Bab - 13

323 33 3
                                    


Selamat membaca cerita Garis Takdir!

***

Di siang hari minggu ini, Gina sedang berada di toko buku yang lumayan terkenal di kotanya. Dia sedang memilih novel bersama Kinan untuk menambah koleksinya, namun sejak tadi belum satu pun novel yang menarik perhatiannya.

Tentang Elvin yang mengatakan akan menjemputnya entah itu bercanda atau bohong, karena dari tadi pagi tidak ada Elvin yang menjemputnya. Bukan karena berharap, sejak tadi malam Gina tidak bisa tidur dengan mudah. Selalu memikirkan apa akan terjadi jika Elvin menjemputnya? Namun sekarang Gina bisa merasa lega, ternyata ucapan Elvin hanya sekedar ucapan.

“Udah belum pilihnya?” Kinan membolak-balikkan novel yang dipegang di tangannya. “Gue udah nemu, nih.”

Gina menggeleng. “Belum,” tangannya masih mengabsen jajaran novel yang tersedia dan berhenti di tengah-tengah novel itu. “yang ini ceritanya bagus gak?”

Kinan mengamati novel yang ditunjuk Gina, lalu tersenyum sembari mengangguk. “Bagus. Pokoknya bagus banget. Temen gue pernah baca novel ini, katanya bagus.”

“Yang ini aja kali, ya?” Gina mulai membaca blurb novel itu. “Ini aja deh.”

Kinan mengangguk tersenyum. “Yuk.” Lalu mereka berdua berjalan menemui kasir.

Setelah membayar novel masing-masing, mereka berdua berjalan keluar mencari Cafe terdekat. Pembicaraan yang didominasi oleh Kinan terkadang membuat Gina tertawa juga kadang membuatnya menggelengkan kepala.

Kini keduanya duduk di kursi yang kosong, lalu memesan menu favorit mereka di Cafe tersebut. Kinan mulai memainkan ponselnya selagi menunggu pesanannya datang dan Gina hanya melihat-lihat sekitar yang baru di datanginya lagi.

Ponsel yang berada di sakunya bergetar. Dia membaca pesan tersebut lalu memandang Kinan dengan perasaan tidak enak. “Kinan, kayaknya aku pulang sekarang, deh.”

“Lah, kok, cepet?” Kinan mulai melihat jam yang dipakai di tangannya. “Ya udah, sih. Mau gue anter?”

Gina menggeleng. “Enggak usah. Aku duluan, ya. Assalamualaikum.”

Kinan melambaikan tangannya sembari tersenyum. “Waalaikumsalam.”

***

Kini Gina sedang mengendarai motornya lewat jalan pintas karena tidak ingin memakan waktu yang lama. Ditambah jalanan biasa sedang macet membuatnya memilih jalanan yang sedang dilewatinya. Di tengah perjalanannya Gina merasa aneh. Dia mendengar suara seperti seseorang yang sedang berkelahi. Bukan, bukan seseorang, tapi rombongan.

Motor yang sedang di kendarainya mendadak berhenti. Gina tercekat. Ini adalah pemandangan yang baru dilihatnya.

Di sana, tepat di depannya yang lumayan jauh terlihat jelas sekumpulan lelaki sedang berkelahi. Tubuhnya mendadak mematung. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Dia ingin segera pergi dari tempat ini tapi tubuhnya tiba-tiba kaku untuk digerakkan.

Perasaan takut langsung hinggap saat salah satu dari mereka melihat ke arahnya.

Gina langsung buru-buru membalikkan motornya dengan perasaan yang takut sekaligus gugup. Dahinya mendadak berkeringat, tangannya bergetar dan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

Belum sempat Gina menggas motornya, seseorang dari belakang memegang pundaknya kencang. Lalu memutari motor Gina dan berhenti tepat di hadapannya.

Cowok itu menyeringai dengan wajahnya yang babak belur. “Boleh juga.” Tangannya yang sedikit berdarah digerakkan untuk mengusap pipi Gina yang langsung ditepis oleh perempuan itu.

Garis TAKDIR [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang