Bab - 12

334 33 0
                                    

Selamat membaca.

****

Malam itu Elvin sedang berbaring di kasurnya. Pikirannya sedang dipenuhi oleh kata-kata seseorang yang membuatnya bingung. Di tambah besok dia harus melakukan sesuatu yang membuat pikirannya melayang. Elvin terus mencerna setiap kata yang dia dengar dari orang itu, namun nihil. Pikirannya terus memikirkan perkataan orang itu sampai membuatnya pusing. “ARGHH!”

Elvin bangkit dari kasurnya. Dia berjalan ke arah jendela dan mengambil ponselnya. Tangannya langsung membuka grup yang berisikan dia dan teman-temannya yang menurutnya gesrek lalu mengetikkan sesuatu.

One


Elvin R. Albir : Gimana rencananya?

Fahmi Sadewa : Gue udah kasih tahu semuanya. Pokoknya beres.

Riski Idamanwanita : Masalah apa, bro? Kok, gue kagak tahu?

Fahmi Sadewa : Elu ke mana aja bege! Besok sekolah yang dulu ngajak lagi.

Riski Idamanwanita : Yang bener lo. Kali ini masalahnya apa?

Elvin R. Albir : Berisik lu!

Riski Idamanwanita : Gue nanya woy! Jawab!

Fahmi Sadewa : Entar lihat aja.

Riski Idamanwanita : Anjir! Gue penasaran!

Riski Idamanwanita : Woy! Gue di kacangin, masa?


Elvin keluar dari room chat grup One. Dia mencari kontak nama yang baru didapatkannya kemarin lalu mengetikkan pesan.

Elvin : Udah tidur?

***

Saat ini Gina sedang menyalin tulisan dari buku Kinan tentang tugas dari Pak Wahyu. Tadi di sekolah dia membolos. Pasal Elvin yang menyampaikan dirinya dipanggil oleh Bu Dian ternyata rekayasa. Elvin mengajaknya berbicara cukup lama sampai-sampai dia ketinggalan pelajaran Pak Wahyu.

Ponselnya yang berada disisinya bergetar membuat sang pemilik benda persegi tersebut menoleh. Gina mengambil ponselnya lalu melihat notif tersebut.

08233397xxxx : Udah tidur?

Gina membaca pesan yang baru saja dikirim ke ponselnya dengan menaikkan satu alisnya bingung. Dia membaca nomor tersebut, namun dia tidak tahu. Perempuan itu ingin mengabaikannya namun dia juga penasaran siapa pengirim pesan tersebut.

Jika Kinan tidak mungkin. Dia tahu betul bagaimana Kinan kalau mengirimkan pesan padanya. Dan akhirnya tangannya mengetik sesuatu untuk membalas pesan itu.

Gina : Siapa?

Gina menyimpan ponselnya lalu melanjutkan kegiatan yang tadi sempat tertunda. Beberapa menit kemudian ponselnya bergetar lagi membuat Gina menoleh pada benda perseginya.

08233397xxxx : Gue? Siapa?

Gina mengernyit. Kenapa orang itu bertanya pada diri sendiri? Perempuan itu mengabaikan pesan tersebut. Saat ingin menyimpan kembali ponselnya, benda persegi itu kembali bergetar.

08233397xxxx : Yang pasti gue cowok yang lo suka.

Kenapa belum tidur? Lagi mikirin gue, ya?

“Hah? Ini siapa, sih? Kok, tiba-tiba ngirim pesan kayak gini?” Gina tampak berpikir.

Gina : Maaf. Ini siapa, ya?

Disisi lain Elvin terkekeh melihat balasan dari Gina. Tangannya mulai mengetik lagi pada ponselnya.

08233397xxxx : Calon pacar lo. Oh, enggak, calon suami lo.

“Kak Elvin?” gumamnya pelan, tanpa sadar dirinya sedikit tersenyum. “Tapi dapat nomor aku dari mana?”

Gina : Kak Elvin?

08233397xxxx : Iya, sayang?

“Eh?” beo Gina. Dia merasa geli saat membaca balasan dari Elvin.

Gina : Kak Elvin dapat nomor aku dari mana?

08233397xxxx : Penting emang gue bales pertanyaan itu?

Kenapa belum tidur?

Gina : Enggak, sih. Cuma nanya aja.
Lagi nyalin tugas, Kak.

08233397xxxx : Kirain lagi mikirin gue.

Besok minggu kan?

Gina : Iya, minggu. Emang kenapa, Kak?

08233397xxxx : Gue boleh main kan ke rumah lo?

Gina langsung melotot kaget. Dia buru-buru membalas pesan dari Elvin.

Gina : Emang nya mau ngapain?

08233397xxxx : Oke? Siap. Besok gue jemput.

Gina : Eh, jemput?

Tiga puluh menit berlalu Elvin tak kunjung membalas pesan dari Gina, membuat perempuan itu duduk gelisah. Tadinya yang sedang menyalin tugas, sekarang hanya memegang ponselnya tidak karuan. Rasa gelisah, gugup lebih mendominasi tubuh Gina, entah karena apa.

*****

Jangan lupa tinggalkan jejak. See you next part!!

Garis TAKDIR [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang