat di koridor demi koridor yang aku lewati untuk bisa sampai di tempat Sella sekarang sesuai yang dikatakan mama.
Nafasku terengah-engah saat sudah tiba di depan ICU yang sudut informasinya tertulis nama 'Sellya Rose Bram'. Aku beralih duduk di kursi tunggu yang ada di depan pintu ruangan ICU itu.
Ku lihat jemari-jemari tanganku yang kini sedang beradu. Lagi dan lagi aku duduk di sini karena satu orang yang sama perbedaannya kekhawatiran ku melebihi khawatir yang kemarin. Aku tidak berhenti mengingat-ingat kejadian Sella yang berantakan di lantai mall, kenapa aku tega sekali meninggalkan dia?
Aku tertunduk letih sembari memegangi kepala frustasi. Detik berikutnya, tiba-tiba aku menjambak rambutku sendiri. Tingkahku sama seperti kebiasaan Sella jika dia gelisah. Apa Sella selalu khawatir seperti ini? Bagaimana dia menahan dirinya dengan keadaan seperti ini untuk beberapa kali? Aku yang baru merasakan ini satu kali saja sudah seperti ingin bunuh diri.
"Apa yang telah aku lakukan? Kenapa semuanya begini? ... Jika ada yang terjadi dengan gadis itu, aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri!" ujarku sambil menyentakkan keras kakiku ke lantai.
Tak lama aku bermonolog, seseorang tiba-tiba duduk di samping ku. Yang berjarak 2 meter dari tempat aku duduk. Aku pun menoleh ke samping, ku lihat bibi Sella yang sedang duduk dengan tatapan kosong ke depan.
"Kenapa kau seperti itu kepadanya?" tanya bibinya tiba-tiba tanpa melihat kearahku.
Pertanyaan bibi itu membuat tanganku gemetar, semakin bertambah pula ketakutanku.
"Sekarang dia terbaring kritis, kau tahu itu? ... Saat dilarikan ke rumah sakit dalam keadaan tidak sadar. Dia sempat terbangun untuk beberapa menit di perjalanan, dan yang ia katakan hanyalah bertanya 'kenapa Rain meninggalkanku?'." ujar bibinya membuatku tertegun. Wajahku memucat, seperti sedang kekurangan darah putih.
"Aku pikir kau benar-benar ingin berteman dengannya.." lirih bibi Sella. Aku menelan salivaku gugup.
Bibinya melanjutkan, "aku benar-benar menjaganya, dan kini kau menambah penderitaannya.. why?" Mata bibi itu yang sudah berkaca-kaca menatap lekat kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
An Autistic Loves Me
Romance[𝕊𝕖𝕠𝕣𝕒𝕟𝕘 𝔸𝕦𝕥𝕚𝕤 𝕞𝕖𝕟𝕪𝕦𝕜𝕒𝕚 𝕜𝕦] 𝙋𝙤𝙫. 𝙍𝙚𝙞𝙣 Sejak hari itu ... Hari dimana Sella menyatakan perasaannya padaku secara langsung bertatap muka dengan berani. Tentu saja dengan gayanya yang sangat aneh, kaku dan gugup yang terlih...