4

504 103 2
                                    

Selasa, Agustus 2015

Kalau lihat orang ganteng itu, rasanya kaya seneng aja. Kaya bahagia banget, berbunga-bunga dan takjub aja. Di hati itu langsung suka ngomong, 'kok bisa seganteng itu tuh makan apa?'. Mata juga rasanya posesif banget karena nggak mau berhenti ngeliatin. Mungkin terkesan 'thirsty' atau 'norak' banget, tapi ya gimana, itu reaksi normal perempuan seumuranku kalau lihat orang ganteng.

Hari-hari selanjutnya, aku merasa kalau Tuhan makin murah hati banget buat kasih aku informasi tentang Mas itu. Aku bingung deskripsi-innya gimana, rasanya Mas itu kaya bener-bener bikin aku tertarik. Walaupun kata Nakia, Sonya, dan Yesika enggak seganteng subjek yang diomongin di forum cogan, tapi rasa-rasanya aku beneran mau tahu banget tentang Mas itu.

Beberapa kali aku sering berpapasan dengan si Mas waktu aku anterin Yesika ke kamar mandi, atau waktu ke pujasera bareng Sonya dan Nakia. Tapi tetap aja, aku belum tahu namanya. Masih sekedar huruf depan 'K' aja. Karena gimana, nama di badgenya berhimpitan banget. Entah bordirannya yang jelek, atau mataku yang emang nggak sehat.

Hasil riset instagramku, aku cuma tahu dia kelas 12 IPA 8. Tapi belum tahu siapa namanya. Cuma ada satu fotonya di Instagram kelasnya, tapi nggak ada tagging-an ke akun si Mas. Aku juga cek following, nama yang depannya 'K' juga nggak benar menurutku.

Gila, segini susahnya ya cari informasi.

Sekarang sudah sore banget, kurang lebih setengah jam lagi akan memasuki waktu Maghrib. Sekolahku udah nggak begitu ramai. Ada siswa-siswi yang esktrakulikuler voli lagi latihan di lapangan tengah dekat lobby.

Aku lagi duduk di lobby, menunggu dijemput Ayahku. Sambil mengobrol santai dengan Mia—teman English Club-ku, yang juga sedang menunggu datangnya abang gojek. Yesika dan Sonya sudah pulang duluan daritadi, sedangkan si Nakia masih ada pengarahan sertijab PMR di bangsal.

"Iya, 'kan? Kemarin waktu TM pertama tuh banyak banget sampai nggak cukup, Mi. Kok kemarin jadi sepi banget. Apalagi abis announce bakalan ada training camp," kataku pada Mia.

"Asli, Li. Konsepnya juga masih abu-abu, banget. Tapi feeling gue, EC enggak bakal aneh-aneh, deh. Kata Mas Dimas juga kan baru angkatan ke berapa ini. Jadi—"

Saat aku sibuk berdialog dengan Mia, ada sebuah sapaan yang terlontar kepada sosok yang baru saja berlalu di depanku yang menyita perhatianku, sangat menyita.

"Oit, Mas Ino!"

"Oit, duluan!"

Oke, oke, tenang.

"Li?"

"Lia?"

"Liaa?"

"Hah, iya, kenapa, Mi?"

Mia tertawa melihatku, "Lo maghrib-maghrib begini ngelamun. Gojek gue udah dateng, tuh. Gue pulang duluan ya,"

Aku mengangguk cepat, agak salah tingkah antara tragedi barusan, sama malu ke-gep Mia karena ngelamun. Mia melambaikan tangannya ke arahku lalu ke luar menghampiri pangeran hijaunya.

Oke, santai Lia.

Konklusi hari ke sekian-sekian-sekian, namanya Ino.

*

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AMOR ANDESTIN [LeeKnow x Lia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang