Bab - 11

346 37 0
                                    

***

Kini Gina berada di belakang sekolah dengan Elvin disisinya. Gina menatap ke arah kanan dan kiri untuk mencari Gurunya namun nihil. Dia terus melangkah dengan matanya yang sibuk menjelajah ke segala arah tapi tidak menemukan sosok yang dicarinya.

Elvin yang disisinya hanya diam sesekali tersenyum. Tangannya dia simpan pada saku celananya dan matanya sesekali mengikuti arah yang ditatap oleh Gina.

“Kak, di mana? Kok gak ada.”

Elvin menatap Gina pura-pura bingung. “Gak tahu. Tunggu aja bentar lagi.”

Elvin langsung duduk di kursi yang ada di belakang sekolah. Matanya menatap Gina yang sedang menatapnya, lalu tangannya menepuk kursi sebelahnya dengan dagu yang mengarah pada kursi untuk Gina segera duduk bersamanya, namun Gina hanya menggeleng.

Gina juga bingung dari tadi. Apa Elvin tidak tahu dengan gosip sekolah? Karena pria itu terlihat santai sekali. Disisi lain dia juga takut. Gina takut jika siswa-siswi lain ada yang melihatnya dan gosip itu semakin menjadi. Jadi, dia hanya berdiri sambil matanya mencari keberadaan Bu Dian.

“Duduk sini.” Sekali lagi tangannya menepuk kursi yang di sebelahnya. Elvin langsung bangkit saat melihat Gina yang hanya menggeleng, melangkah mendekat dan berhenti tepat di depannya.

“Mau duduk sendiri atau gue bantu lo duduk?” tangan Elvin hendak meraih pergelangan tangan perempuan yang ada di depannya. Refleks Gina yang melihat itu langsung mundur dua langkah.

“Aku di sini aja, Kak.” Gina menunduk. Dirinya waswas, dia tidak ingin menambah gosip lagi.

“Gue itung, oke? Kalo sampe hitungan ketiga lo gak duduk, berarti gue bantu lo duduk.” Gina menggeleng menatap Elvin, namun pria itu tidak peduli.

“Satu.”

“Kak El—“

“Dua.”

“Aku di sini—“

“Tiga.”

Gina menggeleng dengan melangkah mundur. Dia tidak ingin menjadi bahan gosip lagi. Elvin langsung melangkah mendekati Gina, tangannya langsung meraih lengan perempuan itu yang langsung ditepis oleh Gina.

“Kak...” Gina langsung gugup, dia takut melihat wajah Elvin yang tidak biasanya. “A-aku, aku di sini aja.”

Elvin tidak menjawab, dia langsung meraih lengan Gina lagi. Berhasil. Gina berontak namun tidak menghasilkan apa-apa. Elvin membawanya ke arah di mana ada kursi, tapi saat beberapa langkah, langkahnya terhenti karena Gina yang tidak berjalan dengan tangan yang terus melepaskan pergelangan Elvin.

Elvin berbalik. Helaan napasnya terdengar jelas di pendengaran Gina. “Aku duduk.”

Elvin langsung menarik tangannya yang memegang lengan Gina, lalu menunggu perempuan itu agar berjalan ke arah kursi. Sedang Gina yang melihat Elvin diam saja langsung melangkah dan duduk begitu sampai di tempat.

“Jangan deket-deket, Kak.” Gina sedikit menggeser saat Elvin duduk tepat disisinya. Pria itu tidak bergeming hanya diam menatap ke depan.

Hening. Lama tidak ada yang berbicara. Elvin yang tadinya menatap ke depan sekarang tatapannya mengarah pada perempuan yang duduk di kursi sisinya. “Lo gak apa-apa?”

Gina yang tadinya menunduk langsung menatap Elvin sekilas. “Maksud Kak Elvin apa?”

“Sori. Gue baru tahu.”

Elvin sedikit menunduk. Dia merasa bersalah karena Gina menjadi bahan gosip di sekolahnya. Yang lebih membuatnya bersalah adalah saat dia berjalan di sepanjang koridor, siswa-siswi lain membicarakan Gina yang tidak-tidak. Gina terdengar seolah dia orang yang sangat munafik dan lebih parahnya seorang pelacur. Elvin tentu tidak tinggal diam, dia memarahi semua orang yang membicarakan Gina.

Apa dirinya membawa sial pada Gina? Apa dirinya membawa pengaruh buruk terhadap perempuan yang kini tengah dicintainya? Elvin sungguh merasa bersalah. Tidak peduli jika hal lain yang menjadi gosip. Tapi ini Gina, perempuan yang dicintainya menjadi gosip sekolah dengan tidak-tidak karena dirinya.
“Sori.”

Gina mengernyit bingung. “Minta maaf buat apa, Kak? Emang Kak Elvin ngelakuin salah sama aku?”

Elvin mengusap rambutnya kasar, dia menghela napas berat. “Gosip sekolah.”

Gina diam. Dia sekarang tahu maksud ucapan Kakak kelasnya. Dia tidak menyalahkannya, karena jika sudah tahu ke depannya akan seperti ini, Elvin pasti tidak akan melakukan itu. Memang sempat kesal saat dirinya berjalan di tengah lapangan dengan Elvin yang tiba-tiba meraih pergelangan tangannya, sehingga terlihat saling menggenggam dan kejadian itu tidak terlewatkan oleh semua murid SMA Wijaya. Apa lagi waktu itu mereka berdua berangkat bersama menjadikan gosip itu lumayan trending sampai ke sekolah lain. “Aku baik-baik aja kok, Kak. Kenapa harus minta maaf?”

“Lo gak marah?” Gina menggeleng. “Lo gak malu deket sama gue? Lo gak risi deket sama cowok brengsek kayak gue?”

Gina menatap Elvin, terlihat mata Elvin yang menunjukkan rasa bersalahnya. “Kasih satu alasan, Kak. Kenapa aku harus malu sama Kak Elvin?”

“Lo tahu kan sifat gue?”

Gina mengangguk ragu. Dia hanya tahu kalau Elvin adalah murid bandel di sekolahnya, selebihnya dia tidak tahu. “Semua manusia ada yang baik, ada yang enggak. Aku enggak malu sama Kak Elvin. Sifat Kakak emang agak keterlaluan, tapi aku tahu Kak Elvin orang baik. Masa sekarang mungkin Kak Elvin masih punya sifat kayak gini. Gak tahu kan kalo masa depan, Kak Elvin jadi orang yang lebih baik dari sebelumnya? Semua orang pasti berubah. Dari yang buruk menjadi baik, begitu pun sebaliknya. Dan aku harap Kak Elvin menjadi lebih baik ke depannya.” Gina tersenyum tulus pada Elvin. "Kak Elvin mau kan belajar untuk menjadi lebih baik?"

Elvin tertegun melihat Gina yang pertama kalinya tersenyum kepadanya. Cantik, itu yang terbesit di pikirannya. Elvin mengangguk dengan tersenyum. “Kalo lo yang ngajarin, mau?”

*****
Jadwal update nya di ubah jadi setiap hari minggu ya.

Jangan lupa tinggalkan jejak.

Garis TAKDIR [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang