🍁Parent Sella🍁

34 5 0
                                    

Happy reading all 🖤

BAB 7
_______________

Aku menunggu seseorang di parkiran belakang kampus, tempat tak banyak orang lewati. Sudah sekitar tiga puluh menit aku menunggunya di dalam mobil. Kalau saja tidak adanya AC, mungkin aku sudah menjadi besi kepanasan.

Sella tak kunjung-kunjung terlihat. Yah.. aku sedang menunggunya. Aku berniat untuk mengantarnya ke rumah sakit lagi, karena mama menyuruhku untuk membujuknya balik lagi ke rumah sakit. Tubuhnya masih lemah, kata mama.

Terlalu membosankan. Aku akhirnya memilih untuk membuka handphone lagi, padahal handphone ini baru ku taruh 5 menit. Aku merindukannya lagi. Huh.

Aku mengecek aplikasi Twitter. Hanya ada pembaruan dari artis-artis yang tidak terlalu ku suka. Aku beralih ke aplikasi Instagram. Pesan dari para fansku bertambah kira-kira 15+. Lumayan aku sudah seperti selebgram.

Kebanyakan dari fansku mereka dari teman-teman adik kelasku dan kakak kelas ku. Mungkin mereka sering berbagi lelaki ganteng seperti ku. Oh.. Hahaha sudahlah, aku ini sudah seperti Erik saja.. selalu membanggakan diri secara berlebihan.

Ku sinkron beranda Instagram ku agar memperoleh postingan-postingan terbaru. Aku sedikit terkejut karena postingan baru itu berasal dari seseorang yang pernah membuatku tertarik namun tak berhasil ku dapatkan.

Postingan yang berisikan fotonya. Dia masih begitu sama dengan 2 tahun lalu, saat aku mengincarnya. Bahkan dia terlihat lebih cantik sekarang. Aku beralih melihat caption yang ia tulis:

'mulai hidup baru? Ahah, aku hanya ingin pindah kampus saja...'

Dengan 26 ribu like dari para followers-nya dan 3 ratusan komentar dari mereka yang menyukainya.

"Wah.." kagum ku masih melihat fotonya. malah kini aku sedang men-stalk akun Instagramnya. Sudah lama aku tidak melihatnya di sosial media apalagi di kenyataan.

Tok!tok!

Seseorang baru mengetuk jendela pintu mobil membuat ku sontak terkejut kemudian reflek langsung menyembunyikan handphoneku.

Aku membuka jendela mobil dan ternyata itu Sella. "Masuk saja. Terserah kamu mau duduk dimana," ujarku.

Sella memilih duduk di belakang. Yah.. itu juga sebenarnya yang ku mau. Untung saja dia Peka. Karena aku juga menggunakan mobil jazz bukan sport car, jadi ada bagian belakangnya. Beda dengan sport car yang hanya ada dua tempat.

Aku mulai menjalankan mobil dengan kecepatan sedang. Aku menyadari keberadaan seorang autis yang memiliki emosional tinggi, berada di dalam mobil ini. Jadi bisa saja ia akan gelisah ataupun stres jika mobil ini melaju kencang. Padahal aku suka mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Aku benci harus terbatas seperti ini, sesungguhnya.

An Autistic Loves MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang