Selamat membaca.
___
“Gina! Woy!” Kinan berteriak saat melihat Gina yang masih terfokus pada novelnya itu.
“Eh, kenapa?”
“Ishh. Dari tadi juga, ini malah baru nyangut.” Kinan mencebik, dirinya kesal. “Nanti pelajaran akhir bakal kosong. Nah, ke kantin yuk? Ayolah, tadi kan enggak. Ya? Oke siap.”
Gina mengernyit namun sesaat dia terkekeh melihat Kinan yang bertanya dan dia juga yang menjawab.
“Insya Allah,” ucapnya yang membuat senyum Kinan mengembang.
“Oh iya, Gin, lo tahu gak Kak Dinda?”
“Kak Dinda?” Gina menerawang, “yang pacarnya Kak Reza?”
“Iya. Anehnya Kak Elvin sama Kak Reza dulu suka sama Kak Dinda. Sampe-sampe nih, ya, mereka berantem. Ka—“
“Kinan aku kan udah bilang, jangan gibahin orang mulu. Gak baik.” Gina memotong ucapan Kinan, entah kenapa hatinya merasa sedikit nyeri saat mendengar perkataan temannya. Sedang Kinan hanya menyengir bak orang kecil.
“Soalnya seru, sih. Tapi nih ya, katanya Kak Dinda orangnya galak, semua siswa-siswi di sini juga udah pada tahu, cuma lo yang belum tahu.” Kinan terus nyerocos memberitahu Gina, dia tidak memedulikan ucapan temannya karena gibah adalah kebiasaannya.
Kini mereka berdua sedang ada di kantin di waktu pelajaran meski sedang free class. Gina tadinya menolak karena tidak enak. Mana mungkin murid lain belajar sedangkan dirinya dan Kinan makan di kantin, tapi dia tetap ikut karena paksaan Kinan dan ucapannya tadi di kelas.
“Nih, baksonya buat Putri Ginaaaa.” Wajah Kinan antusias saat memberi bakso pesanan Gina dan mulai duduk disisinya.
“Makasih,” balas Gina tersenyum.
Kinan menatap Gina, memberi jempolnya dan mengangguk. Lalu matanya tidak sengaja menatap seseorang yang baru saja datang ke area kantin.
“Gin, Gin, lihat itu,” ucap Kinan sembari menunjuk seseorang dari kejauhan dengan dagunya. Di sana Gina langsung melihat siapa yang ditunjuk oleh Kinan, “cantik, kan? Dia Kak Dinda.”
“Iya, cantik.”
“Eh, tapi itu kayaknya lagi lihat ke arah sini, deh.” Kinan menatap lagi pada Dinda, lalu tatapannya menatap Gina yang sedang ditatap intens oleh Dinda. “Dia natap lo, Gin,” ucapnya setengah berbisik.
“Hah? Masa sih.” Gina kembali menatap Dinda. Seketika dirinya bingung ditatap tajam oleh Kakak Kelasnya, namun yang dilakukan Gina hanya tersenyum pada Dinda dan mulai menyantap baksonya lagi.
“Bener, kan?”
Gina tidak menjawab, dirinya masih bingung dengan tatapan Kakak Kelasnya itu. Perasaan... ini baru pertama kalinya bertemu—melihat Kakak kelasnya itu. Apa dia melakukan kesalahan? Gina hanya menggeleng. Dia harus berpikir positif, ia tidak mau memikirkan hal aneh pada orang lain. Tapi dirinya bingung serta heran dengan tatapannya yang menatap tajam pada dirinya.
***
“Gue di bilang lucu, masa?” tangan Elvin masih tepat berada di dadanya. Jantungnya berdetak cepat seolah sedang bersenang-senang, senyumnya tak henti-hentinya ia tunjukkan.
“Siapa yang bilang?” Riski mengeluarkan asap rokok dari mulutnya lalu terbahak.
“Siapa lagi kalo bukan ibu-ibu itu.” Jawab Fahmi yang masih memejamkan matanya. Dia berbaring di meja yang ada di rooftop sekolah.
Elvin langsung menatap dingin pada Fahmi. "Gina, geblek, bukan ibu-ibu!"
“Anjir kalo dilihat-lihat si Gina oke juga.” Riski berucap sembari membayangkan wajah Gina dengan tersenyum.
Di sana Elvin langsung bangkit menoyor kepala Riski kencang. “Mulut lo minta di gunting?”
“Lah, emang kenapa anjir. Aing kagak ngapa-ngapain, dah.” Riski mengusap kepalanya sedikit mengaduh.
Elvin tidak menjawab, dia hanya menatap temannya dingin.
Riski langsung cengengesan begitu menyadari sesuatu, jarinya membentuk Peace. “Hehe. Kan, aing khilaf jadinya. Punya elu kan, si Gina.”
“Lagian mana ada yang lucu dari muka lo, yang ada kek pantat pocong. Aneh tuh bocah,” ucap Fahmi masih tetap dalam posisinya.
Elvin tidak peduli dengan ucapan Fahmi. Dia hanya membayangkan kejadian tadi di kelas Gina, lalu tersenyum sendiri. Seperti orang gila.
*****
Pendek? Sengaja wk.
Jangan lupa Follow ig : @jilay.si
Jangan lupa juga Follow akun aku, vote dan komennya!
Babay and see you next part!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis TAKDIR [Completed]
Mistério / Suspense"Biarin gue masuk dalam hidup lo. Biarin gue merjuangin, apa yang ingin gue perjuangin. Gue minta lo jangan menjauh dan satu hal, ingetin gue sama kebaikan. Apa gue berhak mencintai lo, Wanita impian gue?" ______ Elvin, seseorang yang sangat beranda...