13

318 86 19
                                    

Jumat, November 2018

Di penghujung pembelajaran terakhir sebelum memasuki pekan ujian akhir semester, guru olahragaku membebaskan siswa-siswanya untuk bermain apapun. Mau sepakbola, basket, lari-lari, terserah. Kata beliau, dijadikan wahana refreshing aja.

Awalnya memang begitu. Geng Begundal main sepakbola, sedangkan sisanya duduk teduh di bawah pohon. Untuk hari ini, lokasi olahraga kami di lapangan tengah. Banyak pohon-pohon, jadi banyak lokasi strategis buat ngadem .

Tapi naasnya, gara-gara banyak yang duduk-duduk dan nggak olahraga—termasuk aku, guru olahragaku memutuskan untuk mengadakan sparing kasti dengan kelas yang olahraga hari ini. Dipanggillah kelas-kelas itu, semua guru olahraga sepakat, dan nggak lama udah pada kumpul di lapangan tengah. Awalnya aku agak males sih, tapi ada sesuatu yang akhirnya bikin aku bersyukur guruku mengadakan sparing.

Hari ini hari Jumat. Pagi ini ada empat kelas yang olahraga: kelasku—10 IPS 1, 11 IPA 7, 12 IPA 8, dan 12 IPS 1.  Sekedar informasi aja, basis cogan terbanyak itu ada di kelas 11 IPA 7.

Dan informasi terpenting ialah, 12 IPS 1 adalah kelasnya Mas Ino.

Wuoh, aku asdfghjkl rasanya. 

Lapangan tengah berbentuk persegi panjang. Area kelasku ada di bagian kiri atas—ini kalau dari sudut pandang bentuk persegi panjang, sedangkan area kelas Mas Ino ada di bagian kanan atas. Sisanya, ada di tengah kiri dan tengah kanan. Yang bagian bawah nggak ada, karena panas, minim pepohonan buat berteduh.

Sesuai kesepakatan, setiap tim harus memuat pemain perempuan dan laki-laki. Pastinya para begundal kelasku—yang  kuakui pada ahli olahraga, ambil posisi dalam sparing antar kelas dadakan ini. Mahesa enggak ikut, dia nggak suka. Udah ketebak kalau ini mah. Yesika dan Sonya juga ikut. Aku dan Nakia cuma jadi Tim Hore kaya biasanya. 

Ketua kelas pada dipanggil buat menentukan lawan, dan kebetulan lagi kelasku melawan kelasnya Mas Ino. Nanti yang menang, difinalin. Ini kaya duel IPA vs IPS sih, asli.

Permainan pun dimulai. Agak nggak apple to apple, sih. Soalnya kelasku ke kelas 12 IPS 1 itu sungkan banget. Terus juga, kami murid baru lawan sama pemilik tahta tertinggi dalam stratifikasi antar kelas—murid kelas 12. Belum lagi kelas 12 IPS 1 yang notabene udah pada kenal deket, nge-supportnya seru abis.

Oh iya, Mas Ino nggak ikut main. Dia duduk bersila ala lesehan di bawah, asyik nontonin teman-temannya sambil sesekali teriak-teriak melempar gurauan. Awal aku ngiranya Mas Ino ikut sih, ternyata enggak. Di sini, mataku posesif banget, nggak mau lepas dari keberadaan sosok Mas Ino. Lihat Mas Ino ketawa kalau teman-temannya yang main pada sableng, atau pada bercandaan sama pemain dari kelasku, itu adem banget. Teduhnya pohon aja kalah.

Oalah Lia, kamu jadi secret admirer kok gini banget.

"BAY, SANTAI BAY. ADIK KELAS ITU," teriak Mas Ino pada Mas Bayu yang lagi jadi pitcher. Mas Bayu cuma ketawa aja.

"JAYEN SAYANG, ADEKNYA JANGAN DIAPA-APAIN," kini giliran Mbak Rara yang kata Haris jejepangan itu teriak. Lucu banget teriaknya, suaranya kaya anak ayam.

"TOLONG DONG BAYU, ITU YANG MUKANYA PALING JAMET KAYA TUPAI JANGAN DIAPA-APAIN," teriak Mbak Mora. Ya siapa lagi kalau bukan mengarah buat Aji?

Aku tertawa melihat interaksi-interaksi itu. Bener sih kata Geng Begundal, 12 IPS 1 ini solidnya nggak ada obat.

Gantengnya Mas Ino juga nggak ada obat.

Rupanya, kelasku menang. Aku nggak tau, antara kelas Mas Ino ngalah atau kelasku yang emang beneran pinter mainnya. Tapi kayanya sih, ngalah. Kaya sengaja biar lawan 12 IPA 8.  

"FAZRIN, ADEK-ADEK GUE JANGAN DIAPA-APAIN," teriak Mas Ino pada Mas Fazrin yang sedang bersiap menangkap bola yang dipukul oleh tim kelasku. 

Pertandingan berjalan apik dan sengit sih. Ada solidaritas yang nggak sengaja kebentuk, yang kemudian bikin kelasku dan kelas Mas Ino ada di satu area untuk teriak-teriak mendukung tim IPS. Alur pertandingan makin seru, yang nonton pada berdiri karena gregetan. 

Aku menolehkan wajahku saat mendapati sesuatu menyenggol pundakku.

"Eh, sorry-sorry, cuma mau meluk Bayu aja," ucap Mas Ino padaku setelah tangannya merangkul pundak Mas Bayu. Ternyata Mas Bayu berada di samping kiriku. Dan Mas Ino berada tepat di samping Mas Bayu.

Dasar Lia, hari ini rezekimu banyak banget.

*


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AMOR ANDESTIN [LeeKnow x Lia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang