9

336 86 21
                                    

Kamis, September 2015

"Lo tuh emang sesuka itu sama Mas Ino, Li?"

"Banget, Ji."

Mungkin bisa dibilang, satu kelas udah tau kalau aku bucin banget sama Mas Ino. Cuma di dalem kelas aja, ya. Di luar kelas, nggak ada yang tau, bahkan Mia.

"Lo nggak tau aja, Ji. Mas Ino itu lucu banget. Kaya gimana ya, semakin lo tau tentang dia, makin naksir aja gue rasanya," kataku sambil cemberut.

Aji, Felix, dan Haris bergidik ngeri melihat kelakuanku. Ya mau gimana lagi, aku memang senaksir itu sama Mas Ino—walaupun dalam diam.

"Tapi wajar, sih. Gue ke Mbak Mora juga begitu," celetuk Aji.

"Hah? Mbak Mora?" tanyaku agak terkejut. Aku nggak tahu ada hubungan apa antara Aji dengan Mbak Mora.

"Dia kan sama Mbak Mora, Li. Makanya bisa kenal Mas Ino," balas Felix.

"Oalah edan, pantesan," jawabku.

Mbak Mora itu Ketum MPK—yang mau lengser abis ini, jadi ya pastinya sering komunikasi sama Aji karena dalam satu 'jenis' organisasi yang sama. Ternyata komunikasinya kebablasan.

"Lo tau nggak sih, Ji. Gue sempet kesel sama Mbak Mora gara-gara dia kaya deket banget sama Mas Ino. Gue kira mereka pacaran."

"GUE JUGA AWALNYA NGIRA GITU, LI. Gue mau mundur aja waktu itu,"

Felix tertawa, "Lo nggak tau aja gimana bengeknya si Aji waktu itu ngira Mbak Mora sama Mas Ino."

"Mas Ino tuh deket sama banyak orang ya, kayanya?" tanyaku. Gimana aku bisa nggak mikir kaya gitu, orang kayanya Mas Ino tuh dekat sama beberapa perempuan. Dan dekatnya itu kaya gimana ya, beda aja?

Aji menggelengkan kepalanya, menolak anggapanku, "Anak IPS kelasnya Mas Ino tuh solid banget. Se-deket itu anak-anaknya."

"Iya. Lo nggak pernah liat Mas Jayen (based: Giant) sama mbak itu... apa... siapa sih, kok gue lupa..."

"Saha, Ris?" tanya Aji.

Aku menaikkan alisku, "Siapa, Ris?"

"Mbak-mbak yang kaya anime itu, yang jejepangan. Anak tartra*," ucap Haris.

"Oalah, Mbak Rara, itu?" jawabku.

"Nah iya itu, Li. Pinter banget lo."

"Jejepangan darimananya sih, anjir?" tanya Felix. Mana ada nama Rara bisa jejepangan.

"Lo nggak tau aja nama aslinya tuh Sakura. Sakura siapaa gitu, gue lupa. Dia kan satu SMP sama gue dulu. Jepang banget aih," jawab Haris. Haris banyak omong banget emang. Agak lebay juga, tapi kata beberapa orang dia ganteng. Menurutku, iya emang ganteng. Tapi aku biasa aja, aku kan naksirnya sama Mas Ino.

"Gue kira Mas Jayen sama Mbak Rara tuh jadian, ternyata enggak."

"Lo kalo lihat anak 12 IPS 1, jangan pernah mikir mereka pacaran deh."

"Mereka tuh, Li, deketnya deket banget. Bahkan biasanya pada freecall sekelas buat curhat,"

"Anjir, sekelas gabut semua?"

Aku, Haris, dan Aji tertawa atas pertanyaan Felix. Emang ada-ada aja bule nyasar satu itu.

Haris mengecek jam tangan berwarna hitam yang melingkar rapih di pergelangan tangan kirinya, "Ini mana sih mbaknya katanya shift sore. Ditungguin nggak muncul-muncul."

Kamera kami sudah siap untuk meliput kegiatan mbak-mbak penjaga pom bensin sebagai salah satu sasaran tugas Sosiologi. Aku, Haris, Aji, dan Felix sudah di pom bensin yang ada dekat Transmart sejak jam pulang sekolah dua jam yang lalu.

"Eh itu-itu, mbaknya muncul," teriak Haris.

Namun naas, yang ditangkap oleh mataku bukan mbak-mbak pom bensin. Melainkan sosok Mas Ino dengan motornya yang memasuki area pom bensin.

Dengan perempuan yang diboncengnya.

*

(*) tartra : tari tradisional

: /  felix

: / mas jayen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

: / mas jayen

: /  mbak rara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

: /  mbak rara

: /  mbak rara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AMOR ANDESTIN [LeeKnow x Lia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang