1

1.6K 142 2
                                    

Rabu, Juli 2015

"Iya! Tadi gue juga kaya agak disinisin pas lewat tengah lapangan. Diteriakin 'Waduh, kok udah berani lewat sini, adik?', gitu"

Aku membelalakkan mataku, "Seriusan?"

Yesika menganggukkan kepalanya sambal mempertontonkan kedua jarinya yang membentuk tanda 'suer', "Gue juga kaget kok di sini ada senioritas."

"Makanya, gue juga kaget lo bilang itu," balasku. Sekolah kami tidak pernah ada desas-desus mengenai senioritas. Tapi yang dialami Yesika, cukup membuatku kaget, 'sih.

Aku, Yesika, dan teman sekelas kami yang lainnya sedang berada di perpustakaan untuk mengambil jatah buku paket semester satu. Kami duduk di lantai, menunggu giliran untuk dipanggil sesuai nomor urutan buat ke depan terus ambil buku. Itu buku dikasih dari dinas pendidikan, jadi nggak perlu beli buku di luar lagi.

"Gimana-gimana?" tanya Yesika melihat Sonya dan Nakia yang datang membawa tumpukan buku yang cukup banyak.

"Ini kan ada sepuluh buku, sejarahnya kan kita ada yang wajib sama peminatan. Nah, yang sejarah wajib itu sebangku dikasih satu," ujar Nakia panjang lebar.

Aku mengangguk-anggukkan kepalaku sambil menjamah tumpukan buku paket milik Nakia dengan jemariku. Bukunya masih baru, bukan bekas kakak kelas tahun lalu.

"ASTAGHFIRULLOH... Mbok ya bajumu dirapikan dulu, Mas! Ayo dimasukkan, dimasukkan!"

Ibu yang jaga perpustakaan-aku belum tahu namanya, tiba-tiba teriak. Aku mendongakkan kepalaku dan mendapati dua orang laki-laki berdiri di depan meja Ibu Perpustakaan itu. Seragamnya terlihat berantakan, dan punggungnya basah karena keringat.

"Aduh, bau asem semua nanti perpustakaanku! Keluar dulu, rapikan! Baru masuk!" teriak Ibu Perpustakaan itu lagi.

Kedua laki-laki itu dengan cepat memasukkan seragamnya-yang bagian depan aja, sedang bagian belakangnya masih berantakan.

Intinya Ibu Perpustakaan dan kedua laki-laki itu terlibat dialog yang nggak aku dengar, karena posisi dudukku cukup jauh dari meja Ibu Perpustakaan.

"Oh ya btw, gue udah tau nama mas-mas yang kapan itu kita ketemu di Mushola itu," ucap Sonya.

"Eh sumpah-sumpah?"

"Kelas berapa?"

"Kelas sebelas ipa tujuh!" jawab Sonya antusias.

"LAH, DEKET KELAS KITA?"

"GILA?!"

Udah deh, forum pemburu cogan terbentuk. Aku nggak tau ini cuma kebetulan atau gimana, tapi tiap masuk ke sekolah baru, pasti pada memburu cogan. Entah pakai standar khas cowok wattpad atau oppa-oppa, atau magcon. Ya, aku nggak munafik ya. Aku ikut nimbrung lah.

"HEH... HEH! ITU KOK TIDURAN?! AYO MAS, DUDUK!"

Teriakan Ibu Perpustakaan membuat mataku spontan melempar ke sumber kegaduhan. Rupanya gerombolannya si Janu pada rebahan.

"Iya, Bu. Maaf, Bu," ujar mereka bersamaan.

Saat mataku menatap ke depan, aku lihat kedua laki-laki yang ada di hadapan Ibu Perpustakaan juga menolehkan pandangannya pada gerombolan si Janu. Dari situ, aku bisa melihat sisi samping wajah kedua laki-laki itu.

Dan, puff, laki-laki yang sebelah kanan akan jadi topik obrolan forum cogan.

*

: / yesika

: /  sonya & nakia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


: / sonya & nakia

: /  sonya & nakia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AMOR ANDESTIN [LeeKnow x Lia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang